Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI NEONATAL/SEPSIS
KONSEP DASAR
A.

DEFINISI
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat
minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)
Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang
disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya
yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar.
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5
kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75
kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah
bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis
yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh
infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Sepsis:
1.

Sepsis dini

terjadi 7 hari pertama kehidupan.


Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.
B. ETIOLOGI

a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri


b.

mampu menyebabkan sepsis.


Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab
paling sering dari sepsis Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan
angka kesakitan sekitar 50 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan
toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen
lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan
organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,

parotitis.
c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis
pada neonatus antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Perdarahan
Demam yang terjadi pada ibu
Infeksi pada uterus atau plasenta
Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit
C.

PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
(Bobak, 2005).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari
tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit
juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan
IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali
pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen
terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki
empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada

kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion
akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada
lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat
terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican
dan gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang

nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
D.

MANIFESTASI KLINIS
1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turunnaik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang,
jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis)

menyebabkan

terbatasnya

pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena


4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan
perut dan diare berdarah

D.

PATHWAY
Penyakit infeksi
yang diderita ibu
Bakteri dan virus
Masuk ke
neonatus
Masa
antenatal
Kuman dan
virus dari ibu
Melewati

Masa intranatal

Pascanatal

Kuman di vagina
dan servik

Infeksi
nosokomial
dari luar
rahim

Naik mencapai
amnion

plasenta dan
umbilikus
Masuk ke
tubuh bayi

Kuman melalui
umbilikus
Masuk ke tubuh
janin
SEPSIS

Sistem
pencernaan
-Distensi
abdomen
-Anoreksis
-Muntah
-Diare
kekurangan
volume
cairan tubuh

Sistem
pernafasaan
-Dispneu
-Takipneu
-Apneu
-Bantuan obat
pernafasan
Pola nafas
tidak
efektif

Ante, intra,
prenatal
-peningkatan
suhu tubuh
-Aktivitas
lemah
-Menyusu
buruk
-Peningkatan
leukosit

Hiperte
mia

Resiko infeksi

F.

KOMPLIKASI

Meningitis

Hipoglikemia, asidosis metabolik

Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

ikterus/kernikterus

H.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh.

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran


ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya inflamasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
A.

BIODATA

Pengkajian

Identitas orang tua

B.

RIWAYAT KESEHATAN

1.

Riwayat Penyakit Sekarang


Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran

2.

Riwayat Prenatal

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan


3.

Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan

C.

PEMERIKSAAN FISIK

1.

Keadaan Umum

Kesadaran

Vital sign

Antropometri

2.

Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep

3.

Mata
Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva
perdarahan dan anemis.

4.

Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah,
distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.

5.

Sistem Pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas

6.

Tali Pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah (2 arteri dan 1 vena)

7.

Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali

8.

Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,
normal/abnormal

9.

Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris

10. Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

D.

PEMERIKSAAN SPESIFIK

1.

Apgar Score

2.

Frekuensi kardiovaskuler
Apakah ada takikardi, bradikardi, normal

3.

Sistem Neurologis

Refleks moro

: tidak ada, asimetris/hiperaktif

Refleks menghisap

: kuat, lemah

Refleks menjejak

: baik, buruk

Koordinasi refleks menghisap dan menelan

E.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1.

Sampel darah tali pusat

2.

Fenil ketonuria

3.

Hematokrit

Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan
prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
1. Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril.
3. Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.
4. Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5. Pantau kecendrungan suhu
Rasional :

1. Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk
mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan
infeksi.
2. Mengurangi kontaminasi ulang.
3. Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4. Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5. Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus
dan endofrin yang melepaskan pirogen.
2. Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi,
efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi
temperataif.
Intervensi :
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis.
2. Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
3. Berikan kompres hangat.
Rasional :
1. Suhu 38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut.
2. Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana
sushu mendekati normala.
3. Dapat membantu mengurangi demam.

3.

Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas pada


vasodilatif

maatif/

kompurtmen

vaskuler

dan

permeabilitas

kapiler/kebocoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)


Intervensi :
1. Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan
keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong
masukan cairan oral sesuai toleransi.
2. Palpasi denyut peripher
3. Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa
haaus.
4. Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
1. Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan
darh.
2. Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3. Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda
dehidrasi.
4. Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan
intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.
Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.
Vietha.2008.Askep pada

Sepsi Neonatorum.

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEONATUS


STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:
Nurul Inayati
NIM: 690150235

PROGRAM PENDIIDKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

Anda mungkin juga menyukai