Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TIC By. Ny.

R DENGAN SEPSIS NEONATORUM

DI RUANG ANTHURIUM RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas TIC pada mata kuliah Keperawatan Anak
dengan dosen pengampu

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Nomi Hernawati 322076 Sunandi Mardesta 322083


Puteri Qolbu F 322079 Syahriel Fasha 322084
Siti Rohmawati 322081 Tasya Tasharofa 322085
Sophia Apriliani 322082 Tiara Dwi Suntari 322086

Profesi Ners C

PROGRAM STUDI PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2023
LAPORAN PENDAHLUAN
1. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik oleh sebab masuknya kuman kedalam tubuh
disertai manifestasi klinis yang terjadi pada neonatus. Sepsis neonatorum merupakan salah
satu penyebab tersering pada neonatus untuk dirawat di rumah sakit dan kematian neonatus
baik di negara berkembang maupun negara maju (Escobar GJ, 2000). Sepsis dapat disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri Gram positif maupun negatif, virus,
parasit dan jamur (Polin, 2012).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ
saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat
disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/FIRS disertai gejala klinis infeksi yang
diakibatkan adanya kuman di dalam darah pada neonates. Sepsis terjadi pada kurang dari 1%
bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg
dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode
setelah lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat
proses kelahiran atau in utero. Karakteristiknya yaitu sumber organisme
pada saluran genetalia ibu dan atau cairan amnion,

biasanya
fulminan

dengan

angka

mortalitas

tinggi. Jenis

kuman

yang sering
ditemukan

adalah streptokokus group B, Escherichia Coli, Haemophilus


Influenzae, Listeria Monocytogenesis, batang gram negatif (Maryunani
dan Nurhayati, 2019)
2. Etiologi
Bakteria seperti Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilusin fluenzaetipe B, Salmonella, dan Streptococcus
grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3
bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus. Pada
berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama
kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18jam atau lebih sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
Waktu terinfeksinya sepsis neonatorum pada bayi terbagi menjadi dua yaitu (Martua, 2021):
1) Infeksi terjadi saat persalinan
Sepsis neonatorum yang mana terjadinya setelah persalinan dan diakibatkan oleh
infeksi bakteri yang asalnya dari tubuh ibu contohnya group B strepcoccus (GBS),
e.coli dan staphylococcus. Pada infeksi ini terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24-72
jam setelahnya persalinan. Selain itu ada penyebab lainnya seperti virus herpes
simpleks (HVS) atau juga virus lainnya yang dapat mengakibatkan infeksi parah pada
bayi yang baru lahir. Pada infeksi neonatorum jenis ini risikonya lebih tinggi jika bayi
lahir dalam keadaan premature, infeksi plasenta dan air ketuban, dan lahir pada ibu
yang ketubannya pecah dini atau pecah terlebih dahulu dalam waktu lebih dari 18 jam
sebelumnya persalinan.
2) Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset)
Pada infeksi ini terjadi dalam jangka waktu 4-90 hari setelah bayi lahir. Penyebab dari
infeksi ini kuman yang berasal dari lingkungan, misalnya Staphlyococcus aureus.
Klebsiella.dan Pseudomonas. Selain itu jamur Candida juga bisa menyebabkan sepsis
pada bayi.
3. Patofisiologi
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi mikroorganisme karena
telah terlindungi oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan
beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian kemungkinan
kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan yaitu salah satunya pada ketuban
pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada
keadaan ini kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi
kuman melalui saluran pernafasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman pada
bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban pecah lebih dari 18-24 jam (Kosim,
2014) Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan dalam
(Kardana, 2011):
a. Sepsis dini : terjadi pada 0-3 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok, organisme
penyebab penyakit didapat dari intra partum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini
kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti
Treponema, Virus, Listeria dan Candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara
hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan
pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asendens dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya
khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi kemudian teraspirasi oleh janin atau
neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau
mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar
flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring,
orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses
infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang
dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insiden syok septik 0,1-0,4%
dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.
b. Sepsis lambat : umumnya terjadi setelah bayi berumur 4 hari atau lebih mudah menjadi berat,
tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul
sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat
yang terkontaminasi. Di sini transmisi horizontal memegang peran. Insiden sepsis lambat
sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20%namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko
lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur.

4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut:
1) Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2) Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3) Saluran nafas: apnoe, dispnue (<30x/menit), takipnae (>60x/menit), retraksi, nafas cuping
hidung, merintih, sianosis
4) Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kit lembab, hipotensi, takikardi (>160x/menit),
bradikardi (< 100x/menit)
5) Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6) Hematologi: Ikterus, splenomegali, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
6. Pemeriksaan penunjang
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan pemeriksaan laboratorium
untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemeriksaan hematologi
a. Trombosit: 100.000/µL
b. Leukosit: dapat meningkat atau menurun
c. Pemeriksaan kadar D-Dimer
Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan ginjal
(Maryunani dan Nurhayati, 2019).
2. Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah (Putra, 2012).
3. Analisis cultur urin dan cairan serebrospinal (CSS dengan lumbal pungsi dapat mendeteksi
mikroorganisme)
4. DPL menunjukan sel darah putih dengan peningkatan neutrophil imatur yang menyatakan
adanya infeksi
5. Laju endap darah dan protein reaktif-C (CRP) akan meningkat menandakan adanya
inflamasi

7. Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam iv
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin
(Aminoglikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati
penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan
dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi),
pungsilumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
fotopolosdada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaandarah
dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada harike-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis
15mg/kgBB/perhari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian


antibiotika 10-14hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
Pengobatan suportifmeliputi: Termoregulasi, terapi oksigen/ ventilasi mekanik, terapisyok,
koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/ hiperglikemi, transfuse darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

7. Konsep askep sepsis neonatorum

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37oC)


2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
b. Intervensi dan rasional

INTERVENSI RASIONAL
1.Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2.Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat berpotensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk kedalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air hangat Kompres pada aksila,leher dan lipatan
pada aksila, leher dan lipatan paha, paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
hindari penggunaan alcohol untuk besar yang akan membantu menurunkan
kompres. demam. Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas
secaradrastis.
Kolaborasi Pemberian antipiretik juga diperlukan
Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika untuk menurunkan panas dengan segera.
panas tidak turun.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
a. KriteriaHasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37oC)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25ml/6 jam
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda–tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang Hipertermi sangat potensial untuk
dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres hangat jika terjadi Kompres air hangat lebih cocok digunakan
hipertermi, dan pertimbangkan untuk pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
langkah kolaborasi dengan menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
memberikan antipiretik. secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu
lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberi anantipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan
panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume
bersirkulasi akibat dehidrasi
a. Kriteria Hasil
1. Tercapai keseimbangan air dalam ruang interselular dan ekstraselular.
2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan.
3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara
fungsi jaringan.
b. IntervensidanRasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Perawatan sirkulasi (misalnya periksa 1. Meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
nadi perifer, edema, pengisian perifer,
warna, dan suhu ekstremitas)

2. Pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan 2. Mengetahui sensasi perifer,


panas/dingin. kemungkinan parestesia
3. Pantau status cairan 3. Mengetahui keseimbangan antara
asupan dan haluaran
a. PK : Trombositopenia
i. Tujuan
Perawatan menangani dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.
ii. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1.Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi Nilai ini membantu mengevaluasi respon
dan jumlah trombosit klien terhadap pengobatan dan resiko
terhadap pendarahan akibat dari sepsis.
2. Pantau tanda tau gejala pendarahan Pemantauan secara konstan sangat
spontan atau perdarahan hebat : ptekie, dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini
ekimosis, hematoma spontan, adanya episode perdarahan.
perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau tanda perdarahan sistemik atau Perubahan pada oksigen sirkulasi akan
hipovolemia, seperti peningkatan mempengaruhi fungsi jantung, vascular
frekuensi nadi, napas dan tekanan dan fungsi neurologis.
darah, perubahan status neurologis.
DAFTAR PUSTAKA

Escobar GJ, Li D, Amstrong MA, Gardner MN, Folck BF, Verdi JE, et al. Neonatal sepsis
workups in infants >2000 grams at birth: a population-based study. Pediatrics.
2000;106:256-63.

Polin RA. Management of neonatus with suspected or proven early-onset bacterial.


Pediatrics. 2012;129(5):1006-15.

Chiesa C, Panero A, Osborn JF, Simonetti AF, Pacifico L. Diagnosis of neonatal sepsis: a
clinical and laboratory challenge. Clin Chem. 2004;50:279-87.

Martua, Y. S. (2021). Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian


Neonatorum di RSUD Taluk Kuantan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(1), 55-63

a.
Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih dari
20/mm3 sel darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3 (5x10 9/L)
neutrofil.
b. Protein

pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c. Glukosa

kurang dari 30% gula darah.
d. Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram tanpa ada sel
darah putih yang muncul (Fanaroff dan Lissauer, 2013).

a.
Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih dari
20/mm3 sel darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3 (5x10 9/L)
neutrofil.
b. Protein

pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c. Glukosa

kurang dari 30% gula darah.
d. Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram tanpa ada sel
darah putih yang muncul (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. R
DENGAN SEPSIS NEONATORUM DI R.
ANTURIUM

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. Ny. S
Umur / Tanggal Lahir : 0 bulan 30hari / 19-01-2023
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Tanggal MRS : 19 Januari 2023
Tanggal Pengkajian : 18 Febuari 2023
No. Medrek : 0002108833
Diagnosa Medis : Sepsis Neonatorum + RDS + riwayat gagal
nafas CPAP + PTI 33 minggu + BBLR + Lahir spontan + letak kepala ibu
prematur dengan kontraksi.

b. Identitas ayah
Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Alamat : Blok katur rt 01/05 desa cigondewah kidul
bandung kulon, kota bandung.
Hubungan dengan pasien : Orangtua

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien tampak sesak, reflek menghisap lemah, BBLR.
b. Riwayat kesehatan Sekarang
Pada tanggal 19 Januari 2023, klien masuk rumah sakit dengan
diagnosa medis sepsis neonatonum + RDS + Riwayat gagal nafas CPAP +
PTI 33 minggu + BBLR + Lahir spontan + letak kepala ibu prematur dengan
kontraksi diruangan anthurium RSHS. Klien memiliki riwayat henti nafas 5
jam smrs disertai nafas gorok gorok yang tidak hilang dengan perubahan
posisi,
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 Febuari 2023 jam 14.00
tampak sesak, frekuensi nafas 44x/menit, nadi 139x/menit,suhu 36,8°c,
disertai retraksi ringan, sianosis (-), meringis (+), klien tampak lemas dan
tidak mau menyusui reflek menghisap lemah, kesadaran komposmentis,
terpasang OGT no 8 kedalaman 16cm minum susu 45cc, terpasang PICC hari
22, infus TPN 3cc/jam, binasal canul 0,3 lpm.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak terkaji
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat prenatal
a. kondisi ibu hamil : Tidak terkaji
b. kelainan kehamilan : Tidak terkaji
2) Riwayat Natal
a. Lahir secara spontan 33 minggu
b. Tanda komplikasi pada saat persalinan (-)

3) Riwayat Neonatal
a. Pemberian ASI : klien diberikan sufor lewat OGT
b. Jumlah pemberian : 45 cc
c. Pemberian makanan tambahan : (-) Klien hanya diberikan ASI
8x/hari
4) Riwayat yang berhubungan dengan
a. Cacat bawaan penyakit : Tidak Terkaji
b. Pernah dirawat di RS : Tidak terkaji
5) Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan :
- BB aktual : 2300 gram
- BB sekarang : 2385 gram
- Tinggi badan : Tidak terkaji
- Lingkar kepala : Tidak terkaji
- Lingkar dada : Tidak terkaji
- Lingkar perut : 30 cm
b. Perkembangan
- Graps Refleks : (+) Klien mampu menggenggam dengan
lemah
- Moro Refleks : (+) Pada saat menutup pintu incubator atau
bertepuk tangan klien tampak terkejut
- Rooting Refleks : (+) Klien memutar kepalanya saat diberi
rangsaan sentuhan di sudut bibirnya
- Sucking Reflkes : (-) Gerakan Menghisap Klien lemah
- Stepping Refleks : (+) klien menggerakan kaki dan tangannya
saat telapak kaki menyentuh ujung incubator / mentok
c. Riwayat Imunisasi :
- Tidak terkaji

3. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum : klien lemah dan sesak.
2) Tidak ada pembengkakan di punggung kaki
3) Status gizi
- Kebutuhan Cairan dan Nutrisi:
- Iwl : 15,5
- Intake Output : minum 45ml/3jam, infus 3cc/jam (intake) , BAB&BAK 42gr,
muntah (-) (output)

4) Tanda-tanda Vital
- Respirasi : 43x/ menit
- Nadi : 139x/menit
- Suhu : 36.8°C
5) Keadaan umum
Penampilan klien lemas dan tidak mau menyusui, turgor kulit < 2 detik
6) kepala
Bentuk kepala normal tidak ada bengkak, tidak ada bekas luka. Bentuk kepala
bulat, sutura sudah menutup. Sklera mata tampak ikterik. bola mata tidak juling
(strabismus). Ujung mata sejajar dengan ujung telingan (pinna). Bentuk hidung
normal terdapat 2 lubang hidung, tidak terdapat secret. Mulut dan bibir normal
tidak sumbing (labio-palatoschisis) mukosa lembap, tidak terdapat lesi di area
mulut, tidak terdapat masalah dalam menelan, terpasang ogt. Telinga normal
kedua pinna sejajar, terdapat aurikel dan mastoid lengkap tidak terdapat sercet
pada kedua telinga.
7) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar getah
bening
8) Dada
Bentuk dada simetris , pergerakan dada simetris , bunyi jantung normal, frekuensi
nafas 43x/menit, disertai retraksi ringan, sianosis (-), meringis (-), Down Skor 3
(<4 : tidak ada gawat nafas)
9) Abdomen
Bentuk abdomen bulat, tidak ada penonjolan pada umbilikal
10) Ekstremitas
Ekstremitas aktif, jari kaki dan tangan berjumlah 10 tidak terdapat jari
tambahan, tidak terdapat kekurangan jumlah jari

4. Data penunjang
a. Laboratorium
Nama Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi 36 Parameter
Hemoglobin 13,1 g/dL 10 – 18
Hematokrit 36,7 % 31,0 – 55,0
Eritrosit 4,26 Juta/ µL 3,0 – 5,4
Leukosit 7,25 10̂3/ µL 5,0 – 19,5
Trombosit 5,2 ribu/ 150 – 450
µL
Hitung Jenis Leukosit
Basophil 0 % 0–4
Eosinophil 1 % 0–4
Netrofil Batang 0 % 3–5
Netrofil Segmen 24 % 20 – 46
Limfosit 57 % 50 – 85
Monosit 18 % 3–8
Metamielosit %
Melosit %
Promielosit %
Blast %
Total Neutrofil 1,74 10̂3/ µL 1,31 – 6,71
Total Limfosit 4,13 10̂3/ µL 0,9 – 3,22
Total Monosit 1,31 10̂3/ µL 0,12 – 0,62
Total Eosinofil 0,07 10̂3/ µL 0,00 – 0,30
Total Basofil 0,00 10̂3/ µL 0,01 – 0,09
Total Metamielosit 10̂3/ µL
Total Mielosit 10̂3/ µL
Total Promielosit 10̂3/ µL
Total Blast 10̂3/ µL
Neutrophil Limfosit
Ratio
Index Eritrosit
MCV 79,4 fL 85 – 123
MCH 28,4 pg 28 – 40
MCHC 35,7 % 29 – 37
RDW – SD @ 42,6 fL 35,1 – 43,9
RDW – CV @ 14,8 % 11,5 – 14,5
MPV @ fL 7,2 – 11,1
Jumlah Retikulosit % 0,5 – 2,5
Retikulosit Absolut 10̂6/ µL 0,023 – 0,148
IRF @ 5.2 % 1,5 – 10,5
LRF @ 94,8 % 89,9 – 98,4
MRF @ 2,8 % 1,6 – 9,5
HRF @ 2,4 % 0,0 – 1,7
NRBC @ 0,1 %
NRBC # 0,0 10̂3/ µL
IG%@ 4,7 % 0,0 – 0,6
IG#@ 0,34 10̂3/ 0,00 – 0,06
mm3
IPF @ 25,6 % 0,8 – 6,3
RET% @ 0,4 % 0,5 – 2,5
RET % Terkoreksi .3414 0,5 – 2,5
RET # @ 0,019 10̂6/ µL 0,023 – 0,148
RET # Terkoreksi .0158 0,023 – 0,148
RET – HE @ 30,8 pg 32,1 – 38,8
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit @ Normokrom anisositosis
Leukosit @ Jumlah cukup, Limposit atipik
(-)
Trombosit @ Jumlah Kurang, tidak ditemui
giant thrombocyte
Kesan Trombositopenia perifer
dengan tersangka inflamasi

b. Terapi obat
- Amirojil 3x4 jam IV
- Merofenem 25 gr/24 jam
- Amikasin 25gr/24 jam
- Fureseid 2x2mg IV
- Ampisilin subactan 150 g/8 jam IV

5. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : - Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif
Do : ↓
- Bentuk dada simetris Penurunan suplai O2
- Pergerakan dada ↓
simetris Dpysnea
- Frekuensi nafas ↓
46x/menit, Pola nafas tidak efektif
- Retraksi ringan,
- Sianosis (-),
- Air entry menurun
ringan,
- Meringis (-),
- Down Skor 3 (<4 :
tidak ada gawat nafas)

DS :- Penurunan suplai O2 Resiko defisit nutrisi



DO :
- Muntah Turgor kulit < 2 detik
- klien terlihat lemas ↓
- klien terpasang ogt ↓Klien lemas
- Kebutuhan Cairan ↓
dan Nutrisi: Resiko defisit nutrisi
- Iwl :
- Intake Output :

Ds :- Sepsis Resiko Infeksi


Do: ↓
- Nilai Hemoglobin Ante, Intra, Prenatal
13,1 g/dL ↓
- Nilai trombosit 52 Hipertermi
ribu/uL ↓
Aktivitas lemah menyusi
buruk

Peningkatan leukosit

Resiko Infeksi
DS : - PTI 33 minggu + BBLR Menyusui tidak efektif
DO : - Reflek hisap lemah, ↓
klien diberikan susu formula Fungsi organ belum baik
prematur sebanyak 45ml per ↓
3 jam. Reflek menelan belum
sempurna

Menyusui tidak efektif
DS : - Diaper rash Resiko integritas kulit
DO : Klien terdapat luka ↓
diaper rash kecil berwarna Perubahan temperature kulit
merah namun tidak berdarah, ↓
Klien menangis saat diganti Hilang sebagian lapisan
pemper kulit/lecet

Resiko integritas kulit

6. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan suplai O2 d.d dyspnea
b. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menghisap
c. Risiko Infeksi b.d Supresi Respon Inflamasi
d. Menyusui tidak efektif b.d reflek hisap lemah
e. Resiko integritas kulit b.d luka diaper rash.

7. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan 1. Mengetahui pola
tidak efektif tindakan keperawatan nafas nafas
b.d penurunan selama 1 x 7 jam Observasi : 2. Mengetahui
suplai O2 d.d diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas bunyi nafas
dyspnea dan membaik dengan kriteria 2. Auskultasi bunyi tambahan
bunyi nafas hasil : nafas 3. Membantu
gorok gorok - Tekanan Ekspirasi Terapeutik : proses
menurun (5-1) 3. Berikan Oksigen pernafasan
- Tekanan Inspirasi jika perlu 4. Membantu
menurun (5-1) Edukasi : membersikan
- Dyspnea menurun 4. Anjurkan asupan jalan nafas jika
(1-5) cairan 2000 ada sputum atau
- Penggunaan otot ml/hari jika tidak secret
bantu pernapasan kontraindikasi 5. membantu
menurun (1-5) Kolaborasi : mempelebar
- Frekuensi nafas 5. Kolaborasikan jalan nafas
membaik (1-5) pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi b.d tindakan keperawatan Observasi
ketidakmampu selama 3x24 jam 1. Identifikasi status 1. Mengetahui
an menelan diharapkan status nutrisi nutrisi status nutrisi
membaik dengan kriteria 2. Monitor asupan klien
hasil makanan 2. Asupan makan
1. Kekuatan otot 3. Monitor termonitor
monelan kebutuhan kalori 3. mengetahui
meningkat (1-5) dan jenis nutrien kebutuhan kalori
2. Berat Badan 4. monitor berat dan nutrisi
membaik (1-5) badan 4. mengetahui berat
3. Muntah Menurun Terapeutik badan
(5-1) 5. hentikan 5. Membantu dalam
4. Dispnesia pemberian peningkatan
menurun (5-1) makanan melalui asupan gizi klien
5. Hisapan bayi ngt jika asupan 6. Mengontrol
meningkat (1-5) oral bisa asupan
tertoleransi 7. Mengetahui
Edukasi : jumlah kalori
6. Ajarkan diet yang dan jenis
diprogramkan nutrient yang
dibutuhkan
Kolaborasi :
7. Kolaborasikan
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi 1. Mengetahui
b.d Supresi tindakan keperawatan Observasi : tanda dan
Respon selama 1x24jam 1. Monitor tanda gejala infeksi
Inflamasi diharapakan tingkat dan gejala 2. Menghindari
infeksi menurun dengan infeksi local infeksi silang
kriteria hasil : dan sistemik 3. Menghindari
1. Tifer antibody Terapeutik : infeksi silang
meningkat (1-5) 2. Batasi jumlah 4. Menghindari
2. Infeksi berulang pengunjung infeksi silang
menurun (1-5) 3. Cuci tangan 5. Meningkatka
3. Penurunan berat sebelum dan n nutrisi
badan menurun (1- sesudah 6. Meningkatka
5) kontak n asupan
dengan pasien cairan
dan 7. Mencegah
lingkungan infeksi
4. Pertahankan tambahan
Teknik
aseptic pada
pasien
beresiko
tinggi
Edukasi :
5. Anjurkan
meningkatkan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
7. Kolaborasi
pemberian
imnunisasi,
jika perlu
Menyusui Setelah dilakukan Edukasi Menyusui 1. Mengidentifi
Tidak Efektif tindakan asuhan Observasi : kasi sejauh
berhubungan keperawatan 1x8 jam 1. Identifikasi mana
dengan diharapkan menyusui kesiapan dan kesiapan dan
tidak efektif teratasi kemampuan kemampuan
dengan kriteria hasil : menerima ibu untuk
1. Tetasan/pancaran informasi menerima
ASI cukup 2. Identifikasi informasi
meningkat tujuan atau 2. Untuk
2. Suplai ASI keinginan mengidentifi
adekuat cukup menyusui kasi
meningkat Terapeutik : keinginan
3. Intake Bayi cukup 1. Berikan untuk
meningkat konseling menyusui
4. Hisapan bayi menyusui 3. Untuk
cukup meningkat Edukasi : meningktaka
1. Dukung ibu n
meningkatkan kepercayaan
kepercayaan diri pada ibu
diri dalam dalam
menyusui menyusui
2. Sediakan bayinya
materi dan 4. Agar dapat
media memahami
pendidikan tentang ASI
kesehatan
Resiko Seelah dilakukan asuhan Perawatan integritas -Untuk
integritas kulit keperawatan selama 3x24 kulit mengurangi
b.d luka diaper jam maka resiko integritas Observasi : luka lecet.
rash kulit menurun dengan Mengidentifikasi -Mencegah
kriteria hasil : penyebab gangguan terjadinya
-Kerusakan lapisan kulit integritas kulit. lecet.
menjadi menurun. Terapeutik -Mencegah
Nyeri menurun. Ubah posisi tiap 2 terjadinya
jam jika tirah baring. integritas
Edukasi kulit
-Menganjurkan pakai semakin
pelembab parah

Perawatan luka
Observasi
-Monitor
karakteristik luka
-Monitor tanda-tanda
infeksi.
Terapeutik
-Berikan salep yang
sesuai ke kulit jika
perlu
Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka.
Edukasi
Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi.

8. Implementasi dan evaluasi


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
18 Febuari 2023 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola S:-
efektif b.d nafas O : - bunyi nafas
dsypnea dan Respon : pola nafas vesikuler -
bunyi gorok klien cukup membaik retraksi subkosta
gorok tidak (-)
hilang 2. Mengauskultasi - otot bantu
bunyi nafas nafas (+)
Respon : bunyi nafas - saturasi 98%
cepat -RR menjadi
56x/menit, O2
3.Memonitor status nasal canul 0,3
respirasi dan lpm
oksigenasi A : pola nafas
Respon : RR klien tidak efektif
46x/ menit. teratasi sebagian
P : intervensi
4.Mendokumentasikan dilanjutkan
hasil tindakan
Respon : semua hasil
tindakan sudah
didokumentasikan

5. Melakukan
fisioterapi dada ,jika
perlu

6. Menjelaskan tujuan
dan prosedur tindakan
Respon : keluarga
sudah paham akan
prosedur dan tindakan
yang akan diberikan

7.Beri Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian terapi obat
dan O2
Respon : sudah di
berikan terapi O2 0,3
lpm via nasal canul.
Resiko defisit Manajemen nutrisi S:-
nutrisi b.d O : - Pemberian
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi ASI pertama
menelan status nutrisi 45ml jam 15.00,
2. Memonitor asupan 18.00, 21.00
makanan - Berat badan
3. memberikan klien 2385 gr
makanan melalui ogt - Lingkar perut
4. Mengajarkan diet 30cm
yang diprogramkan - Klien tampak
rewel saat diberi
5. Berkolaborasi susu
dengan ahli gizi untuk A: defisit nutrisi
menentukan jumlah belum teratasi
kalori dan jenis P: intervensi
nutrien yang dilanjutkan
dibutuhkan
Resiko infeksi 1. Monitor tanda S:
b.d Supresi dan gejala O:
Respon infeksi local -
Inflamasi dan sistemik - Nilai
2. Batasi jumlah Hemoglobin
pengunjung 13,1 g/dL
3. Cuci tangan - Nilai
sebelum dan trombosit 52
sesudah kontak ribu/uL
dengan pasien A:
dan - Resiko
lingkungan infeksi
4. Pertahankan belum
Teknik aseptic teratasi
pada pasien P:
beresiko tinggi - Intervensi
5. Anjurkan dilanjutkan
meningkatkan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Menyusui tidak -Memberikan sufor S : -
efektif b.d prematur melalui O : keadaan bayi
Reflek hisap selang ogt 45ml/3 ketika minum
lemah jam. susu reflek
hisapnya lemah,
bayi
menggunakan
ogt untuk minum
susu.
A : menyusui
tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan
Resiko integritas -Melakukan ganti S:-
kulit b.d luka posisi tidur selama 3 O : didapatkan
diaper rash jam. luka lecet diaper
-Membersihkan klien rash
dengan tisu basah dan A : Resiko
memberikan salep. integritas kulit
-Mengganti pemper. teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

19/02/2023 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola S:-


efektif b.d nafas O : - bunyi nafas
dsypnea dan Respon : pola nafas vesikuler -
bunyi gorok klien cukup membaik retraksi subkosta
gorok tidak (-)
hilang 2. Mengauskultasi - otot bantu
bunyi nafas nafas (+)
Respon : bunyi nafas - saturasi 96%
cepat -RR menjadi
53x/menit, O2
3.Memonitor status nasal canul 0,3
respirasi dan lpm
oksigenasi A : pola nafas
Respon : RR klien tidak efektif
46x/ menit. teratasi sebagian
P : intervensi
4.Mendokumentasikan
dilanjutkan
hasil tindakan
Respon : semua hasil
tindakan sudah
didokumentasikan
5. Melakukan
fisioterapi dada ,jika
perlu

6. Menjelaskan tujuan
dan prosedur tindakan
Respon : keluarga
sudah paham akan
prosedur dan tindakan
yang akan diberikan

7.Beri Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian terapi obat
dan O2
Respon : sudah di
berikan terapi O2 0,3
lpm via nasal canul.
Resiko defisit Manajemen nutrisi S:-
nutrisi b.d O : - Pemberian
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi susu 45ml jam
menelan status nutrisi 08.00, 12.00,
2. Memonitor asupan 15.00
makanan - Berat badan
3. memberikan klien 2385 gr
makanan melalui ogt - Lingkar perut
4. Mengajarkan diet 30cm
yang diprogramkan - Klien tampak
5. Berkolaborasi rewel saat diberi
dengan ahli gizi untuk susu
menentukan jumlah A: defisit nutrisi
kalori dan jenis belum teratasi
nutrien yang P: intervensi
dibutuhkan dilanjutkan
Resiko infeksi 1. Monitor tanda S:-
b.d Supresi dan gejala O:
Respon infeksi local -Didapatkan
Inflamasi dan sistemik keadaan bayi
2. Batasi jumlah baik, sedikit
pengunjung aktif, tanda
3. Cuci tangan infeksi sedikit
sebelum dan menurun
sesudah kontak -Nilai
dengan pasien Hemoglobin
dan 13,1 g/dL
lingkungan -Nilai trombosit
4. Pertahankan 52 ribu/uL
Teknik aseptic A : Resiko
pada pasien infeksi belum
beresiko tinggi teratasi
5. Anjurkan P : Intervensi
meningkatkan dilanjutkan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Menyusui tidak -Memberikan sufor S : -
efektif b.d prematur melalui O : keadaan bayi
Reflek hisap selang ogt 45ml/3 ketika minum
lemah jam. susu reflek
hisapnya masih
lemah, bayi
masih
menggunakan
ogt untuk minum
susu.
A : menyusui
tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan
Resiko integritas -Melakukan ganti S:
kulit b.d luka posisi tidur selama 3 O : didapatkan
diaper rash jam. luka lecet diaper
-Membersihkan klien rash sudah
dengan tisu basah dan lumayan
memberikan salep. membaik.
-Mengganti pemper. A : Resiko
integritas kulit
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

20/02/2023 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola S:-


efektif b.d nafas O : - bunyi nafas
dsypnea dan Respon : pola nafas vesikuler -
bunyi gorok klien cukup membaik retraksi subkosta
gorok tidak (-)
hilang 2. Mengauskultasi - otot bantu
bunyi nafas nafas (+)
Respon : bunyi nafas - saturasi 90%
cepat -RR menjadi
47x/menit, O2
3.Memonitor status nasal canul 0,3
respirasi dan lpm
oksigenasi A : pola nafas
Respon : RR klien tidak efektif
46x/ menit. teratasi sebagian
P : intervensi
4.Mendokumentasikan
dilanjutkan
hasil tindakan
Respon : semua hasil
tindakan sudah
didokumentasikan
5. Melakukan
fisioterapi dada ,jika
perlu

6. Menjelaskan tujuan
dan prosedur tindakan
Respon : keluarga
sudah paham akan
prosedur dan tindakan
yang akan diberikan

7.Beri Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian terapi obat
dan O2
Respon : sudah di
berikan terapi O2 0,3
lpm via nasal canul.
Resiko defisit Manajemen nutrisi S:-
nutrisi b.d O : - Pemberian
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi ASI pertama
menelan status nutrisi 45ml jam 15.00,
2. Memonitor asupan 18.00, 21.00
makanan - Berat badan
3. memberikan klien 2385 gr
makanan melalui ogt - Lingkar perut
4. Mengajarkan diet 30cm
yang diprogramkan - Klien tampak
5. Berkolaborasi rewel saat diberi
dengan ahli gizi untuk susu
menentukan jumlah A: defisit nutrisi
kalori dan jenis belum teratasi
nutrien yang P: intervensi
dibutuhkan dilanjutkan
Resiko infeksi 1. Monitor tanda S:-
b.d Supresi dan gejala O:
Respon infeksi local keadaan bayi
Inflamasi dan sistemik baik, sedikit
2. Batasi jumlah aktif, tanda
pengunjung infeksi sedikit
3. Cuci tangan menurun
sebelum dan A : Resiko
sesudah kontak infeksi belum
dengan pasien teratasi
dan P : Intervensi
lingkungan dilanjutkan
4. Pertahankan
Teknik aseptic
pada pasien
beresiko tinggi
5. Anjurkan
meningkatkan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Menyusui tidak -Memberikan sufor S : -
efektif b.d prematur melalui O : keadaan bayi
Reflek hisap selang ogt 45ml/3 ketika minum
lemah jam. susu reflek
hisapnya masih
lemah, bayi
masih
menggunakan
ogt untuk minum
susu.
A : menyusui
tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan
Resiko integritas -Melakukan ganti S:
kulit b.d luka posisi tidur selama 3 O : didapatkan
diaper rash jam. luka lecet diaper
-Membersihkan klien rash sudah
dengan tisu basah dan lumayan
memberikan salep. membaik.
-Mengganti pemper. A : Resiko
integritas kulit
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

9. Catatan perkembangan
Tanggal Diagnose Catatan perkembangan Paraf
18/2/2023 Pola nafas tidak S:-
efektif b.d dsypnea O : - bunyi nafas vesikuler -
dan bunyi gorok retraksi subkosta (-)
gorok tidak hilang - otot bantu nafas (+)
- saturasi 98%
-RR menjadi 56x/menit, O2
inkubator 0,3 lpm
A : pola nafas tidak efektif
teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Resiko defisit nutrisi S:-
b.d ketidakmampuan O : - Pemberian susu 45ml jam
menelan 15.00, 18.00, 21.00
- Berat badan klien 2385 gr
- Lingkar perut 30cm
- Klien tampak rewel saat
diberi susu
A: defisit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d S:-
Supresi Respon O:
Inflamasi didapatkan keadaan bayi baik,
sedikit aktif, tanda infeksi
sedikit menurun
A : Resiko infeksi belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Menyusui tidak S:-
efektif b.d reflek hisap O : keadaan bayi ketika minum
lemah susu reflek hisapnya masih
lemah, bayi masih
menggunakan ogt untuk minum
susu.
A : menyusui tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko integritas kulit S :
b.d luka diaper rash O : didapatkan luka lecet diaper
rash .
A : Resiko integritas kulit
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
19/02/202 Pola nafas tidak S:-
3 efektif b.d dsypnea O : - bunyi nafas vesikuler -
dan bunyi gorok retraksi subkosta (-)
gorok tidak hilang - otot bantu nafas (+)
- saturasi 96%
-RR menjadi 53x/menit, O2
nasal canul 0,3 lpm
A : pola nafas tidak efektif
teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Resiko defisit nutrisi S:-
b.d ketidakmampuan O : - Pemberian susu 45ml jam
menelan 08.00, 12.00, 15.00
- Berat badan klien 2385 gr
- Lingkar perut 30cm
- Klien tampak rewel saat
diberi susu
A: defisit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d S:-
Supresi Respon O:
Inflamasi keadaan bayi baik, sedikit aktif,
tanda infeksi sedikit menurun
A : Resiko infeksi belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Menyusui tidak S:-
efektif b.d reflek hisap O : keadaan bayi ketika minum
lemah susu reflek hisapnya masih
lemah, bayi masih
menggunakan ogt untuk minum
susu.
A : menyusui tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko integritas kulit S :
b.d luka diaper rash O : didapatkan luka lecet diaper
rash sudah lumayan membaik.
A : Resiko integritas kulit
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
20/02/202 Pola nafas tidak S:-
3 efektif b.d dsypnea O : - bunyi nafas vesikuler -
dan bunyi gorok retraksi subkosta (-)
gorok tidak hilang - otot bantu nafas (+)
- saturasi 90%
-RR menjadi 47x/menit, O2
nasal canul 0,3 lpm
A : pola nafas tidak efektif
teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Resiko defisit nutrisi S:-
b.d ketidakmampuan O : - Pemberian susu 45ml jam
menelan 15.00, 18.00, 21.00
- Berat badan klien 2385 gr
- Lingkar perut 30cm
- Klien tampak rewel saat
diberi susu
A: defisit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d S:-
Supresi Respon O:
Inflamasi didapatkan keadaan bayi baik,
aktif, tanda infeksi sedikit
menurun
A : Resiko infeksi belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Menyusui tidak S:-
efektif b.d reflek hisap O : keadaan bayi ketika minum
lemah susu reflek hisapnya masih
lemah, bayi masih
menggunakan ogt untuk minum
susu.
A : menyusui tidak efektif
belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko integritas kulit S :
b.d luka diaper rash O : didapatkan luka lecet diaper
rash sudah lumayan membaik.
A : Resiko integritas kulit
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai