Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SEPSIS NEONATORUM


Di Ruang Perinatologi RSUD dr.Drajat Prawiranagara

Di Susun Oleh:
Siti Syukroh
5022031107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2022/2023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten tlp/Fax.0254.232729

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN ANAK

1. PENGERTIAN
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain.
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1
dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap
infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang
dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat
berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti
paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat
disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir.
Suatu sindroma respon inflamasi janin/FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan
adanya kuman di dalam darah pada neonatus.
Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru
lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-
laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh
infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

2. ETIOLOGI

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti


bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
-          Bakteri escherichia koli
-          Streptococus group B
-          Stophylococus aureus
-          Enterococus
-          Listeria monocytogenes
-          Klepsiella
-          Entererobacter sp
-          Pseudemonas aeruginosa
-          Proteus sp
-          Organisme anaerobik
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut
Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria
pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat
mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif
rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka
biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan
sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator.
Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian
ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila
tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya
bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda
paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua
bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian
menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam
darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua
kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi
berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi
pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.\
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
- ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.
- Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
- Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
- Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
- Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain
malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,
terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk
dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus
dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau
port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida
albican,dan N.gonorrea.
3) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga
dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

3. PATOFISIOLOGI
A. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu :

- Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
- Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion
akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi
melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
- Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga
dapat terjadi melalui luka umbilikus.

Melalui Air Ketuban         →          Bakteri             →                       Infeksi pada Ibu


↓                                                         ↓
Masuk kedalam tubuh janin      meningitis,oesteomelitis
↓                                                ↓
Terjadinya Infeksi awal   .       resiko infeksi

Infeksi/Kuman menyebar

Keseluruh tubuh janin
Hipotalamus                Organ Hati                  Organ pernafasan             SistemGastrointestinal
↓                                         ↓                                    ↓                                   ↓
Berespon menghasil    Erirtosit banyak           G3 sirkulasi O2                    Muntah, Diare
kan panas tubuh             Dilisis                          CO2                            Malas menghisap
↓                                        ↓                              ↓                                            ↓
Hipertermia             Fungsi tidak                Bayi akan sesak                   Gangguan Volume
Optimal                          ↓                           cairandan elektrolit
↓                   Gangguan pola nafas
Hiperbilirubin

Jaundice (ikterif)

Ke Otak

Enselopati

Kemit ikterik(kejang)

resiko cedera
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut :
- Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
- Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
- Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas
cuping hidung, merintih, sianosis
- Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(>
160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
- Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
- Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap,
denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa
gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
- Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
- Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
- Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena
- Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat
- Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
-
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
- Leukositosis (>34.000×109/L)
- Leukopenia (< 4.000x 109/L)
- Netrofil muda 10%
- Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio
>0,2
- Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
- CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
Factor-faktor pada masalah hematology:
- Peningkatan kerentaan kapiler
- Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
- Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
- Peningkatan hemolisis
- Kehilangan darah akibat uji  laboratorium yang sering dilakukan

6. PENATALAKSANAAN
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v 
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v
dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila
diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada
hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan
sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus
meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik
asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi
kejang, transfusi tukar.

7. KOMPLIKASI
- Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
- Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
- Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
- Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
- Perdarahan
- Demam yang terjadi pada ibu
- Infeksi pada uterus atau plasenta
- Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
- Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
- Proses kelahiran yang lama dan sulit
-
8. PENCEGAHAN
1. Pada masa Antenatal  :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2. Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3. Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan
peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SEPSIS NEONATORUM

1. Pengkajian
- Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
- Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer
kuat,cepat,takikardia (syok).
- Eliminasi
Gejala: diare
- Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
- Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
- Tanda: gelisah, ketakutan
- Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
- Pernafasan
- Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
- Seksualitas
Gejala:  puripus perineal
- Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
- Penyuluhan Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi penggunaan antibiaotik

2.  Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan
prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi :
- Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan
sarung tangan steril.
- Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.
- Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan
- Pantau kecendrungan suhu
Rasional :
- Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan
luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi.
- Mengurangi kontaminasi ulang.
- Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
- Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
- Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan
endofrin yang melepaskan pirogen.
2. Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi, efek
langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi
temperataif.
Intervensi :
- Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis.
- Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
- Berikan kompres hangat.
Rasional :
- Suhu  38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut.
- Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana sushu
mendekati normala.
- Dapat membantu mengurangi demam.
3. Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/
kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi
interstisial (ruang ketiga)
Intervensi :
4. Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan
kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral
sesuai toleransi.
- Palpasi denyut peripher
- Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haaus.
- Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
Rasional :
- Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darh.
- Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
- Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi.
- Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan
menyebabkan edema jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
2. Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
3. Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
4. Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm
5. Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet dihttp://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-
1uyr3qilmiahpopular.doc
6. Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
di http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
7. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
8. Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai