Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

INFEKSI PADA NEONATUS

OLEH :

LULUK MAALIANA
2102021815

DOSEN PENGAMPU :

SULISTYOWATI, S.ST., M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan
rahmat serta karunia-NYA yang telah memberikah rahmat serta hidayat kepada kita semua
dengan berkat dan kebahagiaan dunia akhirat tak lupa ucapan terimakasih juga saya
sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan yang
benar dan bathil.

Pertama-tama Kami Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan mengucapkan banyak


terimakasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus yang
sudah membimbing kami dalam membuat tugas makalah ini. Semoga dengan adanya Tugas
Makalah ini bisa membimbing kita semua agar ikut menambah pengetahuan dan wawasan
kita tentang Pemeriksaan Feses

Kami juga sadar bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan bahkan
jauh dari kata sempurna. Saya menanti adanya kritik dan saran dari Bu Sulistyowati, S.ST.,
M.Kes jika berkenan untuk perbaikan makalah ini.untuk itu, saya meminta maaf apabila ada
kata yang kurang berkenan di hati para pembaca.

Bojonegoro, 23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. Definisi Infeksi Pada Neonatus………………………………………………………..


B. Penyebab Infeksi Pada Neonatus ………………………………………………………
C. Tanda dan Gejala Infeksi Pada Neonatus ………………………………………………
D. Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus ………………………………………………
E. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi…………………………………………………

BAB III PNUTUP………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua
(98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua
pertiga kematian itu terjadi pada masa periode neonatal dini dan 42% kematian
neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis,
pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi yaitu
sekitar 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering muncul
sebagai komplikasi infeksi neonatorum diantaranya meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007)
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya
morbiditas serta mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin bisa terinfeksi
in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam periode
bulan pertama kehidupan. Lesi radang ditemukan pada sekitar 25% otopsi bayi baru
lahir, lesi-lest tersebut frekwnsinya menduduki tempat kedua sesudah penyakit
membrane hialin. Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan masih
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini disebabkan neonatus
rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak,
kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang
kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih
mudah terkena infeksi neonahgtorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga 
dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) biasanya sering sekali menjalar ke infeksi
umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL
tersebut di atas diantaranya yaitu malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi,
frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Infeksi Pada Neonatus?
2. Apa Penyebab Dari Infeksi Pada Neonatus?
3. Bagaimana Tanda Dan Gejala Infeksi Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL)
4. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus?
5. Bagaimana Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Infeksi Pada Neonatus
2. Untuk Mengetahui Penyebab Infeksi Pada Neonatus
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus
4. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus
5. Untuk Mengetahui Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Neonatus
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
neonatal, intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi
bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan.
yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang
dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang
dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi adalah tanda respon
tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi
terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir namun merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2,75 kg serta 2 kali lebih sering menyerang bayi jenis
kelamin laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai muncul dalam waktu 6
jam setelah bayi lahir, namun kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
diakibatkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
B. Pembagian Infeksi
1. Inkfesi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosocomial
Adalah terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme
yangditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, biasanya sering
mengalami komplikasi.
C. Klasifikasi
1. Infeksi Berat
Sepsis, meningitis, pneumonia, diare, tetanus neonatorum
2. Infeksi Ringan
Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis
D. Etiologi
Infeksi perinatal bisa disebabkan oleh berbagai bakteri seperti  escherichia coli,
pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, dan coccus
gonococcus. Infeksi ini juga bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan
postnatal.
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan saat kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan
akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah kuman yang
menginvasi ke dalam janin.
Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan cytomegalic
inclusio.
Spirochaeta: terponema palidum
Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, kemudian naik dan lalu masuk ke
dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban
yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis
dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum
pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina,
termasuk periksa dalam dan kromilage (melebarkan jalan lahir dengan jari
tangan penolong). infeksi bisa pula terjadi melalui kontak langsung dengan
kuman yang berasal dari vagina, seperti pada blennorhoe.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya
melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan
yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya
pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.
E. Tanda dan Gejala
Gejala ini yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
adalah sebagai berikut.
1. Bayi malas minum
2. Frekuensi pernapasan meningkat
3. Berat badan menurun
4. Pergerakan kurang
5. Muntah
6. Diare
7. Sklerema dan udema
8. Perdarahan, ikterus, dan kejang
9. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi
 Menifestasi klinis non-spesifik pada Bayi Baru Lahir
1. Umum
Gejala demam, hipotermia, “tidak merasa baik”, tidak mau makan, dan sklerema
2. Sistem Gastrointenstinal
Perut kembung, muntah, diare, hepatomegaly
3. Sistem Pernafasan
Apnea, disapnea, takipnea, retraksi flsring, grunting sianosis
4. Sistem Ginjal
Oliguria
5. Sistem Kardiovaskuler
Pucat, mottling, dingin, kulit lembab, takikardi, hipotensi, bradikardi
6. Sistem saraf pusat
Iritabilitas, lesu, tremor, kejang-kejang, hiporefleksia, hipotania, reflex moro
abnormal pernafasan tidak teratur, fontanela menonjol, tangisan nada tinggi.
7. System hematologi
Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura perdarahan
 Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena.
4. Infeksi pada persendian mengakibatkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat.
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) mengakibatkan pembengkakan perut serta
diare berdarah.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi Pada Neonatus
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, diantaranya yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya penyakit infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk
dan juga tempat tinggalnya padat serta tidak higienis. Bayi kulit hitam
kemungkinan lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (yakni wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk infeksi neonatal. Biasanya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan, menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor seks dan kerentanan
hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi endotrakea,
pemasukan kateter pembuluh darah umbilicus, atau keduanya, dihubungkan
dengan peningkatan risiko infeksi bakteri, hal ini kemungkinan berkaitan dengan
prematuritas atau infeksi pada saat lahir
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga pada biasanya
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme melalui kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
G. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
4. Ikterus/kernicterus
H. Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah
I. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring
ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada keluarga
J. Penanganan Infeksi atau Sepsis
 Tanda-Tanda
Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih, menangis lemah
atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel cembung, tali pusat memerah.
 Kategori
Sepsis
Infeksi lokal
 Penilaian
Tanda-tanda tersebut diatas disertai:
1. Kadang-kadang kejang
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
3. Kulit ikterik
 Pencegahan dan Pengobatan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonates. Tanpa
pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat. Oleh karena itu tindakan pencegahan mempunyai
arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
a) Pada masa antenatal
Perawatn antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisai, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan
yang memadai bila diperlukan.
b) Pada masa intranatal
Perawtan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, dalam arti
persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada
ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan).
Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan.
Melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan
kulit dan selaput lendir.
c)Sesudah masa postnatal
Perawatan sesudah pesalinan meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri.
Perawatan luka umbilicus secara steril. Tindakan invasive harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Mengindari perlukaan
selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memgang setiap bayi.
Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data
yang benar dan baik
 Infeksi Tali Pusat

Tali pusat biasanya puput 1 minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam
15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang
dapat dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan
secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi
baru lahir adalah sebagai berikut :
a) Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya
infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan
tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu
pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat
memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong
persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang
digunakan pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat
pemotongan tali pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan
terjadinya infeksi.
b) Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis.
Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan
persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat
menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.
c) Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku di sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang
mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti
inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan
diberikannya
berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar
biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada
keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak
ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).
Masalahnya yaitu tali pusat merah dan bengkak mengeluarkan nanah atau
berbau busuk (terinfeksi).
Penanganan Infeksi tali pusat local atau terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptic (missal
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptic (missal
gential violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8 kali sehari sampai tidak
ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila
memungkinkan.
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
Penanganan Infeksi tali pusat atau meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2. Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari.
3. Jika terdapat pustula atau lekuk kulit
4. Cari tanda-tanda sepsis.
5. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk tali pusat local atau
terbatas.
 Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonates (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem
saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui
pintu masuk satu-satunya, yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat
pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya
sebelum puput. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari.Apabila masa
inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematiannya tinggi. Angka kematian kasus (case Fatality Rate atau CFR)
sangat tinggi. Pada kasus tetanus neonatorum yang tidak dirawat,
angkanya mendekati 100%, terutama yang mempunyai masa inkubasi
kurang dari 7
hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum yang dirawat di rumah
sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8-55%.
Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum:
1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil tidak dilakukan, atau
tidak lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat "3 bersih".
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh
dari penyakit tetanus tidak berarti seseorang/bayi selanjutnya kebal terhadap
tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit
tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti
(anti bodi) terhadap tetanus. Itulah nya seorang/bayi penderita tetanus harus
menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan/atau setelah sembuh.

Gejala klinis tetanus neonatorum antara lain :

1. Bayi yang semula yang dapat menetek menjadi tidak menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorok)
2. Mulut bayi mencucu sepert mulut ikan
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
4. Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi memburu
5. Sering timbul komplikasi terutama bronckhepneumonia, asfiksia dan sianosis akibat
obstruksi jalan nafas oleh lendir/secret dan sepsis

Tanda dan gejala

Tiba-tiba bayi demam atau panas, mendadak bayi tidak mau/ tidak bisa menetek
(mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti ikan, mudah sekali kejang
(misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget), disertai sianosis, kuduk kaku,
posisi punggung melengkung, kepala mendongak ke atas (opistotonus)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir namun merupakan
penyebab darI 30% kematian pada bayi yang baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih
sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya yaitu kurang dari 2,75 kg dan
2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai
muncul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, namun kebanyakan muncul dalam
waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru muncul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan akibatkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah
sakit).
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini jika ada kesalahan yang tidak disengaja maupun
yang disengaja kami mohon saran dan kritik untuk menyempurnakan dalam penulisan
dan susunan kata – kata yang telah dijadikan dalam bentuk makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.


Deepublish.
Afrida, B. R., & Aryani, N. P. (2022). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Penerbit NEM.
Octa Dwienda, R., Liva Maita, S. S. T., Saputri, E. M., & Yulviana, R. (2015). Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah
untuk
Para Bidan. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai