Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATORUM

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Anak
Nama Dosen : Ns. Wenny Leony, S.Kep

DISUSUN OLEH :
Dwi Puspitasari (1001140011)
Esti Novita Sari (1001140015)
Hestia Kristanti (1001140021)
Rahmatullah Hidayat (1001140039)

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan pengetahuan bagi mahasiswa dan
mahasiswi DIII Keperawatan IIA maupun bagi para pembaca.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kelompok dari dosen
Keperawatan Anak. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis Menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari rekan-
rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.Amin.

Palembang, Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi
baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi
laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang
didapat di rumah sakit). Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama 4 minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau
dalam 600 kelahiran bayi. Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus
merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap
infeksi pada bayi baru lahir.
Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya
infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah
yang positif. Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat
badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu (obstetric) atau tanda-tanda koriamnionitis,
seperti ketuban pecah lama (lebih dari 18 jam), demam intra partum ibu (lebih besar 37,5oC ),
leukositosis ibu (>1800/mm3), pelunakan uterus dan takikardi janin (>180x/menit).

1.2 RUANG LINGKUP


Mengingat keterbatasan waktu yang ada pada penulis, maka dalam penulisan makalah ini
penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada asuhan kepeawatan Sepsis
Neonatorum pada Anak.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan umum: Menjelaskan tentang Sepsis Neonatorum dan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan kasus Sepsis Neonatorum
Tujuan khusus : 1. Menjelaskan tentang pengetian Sepsis Neonatorum
2. Menjelaskan tentang etiologi dari Sepsis Neonatorum
4. Menjelaskan tentang patofisiologi dari Sepsis Neonatorum
5. Menjelaskan tentang manifestasi klinis Sepsis Neonatorum
6. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan Sepsis Neonatorum
7.  Menjelaskan tentang penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
8.  Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang Sepsis Neonatorum
9. Menjelaskan tentang komplikasi Sepsis Neonatorum

1.4 METODE PENULISAN


Metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif untuk
mendapatkan data menggunakan metode Studi pustaka dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini penulis menggunakan beberapa buku sumber dan internet sebagi
referensi.

1.5 SISTEMATIKA PENUISAN


Adapun sistematika dari makalah ini terdiri dari 3 bab
1. BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan Teori
Bab ini terdiri dari konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan yang
terdiri dari, definisi sepsis neonatorum, etiologi sepsis neonatorum, patofisiologi
sepsis neonatorum, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, asuhan
keperawatan.
3. BAB III : Penutupan
Bab ini terdiri dari kasimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI SEPSIS NEONATORUM


Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik
dan terdapat bakter dalam darah. Perjalanan penyakit dapat berlangsung cepat sehingga
sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat
meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari. (surasmi,2003)
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistmik akibat infeksi
selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus,jamur, dan protozoa menyebabkan
sepsis bayi baru lahir. (Depkes,2007)
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama
setelah kelahiran. (MOCHTAR, 2005)
2.2 ETIOLOGI
1. Kelahiran kurang, cacat bawaan
2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering
dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan
sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma.Streptococcus
grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans,
virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis.
3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik. Tanda dan
gejala sepsis neonatorum yaitu:
a) hipertermia atau hipotermi bahkan normal
b) aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit
c) berat badan menurun tiba-tiba
d) Tanda dan gejala pada system kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab,
pucat dan sianosis
e) malas atau tidak mau minum dan diare
f) Kejang, pernafasan tidak teratur

2.4   Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus
masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus
yang dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks
naik mencapai korion dan amnion.Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat
persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi,
saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes
genetalia, candida albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran,
terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-
alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau
dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi,
2003)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. pemeriksaan darah rutin (HB,Leukosit, Trombosit, CT,BT,LED, SGOT, SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3.  Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
4. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP)
5. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya perubahan

2.6  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut :
1. Perawatan umum:
a. Tindakan aseptik
b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.
c. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.
d. Cairan diberikan dengan infus.
e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.
2. Medikamentosa :
a. Beri antibiotik kombinasi.
b. Evaluasi hasilnya 3-5 hari, bila tidak berhasil, ganti antibiotik.
c. Uji sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat.
d. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara
klinis.
3. Simtomatik : pengobatan simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala klinisnya
(obat penurun panas, obat anti kejang). Transfusi darah sehingga Hb 11g%.
Pemantauan terhadap perawatan pasien adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan keadaan umum, tanda-tanda vitalnya,
2. Perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan.
3. Evaluasi gambaran darahnya.
4. Persiapan alat darurat

2.7 KOMPLIKASI
1. Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2.   Perdarahan
3. Infeksi pada uterus atau plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
b. Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer
kuat,cepat,takikardia (syok).
c. Eliminasi
Gejala: diare
d. Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, muntah
e. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
f. Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
g. Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru.
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
h. Seksualitas
Gejala:  puripus perineal
i. Penyuluhan Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwayat selenektomi penggunaan antibiaotik

2.  Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan
pada reagulasi temperatur.
2. Diare b/d iritasi usus sekunder akibat organisme yang menginfeksi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kondisi yang mempengaruhi masukan
nutrisi.
4. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b/d edema dan imobilitas.
5. Ketakutan pada keluarga b/d ketidakberdayaan (ancaman pada kesejahteraan pada
diri anak).
3. Intervensi
1. Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.
Kriteria Hasil : Suhu dalam batas normal. Tidak mengalami komplikasi yang
berhubungan.
Intervensi Rasional
a) Pantau suhu pasien perhatikan menggigil/diaforesis Suhu 38,9° - 41,1° C
menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Rasional: Menggigil sering mendahului puncak suhu.
b) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
c) Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam.
d) Kolaborasi dengan tim medik dalam memberikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme
2. Diagnosa : Diare b/d iritasi usus sekunder akibat organisme yang
menginfeksi.
Kriteria Hasil : Meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
Intervensi Rasional
a) Observasi frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah.
Rasional: Diare sering terjadi akibat mikroba yang masuk kedalam usus.
b) Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang
sesuai diet yang dibuat.
Rasonal: cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah
mempengaruhi diare.
c) Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional: Untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh mengalami
perubahan yang lebih baik.

3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kondisi yang


mempengaruhi masukan nutrisi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan penambahan berat badan dan bebas dari tanda
malnutrisi.
Intervensi Rasional
a) Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan
tingkat energi, keinginan untuk makan/anoreksia.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari
normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi.
b) Timbang berat badan setiap.
Rasional: Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan
terapeutik.
c) catat bising usus, keluhan mual/muntah, ketidaknyamanan abdomen, adanya
diare / konstipasi.
Rasional: Untuk mengetahui kondisi pasien dan menentukan intervensi lanjutan
d) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional: agar pasien mendapatkan terapi obat yang sesuai

4. Diagnosa : Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b/d edema dan


imobilitas.
Kriteria Hasil : Mempertahankan kulit utuh dan mengidentifikasi faktor-faktor
resiko.
Intervensi Rasional
a) Ubah posisi sering di tempat tidur dan kursi. Rekomendasikan 10 menit
latihan setiap jam dan lakukan rentang gerak.
Rasional:Meningkatkan sirkulasi, tonus otot, dan gerak tulang sendi.
b) Pertahankan agar sprei dan selimut tetap kering, bersih dan bebas dari
kerutan, serpihan ataupun material lainnya yang dapat mengiritasi.
Rasional: Mengurangi abrasi kulit.
c) Berikan tambahan zat besi dan vitamin C.
Rasional: Membantu dalam penyembuhan/generasi seluler.

5. Diagnosa : Ketakutan pada keluarga b/d ketidakberdayaan (ancaman pada


kesejahteraan pada diri anak).
Kriteria Hasil : Keluarga bisa menerima keadaan yang dialami oleh anaknya.
Intervensi Rasional
a) Berikan penjelasan pada orang tua tentang kesehatan anak.
Rasonal: Untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh orang tua.
b) Tinjau faktor resiko dan bentuk penularan/tempat masuk infeksi.
Rasional: Menyadari terhadap bagaimanan infeksi ditularkan akan memberikan
informasi untuk merencanakan/melakukan tindakan.
c) Dorong orang tua untuk memberikan perhatian yang lebih pada anak.
Rasional: Tujuan terapeutik pada anak maksimal.
4. Implementasi
Pada tahap ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang
telah disusun.

5. Evaluasi
1. Hipertermi teratasi
2. Diare teratasi
3. nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
4. kerusakan integritas kulit tidak terjadi
5. Ketakutan pada keluarga berkurang sampai dengan hilang
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistmik
akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus,jamur, dan protozoa
menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (Depkes,2007)
Sepsis neonatorum dapat terjadi karena prematur, cacat bawaan, Mikroorganisme
berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Tanda dan gejala pada sepsis neonatorum
umumnya tidak jelas dan tidak spesifik.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit
sepsis neonatorum yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA

http://estyocta.blogspot.co.id/2011/10/sepsis-neonatorum.html

https://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/

http://askepku92.blogspot.co.id/2013/08/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai