DI RUANG BAYI/PERINATOLOGI
RSUD Jaraga Sasameh Buntok
Oleh :
Tity Hayati, S.Kep
NIM 1730913320019
Oleh:
Tity Hayati, S.Kep
NIM 1730913320019
SEPSIS NEONATORUM
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogenik atau toksin di dalam
darah atau jaringan lainnya (Dorland, 2011).Sepsis adalah SIRS ditambah
tempat infeksi yang diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadap
organisme dari tempat tersebut). SIRS (Systemic Inflammatory Response
Syndrome) adalah pasien yang memiliki kriteria dua atau lebih sebagai
berikut:
1. Demam (Suhu > 37,5 ºC) atau hipotermi (<36,5ºC)
2. Takikardi / frekuensi denyut jantung > 160 x/menit
3. Takipnea / frekuensi nafas lebih > 60 /menit atau PaCO2 <32 mmHg
4. Leukositosis (hitung leukosit > 12.000 /mm3) atau leukopeni (< 4000
sel/ul) atau > 10 % sel imatur) .
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisikan sebagai
infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama
kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah
yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam
cairan tubuh seperti darah, sumsum tulang atau air kemih.
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ,
kelainan hipoperfusi atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi (tetapi
tidak terbatas) pada asidosis laktat, oliguria, atau perubahan akut pada status
mental (Sudoyo Aru, dkk. 2009). Syok sepsis terjadi apabila bayi masih
dalam keadaan hipotermi walaupun telah mendapatkan cairan adekuat.
Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua
atau lebih organ tubuh.
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis
dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa
pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu
24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003). Sepsis neonatal adalah merupakan
sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan
pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan
sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007). Sepsis neonatorum adalah infeksi
yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran. (Mochtar,
2005).
2. Klasifikasi
Dari waktu terjadinya, sepsis dibagi menjadi sepsis awitan dini dan lanjut.
Awitan Dini
a) usia bayi < 72 jam
b) Didapat saat persalinan
c) Penularan vertikal dari ibu ke bayi
d) Jenis Bakteri:
Basil gram negatif
• E.coli
• Klebsiella
Enterococcus
Group B streptococcus
Coagulase negative staphylococci
Awitan Lanjut
a) usia bayi > 72 jam
b) Didapat dari lingkungan
c) Didapatkan secara nosokomial atau dari rumah sakit
d) Jenis Bakteri:
Basil gram negatif
• Pseudomonas
• Klebsiella
Staph. aureus(MRSA)
Coagulase negative staphylococci
Coagulase negative
Selain perbedaan waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi juga
berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi. Selanjutnya baik
patogenesis, gambaran klinis ataupun penatalaksanaan penderita tidak
banyak berbeda dan sesuai dengan perjalanan sepsisnya yang dikenal
dengan cascade sepsis.
Berdasarkan waktu timbulnya:
1. Early Onset (dini): terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan
manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik
yang berat, terutama mengenai system saluran pernafasan, progresif dan
akhirnya syok.
2. Late Onset (lambat): timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi
klinis sering disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko
infeksi yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.
Masuk ke neonatus
Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan serviks Infeksi nosokomial
dari luar rahim
Masuk kedalam tubuh bayi Amnionitis dan korionitis Melalui alat2 pengisap lendir,
selang endotrakeal, infuse,
selang nasogastrik, botol
Melalui sirkuasi Kuman melalui umbiikus minuman atau dot
darah janin masuk ketubuh janin
Sepsis
Sistem pencernaan, anoreksia, Sistem pernapasan, dispneu, Ante, intra, postnatal hipertermi/
muntah, diare, menyusui buruk, takipneu, apneu, tarikan otot hipotermi ,aktivitas lemah,
hepatomegali, peningkatan residu pernapasan, sianosis tampak sakit, peningkatan
setelah menyusui leukosit darah
Kategori A Kategori B
- Gangguan napas (misalnya: - Tremor
apnea, frekuensi napas > 60 atau - Letargi atau lunglai/layuh
<30 kali/menit, retraksi dinding - Mengantuk atau kurang aktif
dada, merintih pada waktu - Iritabel atau rewel.
ekspirasi, sianosis sentral). - Muntah (menyokong ke arah sepsis).
- Kejang - Distensi abdomen (menyokong ke
- Tidak sadar arah sepsis).
- Suhu tubuh tidak normal (tidak - Tanda mulai muncul sesudah hari ke
normal sejak lahir dan tidak 4 (menyokong ke arah sepsis)
memberi respons terhadap terapi - Air ketuban bercampur meconium.
atau suhu tidak stabil sesudah - Malas minum, sebelumnya minum
pengukuran suhu normal selama dengan baik (menyokong ke arah
tiga kali atau lebih, menyokong sepsis)
ke arah sepsis).
- Persalinan di lingkungan yang
kurang higienis (menyokong ke
arah sepsis).
Kondisi memburuk secara cepat
dan dramatis (menyokong ke arah
sepsis)
6. Pemeriksaan penunjang
a. DPL dengan hitung jenis (↑ atau ↓ leukosit)
b. Kimia serum, bilirubin, laktat serum (meningkat), pemeriksaan fungsi
hati (abnormal) dan protein C (menurun)
c. Resistensi insulin dengan peningkatan glukosa darah
d. AGD (hipoksemia, asidosis laktat)
e. Kultur urin, sputum, luka, darah
f. Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (meningkat), rasio normalisasi
internasional (meningkat) dan D-dimer (meningkat).
7. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan Surviving Sepsis Campaigne pada tahun 2004,
merekomendasikan penatalaksanaan sepsis berat dan syok septic sebagai
berikut:
a. Early Goal Directed Therapy (EGDT)
Resusitasi cairan agresif dengan koloid dan atau kristaloid, pemberian
obat-obatan inotropik, atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah
diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk ke PICU.
Resusitasi awal 20 ml/kgBB 5-10 menit dan dapat diulang beberapa
kali sampai lebih dari 60 ml/kgBB cairan dalam waktu 6 jam. Pada
syok septic dengan tekanan nadi sangat sempit, koloid lebih efektif
daripada kristaloid.
b. Inotropik/vasopresor/vasodilator
Apabila terjadi refrakter terhadap resusitasi volume, dan MAP kurang
dari normal, diberikan vasopresor; Dopamine merupakan pilihan
pertama. Apabila refrakter terhadap pemberian Dopamine, maka dapat
diberikan epinephrine atau norepinephrine. Dobutamin dapat diberikan
pada keadan curah jantung yang rendah. Vasodilator diberikan pada
keadaan tahanan pembuluh darah perifer yang meningkat dengan MAP
tinggi sesudah resusitasi volume dan pemberian inotropik.
Nitrovasodilator (nitrogliserin, atau nitropusid) diberikan apabila
terjadi curah jantung yang rendah dan tahanan pembuluh darah
sistemik yang meningkat disertai syok.
Apabila curah jantung masih rendah, akan tetapi normotensi dan
tahanan pembuluh darah sistemik meningkat, maka dipikirkan
pemberian phosphodiesterase inhibitor. Vasopresin yaitu ADH,
adrenocorticotrophic hormone yang dikeluarkan oleh hipotalamus,
sebagai vasokonstriktor pada otot polos pembuluh darah dosis 0,01-
0,04 u/menit diberikan pada penderita yang refrakter terhadap
vasopresor konvensional dosis tinggi.
c. Extra Corporeal Membrane Oxygenation
ECMO dilakukan pada syok septic pediatric yang refrakter terhadap
terapi cairan, inotropik, vasopressor, vasodilator dan terapi hormone.
Terdapat 1 penelitian yang menganalisis 12 penderita sepsis
meningococcus dengan ECMO, 8 hidup dimana 6 dapat hidup normal
sampai 1 tahun pemantauan.
d. Oksigen.
Intubasi endotrakheal dini dengan atau tanpa ventilator mekanik sangat
bermanfaat pada bayi dan anak dengan sepsis berat/syok septic, karena
kapasitas residual fungsional yang rendah. Volume tidal 6 ml/kgBB
dengan permissive hypercapnea dan posisi tengkurap dapat
memberikan oksigenasi jaringan yang baik.
e. Koreksi Asidosis
Terapi bikarbonat untuk memperbaiki hemodinamik atau mengurangi
kebutuhan akan vasopressor, tidak dianjurkan pada keadaan asidosis
laktat dan pH< 7,15 dengan hemodinamik dan kebutuhan akan
vasopressor, dan pengaruhnya terhadap keluaran pada pH rendah.
f. Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika segera setelah satu jam ditegakkan diagnosis
sepsis dan pengambilan kultur darah. Terapi antibiotika empiris
spectrum luas dosis inisial penuh, satu atau beberapa obat berdasarkan
dugaan kuman penyebab dan dapat berpenetrasi ke dalam sumber
infeksi. Terdapat hubungan antara pemberian antibiotika yang
inadekuat dengan tingginya mortalitas.
Pada keadaan dimana fokus infeksi tidak jelas, maka antibiotika harus
diberikan pada keadaan penderita mengalami perburukan, status
imunologik yang buruk, adanya kateter intravena berdasarkan dugaan
kuman penyebab dan tes kepekaan. Antibiotika golongan beta-lactams
seperti penicillin, carbapenem seperti meropenem, imipenem,
cephalosporin dan aminoglikosida. Extended spectrum Penicillin yaitu
carboxy penicillins dan ureido-penicillins diberikan untuk infeksi
Pseudomonas aeruginosa atau bakteri gram negative lain. Carboxy
penicillins termasuk carbenicillin dan ticarcilin dapat diberikan pada
infeksi MRSA dan spesies Klebsiella.
Evaluasi pemberian antibiotika dilakukan sesudah 48-72 jam
berdasarkan data klinis dan mikrobiologi dengan mempergunakan
antibiotika spectrum sempit untuk mengurangi resistensi bakteri,
menurunkan toksisitas dan biaya. Lama pemberian antibiotika 7-10
hari dipandu oleh respon manifestasi klinis. Antibiotik diberikan
sebelum kuman penyebab diketahui.
Meningitis 21 hari
.
g. Terapi kortikosteroid
Beberapa meta-analisis telah menunjukkan secara konsisten bahwa
pemberian glukokortikoid dosis tinggi (lebih dari 42.000 mg equivalen
hidrokortison) telah terbukti tidak bermanfaat dan membahayakan. Pada
saat ini pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan
untuk mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal.
Kortikosteroid dosis rendah bermanfaat pada pasien syok sepsis karena
terbukti memperbaiki status hemodinamik, memperpendek masa syok,
memperbaiki respon terhadap katekolamin dan meningkatkan survival.
Pada keadaan ini dapat diberikan hidrokortison dengan dosis 2
mg/kgBB/hari.109,114 Sebuah meta-analisis memperkuat hal ini
dengan menunjukkan penurunan angka mortalitas 28 hari secara
signifikan.
h. Anti-inflamasi
Penelitian mengenai terapi anti-inflamasi pada pediatrik masih sangat
sedikit, dan dengan sampel yang kecil.
i. Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
Sistem granulopoetik pada bayi baru lahir khususnya bayi kurang
bulan masih belum berkembang dengan baik. Neutropenia sering
ditemukan pada pasien sepsis neonatal dan keadaan ini terutama terjadi
karena defisiensi G-CSF dan GM-CSF. Padahal neonatus yang
menderita sepsis dengan neutropenia memiliki angka mortalitas lebih
tinggi dibandingkan yang tidak mengalami neutropenia. G-CSF
merupakan regulator fisiologis terhadap produksi dan fungsi neutrofil.
Fungsinya adalah untuk menstimulasi proliferasi prekursor neutrofil
dan meningkatkan aktivitas kemotaksis, fagositosis, memproduksi
superoksida dan bakterisida. Berdasarkan fungsi tersebut, G-CSF
digunakan sebagai terapi adjuvant pada sepsis neonatorum. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa pemberian G-CSF dan GM-CSF dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas imunitas selular serta mencegah
infeksi nosokomial pada neonatus, tetapi preparat ini masih dalam
penelitian lebih lanjut dan membutuhkan biaya yang mahal
j. Transfusi Tukar
Transfusi tukar adalah prosedur untuk menukarkan sel darah merah
dan plasma resipien dengan sel darah merah dan plasma donor. Tujuan
TT pada sepsis adalah untuk memutuskan rantai reaksi inflamasi sepsis
dan memperbaiki keadaan umum pasien. Dikatakan demikian karena
berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah ada telah menunjukkan
kesimpulan bahwa TT dapat meningkatkan kadar IgG, IgA dan IgM
dalam waktu 12-24 jam; meningkatkan fungsi granulosit; meningkatkan
aktivitas opsonisasi antibodi dan fungsinya serta jumlah neutrofil;
mengeluarkan endotoksin dan mediator inflamasi; meningkatkan
oxygen-carrying capacity darah; memperbaiki perfusi jaringan;
meningkatkan konsentrasi oksihemoglobin di otak; serta memperbaiki
perfusi perifer dan distres pernapasan.
Darah yang digunakan untuk TT adalah darah lengkap. Volume darah
yang diperlukan untuk tindakan TT adalah 80-85 ml/kgBB untuk bayi
cukup bulan atau 100 ml/kgBB untuk bayi prematur dan ditambah lagi
75-100 ml untuk priming the tubing.
Metode yang paling disukai untuk prosedur TT adalah isovolumetric
exchange, yaitu mengeluarkan dan memasukkan darah yang dilakukan
bersama-sama melalui kateter arteri umbilikalis (dipakai untuk
mengeluarkan darah pasien) dan kateter vena umbilikalis (dipakai untuk
memasukkan darah donor).
Kontraindikasi TT adalah ketidakmampuan untuk memasang akses
arteri atau vena dengan tepat, omphalitis, omphalocele/gastroschisis,
necrotizing enterocolitis, bleeding diathesis, infeksi pada tempat
tusukan serta kurang baiknya aliran pembuluh darah kolateral dari arteri
ulnaris atau arteri dorsalis pedis. TT cukup efektif sebagai terapi
alternatif pada sepsis neonatorum yang gagal ditatalaksana secara
konvensional.
k. Terapi Supportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan
hipoglikemia
c. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik
Hormon) batasi cairan
d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
e. Awasi adanya hiperbilirubinemia
f. Lakukan transfuse tukar bila perlu
g. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima
nutrisi enteral.
8. Komplikasi
a. Meningitis
b. Hipoglikemia, asidosis metabolic
c. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial.
d. Ikterus/kernicterus.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
b. Riwayat Prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
c. Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran
2) Vital sign
3) Antropometri
b. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep
- Mata
Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera,
konjungtiva perdarahan dan anemis.
- Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk
disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama
kali.
- Sistem Pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak,
bunyi napas
- Tali Pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah
pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
- Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
- Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak,
posisi/postur, normal/abnormal.
- Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah,
simetris/asimetris
- Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
4. Pemeriksaan Spefisik
a. Apgar score
b. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
c. Sistem neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menghisap: kuat, lemah
f. Reflek menjejak: baik, buruk
g. koordinasi reflek menghisap dan menelan
5. Pemeriksaan laboratorium
a. sampel darah tali pusat
b. fenil ketonuria
c. hematokrit
d. Bilirubin
e. Kadar gular darah serum
f. Protein aktif C
g. Imunogloblin IgM
h. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus,
telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
i. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah
tepi dan jumlah leukosit.
C. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
b. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas , reflek isap kurang
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa
. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Ketidakefektifan
NOC : NIC :
Respiratory status : ventilation Airway management :
pola nafas b.d
Respiratoty status : airway patency Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas
hiperventilasi Vital sign status tambahan
Criteria hasil : Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Menunjukkan jalan nafas yang paten keseimbangan
(irama, frekuensi pernapasan dalam Monitor respirasi dan status O2
rentang normal, tidak ada suara napas Oxygen therapy
tambahan) Pertahankannjalan napas yang paten
Tanda2 vital dalam rentang normal Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Vital sign monitoring
Monitor Nadi, Suhu, Respirasi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor adanya sianosis perifer
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Intubasi Gastrointestinal
pola makan bayi 24 jam, didapatkan hasil : 1. Memilih selang OGT yang sesuai
2. Penempatan selang OGT yang tepat
b.d prematuritas , Hidrasi 3. Jelaskan kepada keluarga mengenai pentingnnya
penggunakaan OGT
1. Nadi tidak cepat dan lemah
reflek isap kurang 2. Peningkatan suhu tubuh Manajemen Nutrisi
3. Turgor kulit
4. Intake cairan 1. Berikan ASI secara teratur
Newborn Adaptation 2. Hitung kebutuhan minum bayi
3. Ukur masukan dan keluaran
1. Berat Badan 4. Pantau koordinasi mengisap bayi
2. Refleks mengisap 5. Timbang berat badan bayi setiap hari
6. Pengukuran TTV dan dehidrasi
1. Aminullah A. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, Ari Yunanto. dkk (editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
3. Bulecheck, Gloria M, et al. Nursing Intervention Classifcation (NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier, 2008.
4. Nurarif AH dan Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis dan Nanda-NIC-NOC jilid 1 dan 2.
Panduan Penyusunan Asuhan keperawatan professional. Yogyakarta: Media Action, 2013.
5. Powell KR. Sepsis dan Syok. Dalam: Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (editor). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2.ed 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Hal 869 – 870
6. Rudolph AM, Julien IEH, Colin DR. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1 Edisi 2. Jakarta: EGC, 2006.
7. The Merck Manuals Online Medical Library. Neonatal Sepsis (Sepsis Neonatorum). Accessed April 2013. Available from URL:
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html.