Disusun Oleh :
Kelompok 2
KELOMPOK : II
Banjarmasin, 2019
Menyetujui
…………………… ………………………
……………………………………. ………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK : II
Banjarmasin, 2019
Menyetujui
…………………… ………………………
……………………………………. ………………………………….
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu
antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Chiesa, 2015).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (McGuire, 2016). Sepsis
adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah
septikemia dan syok septik (Chiesa, 2015).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari
pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau
terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan
pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine
sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri
(streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang
ditemui. (Chiesa, 2015). Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu
(Mosayebi, 2015) :
a. Early onset sepsis neonatal atau sepsis dini
Early onset sepsis neonatal terjadi mulai lahir sampai 7 hari
pertama kehidupan. Penyebab sepsis dini adalah organisme dari
saluran genial ibu biasanya dikarenakan Streptococcus Grup B,
Escherichia Coli, Listeria Monocytogenes, Haemophilus Influenzae
dan Enterococcus. Manifestasi klinisnya melibatkan multisystem
organ (resiko tinggi terjadi pneumonia) dengan mortalitas tinggi (15-
45%) (Mosayebi, 2015).
b. Late onset sepsis neonatal atau sepsis lanjutan
Late onset sepsis neonatal terjadi setelah minggu pertama (7
hari) sampai 30 hari kehidupaan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir. Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi (Mosayebi, 2015).
Untuk menentukan klasifikasi sepsis dapat juga menggunakan klasifikasi
faktor risiko sepsis yaitu ketuban pecah dini klasifikasi (Rocky, 2016) :
1. Faktor risiko mayor
Faktor risiko mayor yaitu ketuban pecah dini (KPD) >18 jam, ibu
demam intrapartum >380 C, korioamnionitis, ketuban berbau, denyut
jantung janin (DJJ) >160x/menit (Rocky, 2016).
2. Faktor risiko minor
Faktor risiko minor terdiri dari KPD >12jam, demam intrapartum
>37,50 C, skor APGAR rendah (menit 1 skor < 5 dan menit 3 skor < 7),
BBLSR (< 1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu, keputihan
yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK).
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor
atau satu kriteria mayor ditambah dua kriteria minor (Rocky, 2016).
B. Etiologi
Penyebab sepsis neonaturom adalah (McGuire, 2016) :
a. Penyebab pada masa antenatal
1. Bakteri Escherichiacoli
2. Bakteri Listeria monocytogenes
3. Bakteri Neisseriameningitidis
4. Bakteri Sterptococcus pneumonia
5. Bakteri Haemophilus influenzae tipe B
6. Bakteri Salmonella
7. Bakteri Streptococcus grup B
8. Bakteri Streptococcus grup B
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering
terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan.
Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering
pada neonatus.
9. Demam yang terjadi pada ibu
10. Infeksi pada uterus atau plasenta
11. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur
ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
12. Kurangnya perawatan pre natal
b. Penyebab pada masa intranatal
1. Perdarahan
3. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih
sebelum melahirkan)
11. Risiko
keterlambatan
perkembangan
12. Risiko
perdarahan
13. Risiko Syok Syok Prevention Syok Prevention
Setelah dilakukan 1. Monitor status
tindakan keperawatan sirkulasi, warna
selama 1x8 jam pasien kulit, suhu, denyut
tidak mengalami syok , jantung, HR dan
dengan kriteria hasil : RR
1. Tanda-tanda 2. Monitor tanda awal
vital berada syok
didalam batas 3. Ajarkan keluarga
normal dan pasien tentang
2. Mata cekung tanda dan gejala
tidak ditemukan datangnya syok
3. Demam tidak 4. Ajarkan keluarga
ditemukan dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok
5. Kolaborasi
pemberian cairan
IV
14. Risiko cedera
r
DAFTAR PUSTAKA