Oleh:
SUCI PERMATA SARI
2214901076
a. Etiologi
Penyebab terjadinya sepsis neonatorum diakibatkan oleh infeksi bakteri namun kasus
tertentu sepsis neonatorum diakibatkan oleh infeksi virus dan jamur. Jika tidak diobati
penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan hingga kematian pada bayi. Waktu
terinfeksinya sepsis neonatorum pada bayi terbagi menjadi dua yaitu (Martua, 2021):
1) Infeksi terjadi saat persalinan
Sepsis neonatorum yang mana terjadinya setelah persalinan dan
diakibatkan oleh infeksi bakteri yang asalnya dari tubuh ibu contohnya
group B strepcoccus (GBS), e.coli dan staphylococcus. Pada infeksi ini
terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24- 72 jam setelahnya persalinan. Selain
itu ada penyebab lainnya seperti virus herpes simpleks (HVS) atau juga
virus lainnya yang dapat mengakibatkan infeksi parah pada bayi yang
baru lahir. Pada infeksi neonatorum jenis ini risikonya lebih tinggi jika
bayi lahir dalam keadaan premature, infeksi plasenta dan air ketuban, dan
lahir pada ibu yang ketubannya pecah dini atau pecah terlebih dahulu
dalam waktu lebih dari 18 jam sebelumnya persalinan.
2) Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset)
Pada infeksi ini terjadi dalam jangka waktu 4-90 hari setelah bayi
lahir. Penyebab dari infeksi ini kuman yang berasal dari lingkungan,
misalnya Staphlyococcus aureus, Klebsiella,dan Pseudomonas. Selain itu
jamur Candida juga bisa menyebabkan sepsis pada bayi.
b. Patofisiologi
Kuman atau mikroorganisme penyebab terjadinya infeksi hingga mencapai
sepsis neonatorum ini dapat melaui beberapa cara, yaitu:
1) Masa antenatal (sebelum melahirkan)
Pada periode masa antenatal atau kondisi sebelum melahirkan
mikroorganisme yang berasal dari ibu akan melewati plasenta serta
umbilikus dan akan masuk menuju tubuh bayi dengan perantara sirkulasi
darah yang ada pada janin. Kuman/mikroorganisme yang dapat menembus
bagian plasenta diantaranya yaitu virus rubella, hepatitis, influenza,
herpes, koksaki, parotis, dan sitomegalo. Sedangkan bakteri yang dapat
menembus plasenta berupa malaria, taksoplasma, serta bakteri sifilis.
2) Masa intranatal atau masa persalinan
Terjadinya sepsis neonatorum pada bayi di masa intranatal/persalinan
diakibatkan oleh kuman yang berada di vagina dan serviks telah naik hingga
mencapai korion dan amnion dari janin. Kondisi ini akan mengakibatkan
terjadinya amnionitis dan karionitis yang selanjutnya kuman tersebut akan
berjalan melalui umbilikalis untuk masuk ke dalam tubuh janin. Selain itu,
cairan amnion yang telah terinfeksi oleh kuman dapat terinhalasi janin
sehingga masuk pada bagian traktus digestivus serta traktus respiratorius
yang akan menimbulkan terjadinya infeksi. Selain melalui hal tersebut, bayi
juga dapat terinfeksi melalui kulit dan port the entry/jalan masuk lain ketika
bayi melalui jalan lahir ibu yang telah mengalami kontaminasi dengan
kuman. Seperti kontaminasi herpes genitalis, candida albicans, atau bahkan
gonorrea.
3) Masa pascanatal atau kondisi sesudah melahirkan
Terjangkitnya infeksi pada masa pascanatal ini secara umum
diakibatkan oleh infeksi nasokominal yang ada di lingkungan luar dari
rahim, seperti melalui alat-alat pengisap lendir rumah sakit, selang infus,
botol minuman/dot bayi, dan masih banyak lainnya. Selain itu luka
umbilikus juga dapat menjadi tempat terjadinya infeksi (Rukmasari, E. A,
2010).
d. pemeriksaan penunjang
1) Radiografi
Pemeriksaan radiografi seharusnya dilakukan sebagai bagian dari
evaluasi diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit
saluran pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan
difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin
menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan
sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi
lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga
osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis.
2) Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan menunjukan penetapan
diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan
untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan
darah tepi, umumnya ditemuksan anemia, leukositosis, laju endap darah
mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif
walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu
dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang
hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan
lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua
atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama.
Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi
antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain
pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan
protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila
terdapat kerusakan jaringan (Surasmi, 2013).
e. Penanganan
Penatalaksanaan dari sepsis neonatorum ini berupa pemberian
terapi secara farmakologi, dengan prinsip pengobatan berupa
mempertahankan kondisi metabolisme serta memberbaiki kondisi bayi
dengan pemberian cairan melalui intravena serta termasuk pemberian dan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Menurut Victor Y. H dan Hans E. Monintja
(2016), pemberian antibiotik ini harus berdasarkan hasil dari pemantauan
mikrobiologi, bersifat murah dan mudah untuk diperoleh, tidak bersifat
toksik, menembus sawar darah otak, dan pemberiannya secara parenteral.
Pemilihan obat harus disesuaikan dengan hasil dari tes resistensi bayi.
Dosis antibiotik yang dapat diberikan untuk bayi sespsis neonatorum,
yaitu:
1) Ampisilin 200 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada
bayi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
2) Gentamisin 5mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada
bayi dalam 2 kali pemberian.
3) Kloramfenikol 25 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian
kepada bayi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
4) Sefalosporin 100 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian
kepada bayi dalam 2 kali pemberian.
5) Eritromisin 50mg/Kg BB/hari, dibrikan dengan membagi dalam 3
dosis kepada bayi.
2. Pathway
Etiologi
Sepsis Neonatorum
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler Sistem pencernaan Proses inflamasi
Respon humoral
Septikemia dan
Hipotensi kulit yang Mual, muntah,
viremia
lembab, pucat, serta sianosis anoreksia
Aktifasi Sel
Mast dan Basofil
Melepaskan
Pelepasan Histamin PERFUSI PERIFER DEFISIT NUTRISI interleukin 1 serta
Aktivasi Bradikinin TIDAK AKTIF prostaglandin 2
Hipoventilasi Dehidrasi
HIPERTERMIA
Pengkajian
1. Biodata / identitas
a) Nama : Diisi sesuai nama pasien
b) Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan
sekali menderita sepsis neonatal.
c) Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : Klien datang dengan peningkatan suhu tubuh, letargi,
kejang, tak mau menghisap, lemah, atau masalah pernapasan
b) Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal atau SC), hilangnya
reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia
atau hipoksia yang dinilai dari APGAR score, jam lahir, serta tingkat
kesadaran
c) Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau
kerusakan hepar karena obstruksi.
d) Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºc), riwayat sepsis GBS
pada bayi sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan
e) Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya,
kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama
hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput
ketuban yang lama (>18 jam), persalinan premature(<37) minggu.
f) Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihat
segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang
tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi
menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis
neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan
lain-lain.
g) Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai
riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h) Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT /
DT atau TT dan kapan terakhir.
3. Activity daily living
a) Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b) Eliminasi : BAB 1x/hari
c) Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
d) Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat
sakit berkurang
e) Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi
neonatorum, melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama
persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f) Psikososial : Bayi rewel
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang
Kesadaran : somnolen/apatis
Nadi : Meningkat (>160 x/menit)
Suhu : meningkat (36,5ºC– 39ºC)
Pernafasan : meningkat > 50 x/menit (bayi) normal 30- 60x/menit)
c) Dada
Inspeksi :Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan, peningkata
n RR
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi : Jantung : Dullness, Paru: Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing
d) Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali pusat
(jika infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan
jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
Auskultasi : Terdengar bising usus
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan Perkusi : Pekak
e) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
f) Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia,
epispadia, testis BAK pertama kali.
g) Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan
bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga
bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
h) Pemeriksaan Spefisik
- Apgar score
- Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
- Sistem neurologis
- Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Reflek menghisap: kuat, lemah
- Reflek menjejak: baik, buruk
- Kooordinasi reflek menghisap dan menelan
5. Pemeriksaan laboatorium
a) Sampel darah tali pusat
b) Fenil ketonuria
c) Hematoki
4. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d Penngkatan permeabilitas pada kapiler d.d turgor kulit
kurang elastis, kering, dan keriput.
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d reflek
menghisap lemah disertai berat badan bayi menurun
3. Hipertermia b.d infeksi d.d suhu tubuh di atas ambang batas normal yaitu
38°C dan kondisi kesadaran bayi somnolen..
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d kekurangan volume cairan d.d kulit
ikterik, turgor kulit kurang elastis dengan kondisi yang kering dan keriput.
5. Pola Napas Tidak Efektif b.d. penurunan energi d.d dispnea, penggunaan o
tot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang dan pola napas abnormal
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Belachew, A. & Tewabe, T. Neonatal Sepsis and Its Association with Birth
Weight and Gestational Age Among Admitted Neonates in Ethiopia :
Systematic Review and Meta-analysis. BMC Pediatrics, 20(55), 1 – 7.
Hasanah, N., Lestari, H., & Rasma, R. (2016). Analisis Faktor Risiko Jenis
Kelamin Bayi, BBLR, Persalinan, Prematur, Ketuban Pecah Dini dan
Tindakan Persalinan dengan Kejadian Sepsis Neonatus di Rumah Sakit
Bahtermas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 1(3), 185324
Mainolo, F. M., Fatmwati, I., & Mudrikatin, S. (2020). Asuhan Kebidanan pada
By. Ny. “S” NKB Umur 22 Hari dengan Sepsis Neonatorum di Ruang
Paviliun Anggrek RSUD Jombang. Jurnal Akademika Husada, 11(1), 72
– 85.