Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS

Disusun oleh:

DEWI MELLIYUNITA

2208021

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan
penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. Sepsis neonatorum adalah infeksi
berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.
Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak
terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai
48jam. (Perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedoktoran). Sepsis neonatorum
adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama
kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran
hidup.

Epidemiologi
Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok
grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok,
Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes
dan organisme yang anaerob. Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan
ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai
awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari
rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)

2. Etiologi
1) Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis.
2) Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering
dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan
sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus
grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans,
virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis.
3) Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
4) Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi
berkulit putih
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada
paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun
dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor diluar ibu dan neonatal


a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat
alat yang terkontaminasi.
bPaparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
e. Colli.

4. Faktor predisposisi
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi
sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis.
Faktor tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
b. Perawatan antenatal yang tidak memadai
c. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus
d. Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
g. Tidak menerapakan rawat gabung
h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
i. Ketuban pecah dini,
3. Patofisiologi
Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3 :
1) Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi klinis
yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama mengenai
system saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.
2) Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering
disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3) Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi yang
timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.

Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum :


Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara
lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi
oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati
jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican
dan gonorrea).
3) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis,
melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

4. Pathways
5. Manifestasi Klinis
Penderita sepsis dapat menunjukkan tanda dan gejala berikut:
1. Demam, merupakan manifestasi yang paling umum
2. Hipotensi, terjadi pada sekitar 40% pasien sepsis
3. Agitasi (kecemasan) sering terjadi pada pasien lansia
4. Kulit dingin dan basah
5. Waktu pengisian kembali kapiler (capillary refill time) lebih dari 2 detik
6. Takikardia (detak jantung cepat)
7. Nyeri otot
8. Hiperglikemia
9. Hipoglikemia (jarang)
10. Manifestasi klinis lainnya yang terjadi pada kulit, sistem pencernaan, saluran reproduksi,
saluran kemih, darah, hati, sistem saraf, paru-paru, dan ginjal.

Klasifikasi
1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.

Tanda dan gejala


Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :
1. Tanda dan Gejala Umum
Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal, Aktivitas lemah atau
tidak ada, Tampak sakit, Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
2. Sistem Pernafasan
Dispenu, Takipneu, Apneu, Tampak tarikan otot pernafasan, Merintih, Mengorok,
Pernapasan cuping hidung, Sianosis
3. Sistem Kardiovaskuler
Hipotensi, Kulit lembab dan dingin, Pucat, Takikardi, Bradikardi. Edema, Henti jantung
4. Sistem Pencernaan
Distensi abdomen, Anorexia, Muntah, Diare, Menyusu buruk, Peningkatan residu
lambung setelah menyusu, Darah samar pada feces,
Hepatomegali
5. Sistem Saraf Pusat
Refleks moro abnormal, Inhabilitas, Kejang, Hiporefleksi, Fontanel anterior menonjol,
Tremor, Koma, Pernafasan tidak teratur, High-pitched cry
6. Hematologi
Ikterus, Petekie, Purpura, Prdarahan, Splenomegali, Pucat, Ekimosis

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
4. mendeteksi organisme.
5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
6. neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
7. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
8. inflamasi.

7. Komplikasi
Sepsis dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:
 Komplikasi neurologis
Komplikasi ini meliputi ensefalopati (kerusakan otak), polineuropati (kerusakan beberapa
saraf di waktu yang bersamaan), miopati (nyeri otot), sindroma Guillain-Barré (penyakit
autoimun dimana sistem imun menyerang saraf), rhabdomyolisis (pemecahan otot rangka
yang rusak), dan cedera otak traumatik atau stroke.
 Komplikasi lainnya, seperti koagulasi intravaskular yang tersebar, sindroma distres
pernapasan akut, dan kegagalan organ.
 – Meningitis
– Hipoglikemia, asidosis metabolik
– Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
– Ikterus/kernikterus

8. Penatalaksanaan
Sekalipun tingkat bertahan hidup sudah meningkat dalam 40 tahun terakhir, belum
ditemukan terapi molekuler spesifik untuk kondisi sepsis selain terapi antimikroba.
Manajemen yang bersifat segera untuk sepsis adalah:
 Resusitasi
Pemberian oksigen untuk menjaga saturasi oksigen di atas 95% harus dilakukan.
Menurut algoritma ACLS, kekurangan cairan diatasi dengan pemberian cairan, transfusi
darah, dan intervensi yang spesifik terhadap kasus. Juga disarankan untuk memberikan
vasopressor.
Menurut kedua algoritma di atas, vasopressor diberikan pada kasus hipotensi yang
menyertai kekurangan cairan, yaitu noradrenaline pada kasus Mean Arterial Pressure di
bawah 65 mmHg (berdasarkan algoritma yang diusulkan oleh Assuncao MS, Corrêa
TD, Bravim BA, dan Silva E) atau tekanan darah sistolik <70 mmHg (menurut
algoritma ACLS).
 Terapi antimikrobial secara cepat
Dokter harus mengusahakan pemberian obat-obat antimikroba secepat mungkin,
idealnya di dalam 1 jam setelah penerimaan pasien. Sebelum pemberian antibiotik,
kultur darah harus dilakukan.
 Menjaga keseimbangan cairan
Volume urine dan jumlah cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh harus dicatat.
 Kadar gula darah
Pada kondisi hiperglikemia, gula darah harus dijaga di bawah 10 mM dengan insulin
intravena.
 Pengendalian sumber infeksi di dalam tubuh
Identifikasi sumber infeksi dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat pasien dan
pemeriksaan radiologis. Setelah ditemukan sumbernya, manajemen segera harus
dilakukan seperti pembuangan efusi pleura, penutupan luka, atau pembuangan cairan
abses intraabdominal.

Pencegahan sepsis dapat dilakukan dengan:


Pencegahan infeksi, dengan menjaga kebersihan tubuh dan pemberian vaksin. Vaksin
telah diproduksi untuk banyak virus penyebab sepsis, seperti cacar, tetanus, dan polio.
Penanganan luka yang baik. Luka terbuka harus dibersihkan dengan tangan yang bersih.
Selain itu, luka yang dalam mungkin membutuhkan penjahitan. Setelah itu, salep dan krim
antibiotik dapat diberikan. Luka dapat ditutup dengan plester.
Tanda-tanda infeksi setelah luka adalah kemerahan di sekitar luka, rasa hangat di sekitar
luka, peningkatan rasa nyeri, dan adanya zat yang keluar dari luka.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1) Pengkajian Fokus
1) Data Sybyektif
2) Data Obyektif : Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung lambat dan
suhu tubuhnya turun-naik, gangguan pernafasan, kejang, jaundice (sakit kuning),
muntah, diare,perut kembung

2) Diagnosa Keperawatan (menggunakan 3S : SDKI, SLKI, SIKI)


Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Hipertermia (D.0130)
2. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)
3. Defisit Pengetahuan (D.0111)

3. Intervensinya
Diagnosa 1 : Hipertermia (D.0130)
Intervensi : Manajemen Hipertermia (I.1556)
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
 Monitor komlikasi akibat hiertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Diagnosa 2 : Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)


Intervensi : Pencegahan Syok (I.02068)
Tindakan :
Observasi

 Monitor status kardioulmonal


 Monitor status oksigenasi
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa riwayat alergi

Terapeutik

 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%


 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Lakukan skin test untuk mencegah alergi

Edukasi

 Jelaskan penyebab/faktor risiko syok


 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu


 Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiinfalamasi, jika perlu

Diagnosa 3 : Defisit Pengetahuan (D.0111)


Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
Tindakan :
Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.


Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.
Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.
Dongoes, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses
Keperawatan,Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai