Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS BAYI NY.

T DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RUANG PERAWATAN BAYI II B
RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun Oleh :
Kelompok 2

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Perawatan Bayi II B

KELOMPOK : II

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Ahmad Doni Faisal (11194561920080)


2. Florentina (11194561920090)
3. Merry Lidya (11194561920099)
4. Normaliyanti (11194561920109)
5. Siti Janatul Ulfah (11194561920116)

Banjarmasin, 2019

Menyetujui

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Program Studi Sarjana Keperawatan


Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………… ………………………
……………………………………. ………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Perawatan Bayi II B

KELOMPOK : II

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Ahmad Doni Faisal (11194561920080)


2. Florentina (11194561920090)
3. Merry Lidya (11194561920099)
4. Normaliyanti (11194561920109)
5. Siti Janatul Ulfah (11194561920116)

Banjarmasin, 2019

Menyetujui

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Program Studi Sarjana Keperawatan


Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………… ………………………
……………………………………. ………………………………….
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu
antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Chiesa, 2015).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (McGuire, 2016). Sepsis
adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah
septikemia dan syok septik (Chiesa, 2015).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari
pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau
terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan
pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine
sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri
(streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang
ditemui. (Chiesa, 2015). Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu
(Mosayebi, 2015) :
a. Early onset sepsis neonatal atau sepsis dini
Early onset sepsis neonatal terjadi mulai lahir sampai 7 hari
pertama kehidupan. Penyebab sepsis dini adalah organisme dari
saluran genial ibu biasanya dikarenakan Streptococcus Grup B,
Escherichia Coli, Listeria Monocytogenes, Haemophilus Influenzae
dan Enterococcus. Manifestasi klinisnya melibatkan multisystem
organ (resiko tinggi terjadi pneumonia) dengan mortalitas tinggi (15-
45%) (Mosayebi, 2015).
b. Late onset sepsis neonatal atau sepsis lanjutan
Late onset sepsis neonatal terjadi setelah minggu pertama (7
hari) sampai 30 hari kehidupaan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir. Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi (Mosayebi, 2015).
Untuk menentukan klasifikasi sepsis dapat juga menggunakan klasifikasi
faktor risiko sepsis yaitu ketuban pecah dini klasifikasi (Rocky, 2016) :
1. Faktor risiko mayor
Faktor risiko mayor yaitu ketuban pecah dini (KPD) >18 jam, ibu
demam intrapartum >380 C, korioamnionitis, ketuban berbau, denyut
jantung janin (DJJ) >160x/menit (Rocky, 2016).
2. Faktor risiko minor
Faktor risiko minor terdiri dari KPD >12jam, demam intrapartum
>37,50 C, skor APGAR rendah (menit 1 skor < 5 dan menit 3 skor < 7),
BBLSR (< 1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu, keputihan
yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK).
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor
atau satu kriteria mayor ditambah dua kriteria minor (Rocky, 2016).
B. Etiologi
Penyebab sepsis neonaturom adalah (McGuire, 2016) :
a. Penyebab pada masa antenatal
1. Bakteri Escherichiacoli
2. Bakteri Listeria monocytogenes
3. Bakteri Neisseriameningitidis
4. Bakteri Sterptococcus pneumonia
5. Bakteri Haemophilus influenzae tipe B
6. Bakteri Salmonella
7. Bakteri Streptococcus grup B
8. Bakteri Streptococcus grup B
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering
terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan.
Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering
pada neonatus.
9. Demam yang terjadi pada ibu
10. Infeksi pada uterus atau plasenta
11. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur
ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
12. Kurangnya perawatan pre natal
b. Penyebab pada masa intranatal
1. Perdarahan

2. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

3. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih
sebelum melahirkan)

4.Proses kelahiran yang lama dan sulit.

5. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama


proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and
Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada
vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang
menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem
imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya
menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang,
pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di
permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam
aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
(McGuire, 2016).
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami
bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-
kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya
bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber
infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia
tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada
rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas
- dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya
akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcus
pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua
kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3
tahun (McGuire, 2016).
6. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit
putih.
c. Penyebab Pada Masa Post Natal
1. Prematurius
Prematur merupakan faktor resiko utama untuk sepsis
neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
2. Defisiensi imun
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah
tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.
3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki-
laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga
sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu
perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter
vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi
juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda.
3) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas
( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
4) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum
susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
C. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya
fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel akibatnya adalah penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan
disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian [ CITATION
Leh16 \l 1033 ].
Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi
infeksi transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella,
protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis. Yang
lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam
proses persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram
negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah
persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif)
[ CITATION Leh16 \l 1033 ] .
D. Clinical Pathway
E. Manifestasi Klinik
Menurut Arief, 2016, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah
sebagai berikut (Arief, 2016) :
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,
hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,
merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,
perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak
lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu
tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan
pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung Gejala
dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya (Arief, 2016) :
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung
ke depan) atau penonjolan pada ubun- ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan
perut dan diare berdarah.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada sepsin neonatorium adalah
[ CITATION Leh16 \l 1033 ] :
1. Meningitis
2. Hipoglikemia,
3. Asidosis Metabolik
4. Koagulopati,
5. Gagal Ginjal,
6. Disfungsi Miokard,
7. Perdarahan Intracranial
8. Ikterus/Kernikterus
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah (McGuire, 2016) :
a. Supportif
1) Monitoring cairan, elektrolit dan glukosa. Bila terjadi SIADH
(Sindrom of In Appronate Anti Diuretik Hormon) maka perlu
dilakaukan pembatasan cairan
2) Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar bila perlu
3) Pertimbangkan pemberian nutrisi parenteral bila pasien tidak
dapat menerima nutrisi enteral
b. Kausatif
1) Antibiotika diberikan sebelum kuman penyebab ditemukan.
Biasanya dengan pemberian ampicillin atau gentamisin selama 7
– 10 hari dan sering kali diberikan melalui IVFD
2) Terapi oksigen untuk mengatasi distress pernapasan dan cianosis
3) Transfusi yang baru dengan leukosit polimorfonuklear dari donor
adult
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan adalah (McGuire,
2016) :
1. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
Melakukan pemeriksaan fisik bayi dengan memperhatikan :
a. Inspeksi
Kulit kekuningan, Sulit bernafas, Letargi, Kejang, Mata
berputar, Palpasi, tonos otot meningkat, leher kaku
b. Palpasi
tonos otot meningkat, leher kaku
hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemeriksaan secara
cermat.
2. Melakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
3. Memberikan koreksi jika terjadi hypovolemia, hipokalsemia, dan
hipoglikema
4. Amati dan atasi apabila terjadi tanda-tanda syok,hipoksia dan
asidosis metabolic serta amati apabila terdapat tanda dan gejala
hiperbilirubinemua
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotic
I. Diagnosa Keperawatan (NANDA 2018-2020)
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan trauma
yang
diakibatkan penurunan perfusi jaringan
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh
yang menghambat ekspansi paru
3. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
4. Ketidakefektifan pola menyusui bayi berhubungan dengan
keterlambatan neurologis
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
metabolism
6. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
7. Ansientas berhubungan ancaman pada status terkini
8. Risiko tinggi infeksi
9. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
10. Risiko ketidakstabilan glukosa darah
11. Risiko kertelambatan perkembangan
12. Risiko perdarahan
13. Risiko syok
14. Risiko Cedera
Intervensi yang diberikan adalah :
NO Nama Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan Circulation status PeripheralSensation
perfusi jaringan Setelah dilakukan Management
perifer tindakan keperawatan 1. Monitor adanya
selama 1x8 jam daerah tertentu
ketidakefektifan perfusi yang hanya peka
jaringan dapat teratasi, terhadap
dengan kriteria hasil : panas/dingin/tajam/
1. menunjukkan fungsi tumpul
sensori motori cranial 2. Monitor kemampuan
yang utuh BAB
2. tingkat kesadaran 3. Batasi gerakan pada
mambaik kepala,leher dan
3. tidak ada gerakan punggung
gerakan involunter 4. Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi kulit
jika ada lsi atau
laserasi
5. Kolaborasi
pemberian
Analgetik
2. Ketidakefektifan Respiratory status : Airway
pola nafas Airway patency Management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara
dengan posisi tindakan keperawatan nafas, catat
tubuh yang selama 1x8 jam adanya suara
menghamabt ketidakefektifan pola tambahan
ekspansi paru nafas dapat teratasi, 2. Posisikan pasien
dengan kriteria hasil untuk
1. Mendemonstrasikan memaksimalkan
batuk efektif dan ventilasi
suara nafas yang 3. Monitor TTV
bersih, tidak ada 4. Buka jalan nafa
sianosis dan dyspneu gunakan teknik
(mampu chin lift atau jaw
mengeluarkan thrust bila perlu
sputum, mampu 5. Lakukan fisioterapi
bernafas dengan dada bila perlu
mudah, tidak ada 6. Kolaborasi
pursed lips) memberikan
2. Menunjukkan jalan bronkodilator bila
nafas yang paten perlu
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
3. Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
3. Hipertermi Thermoregulation Fever treatment
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu
dengan sepsis tindakan keperawatan sesering mungkin
selama 1x8 jam 2.   Monitor IWL
hipertermi dapat 3. Monitor warna dan
teratasi, dengan kriteria suhu kulit
hasil 4. Monitor tekanan
1. Suhu tubuh dalam darah, nadi dan
rentang normal RR
2. Nadi dan RR dalam 5. Lakukan tapid
rentang normal sponge
3. Tidak ada 6. Berikan cairan
perubahan warna intravena
kulit dan tidak ada 7. Berikan
pusing, merasa pengobatan untuk
nyaman mengatasi
penyebab demam

4. Ketidak efektifan Breastfeeding Breastfeeding


pola menyusui Estabilshment : infant assistance
bayi Setelah dilakukan 1. Monitor
berhubungan tindakan keperawatan kemampuan bayi
dengan selama 1x8 jam untuk menghisap
gangguan ketidakefektifan pola 2. Monitor
neurologis menyusui bayi teratsai kemampuan bayi
dengan kriteria hasil : untukmenggapai
1. Klien dapat putting
menyusui dengan 3. Dorong orang tua
efektif untuk meminta
2. Memverbalisasikan perawat untuk
tehnik untk menemani saat
mengatasi masalah menyusui sebanyak
menyusui 8-10 kali/hari
3. Bayi menandakan 4. Sediakan 
kepuasan menyusu kenyamanan dan
Ibu menunjukkan privasi selama
4. harga diri yang menyusui
positif dengan 5. Dorong ibu untuk
menyusui
tidak membatasi
bayi menyusu

5. Kerusakan Tissue Integrity : Skin Pressure


integritas kulit and Mucous Management
berhubungan Membranes 1. Monitor kulit pasien
dengan Setelah dilakukan akan adanya
gangguan tindakan keperawatan kemerahan
metabolism selama 1x8 jam 2. Anjurkan pasien
kerusakan integritas untuk
kulit dapat teratasi, menggunakan
dengan kriteria hasil : pakaian yang
1. Integritas kulit yang longgar
baik bisa 3. Jaga kebersihan
dipertahankan kulit agar tetap
(sensasi, elastisitas, bersih dan kering
temperatur, hidrasi, 4. Mobilisasi pasien
pigmentasi) (ubah posisi
2. Tidak ada luka/lesi pasien) setiap dua
pada kulit jam sekali
3. Perfusi jaringan baik 5. Oleskan lotion
4. Menunjukkan atau minyak/baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
6. Defisien Knowledge : disease Teaching : disease
pengetahuan process Process
berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian
dengan kurang tindakan keperawatan tentang tingkat
informasi selama 1x8 jam pengetahuan
pengetahuan pasien pasien tentang
bertambah, dengan proses penyakit
kriteria hasil : yang spesifik
1. Pasien dan 2. Jelaskan
keluarga menyatakan patofisiologi dari
pemahaman tentang penyakit dan
penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis dan berhubungan
program pengobatan dengan anatomi
2. Pasien dan dan fisiologi,
keluarga mampu dengan cara yang
melaksanakan tepat.
prosedur yang 3. Gambarkan tanda
dijelaskan secara dan gejala yang
benar biasa muncul pada
3. Pasien dan penyakit, dengan
keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan kembali 4. Gambarkan proses
apa yang dijelaskan penyakit, dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya 5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien
tentang kondisi,
dengan cara yang
tepat
7. Ansientas Anxiety control Anxiety Reduction
berhubungan Tujuan : Setelah 1. Gunakan
dengan dilakukan tindakan pendekatan yang
ancaman pada keperawatan selama 1 menenangkan
status terkini x 8 jam dihsrspksn 2. Nyatakan dengan
rasa cemas pasien jelas harapan
berkurang terhadap pelaku
Dengan kriteria hasil : pasien
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua
mengidentifikasi prosedur dan apa
dan yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
gejala cemas 4. Dengarkan dengan
2. Mengidentifikasi, penuh perhatian
mengungkapkan 5. Identifikasi tingkat
dan menunjukkan kecemasan
tehnik untuk 6. Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan
3. Vital sign dalam keamanan dan
batas normal mengurangi takut
4. Postur tubuh, 7. Berikan informasi
ekspresi wajah, faktual mengenai
bahasa tubuh dan diagnosis, tindakan
tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan 8. Dorong keluarga
berkurangnya untuk menemani
kecemasan anak
9. Lakukan back / neck
rub
8. Resiko tinggi Knowledge : Infection Infection Control
infeksi control (Kontrol infeksi)
Setelah dilakukan 1. Bersihkan
tindakan keperawatan lingkungan setelah
selama 1x8 jam pasien dipakai pasien lain
tidak mengalami infeksi 2. Pertahankan teknik
, dengan kriteria hasil : isolasi
1. Klien bebas dari 3. Batasi pengunjung
tanda dan gejala bila perlu
infeksi 4. Instruksikan pada
2. Mendeskripsikan pengunjung untuk
proses penularan mencuci tangan
penyakit, factor yang saat berkunjung
mempengaruhi dan setelah
penularan serta berkunjung
penatalaksanaannya meninggalkan
3. Menunjukkan pasien
kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
mencegah timbulnya antimikrobia untuk
infeksi cuci tangan
4. Jumlah leukosit 6. Berikan terapi
dalam batas normal antibiotik bila perlu
5. Menunjukkan
perilaku hidup sehat
9. Risiko Fluid balance Fluid management
ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Monitor status
an volume tindakan keperawatan hidrasi
cairan selama 1x8 jam pasien ( kelembaban
tidak mengalami membran mukosa,
ketidakseimbangan nadi adekuat,
volume cairan, dengan tekanan darah
kriteria hasil : ortostatik ), jika
1. Mempertahankan diperlukan
urine output sesuai 2. Monitor vital sign
dengan usia dan BB, 3. Monitor masukan
BJ urine normal, HT makanan / cairan
normal dan hitung intake
2. Tekanan darah, nadi, kalori harian
suhu tubuh dalam 4. Timbang
batas normal popok/pembalut jika
3. Tidak ada tanda diperlukan
tanda dehidrasi, 5. Pertahankan catatan
Elastisitas turgor kulit intake dan output
baik, membran yang akurat
mukosa lembab, 6. Lakukan terapi IV
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
10. Risiko Blood Glucose, Risk Hyperglikemia
ketidakstabilan For Unstable management
glukosa darah Setelah dilakukan 1. Memantau kadar
tindakan keperawatan glukosa darah,
selama 1x8 jam pasien seperti yang
tidak mengalami ditunjukkan
ketidakstabilan glukosa 2. Pantau tanda-tanda
darah, dengan kriteria dan gejala
hasil : hiperglikemia :
1. Penerimaan : poliuria, polidipsia,
kondisi kesehatan polifagia, lemah,
2. Kepatuhan kelesuan, malaise,
Perilaku : diet sehat mengaburkan visi,
3. Dapat mengontrol atau sakit kepala
kadar glukosa darah 3.  Memantau keton
4. Dapat mengontrol urin, seperti yang
stre ditunjukkan
4. Memantau abg,
elektrolit, dan
tingkat
betahydroxybutyrat
e, sebagai tersedia
5. Memantau tekanan
darah dan denyut
nadi ortostatik,
seperti yang
ditunjukkan
6.  Mengelola insulin,
seperti yang
ditentukan
7.  Mendorong
asupan cairan oral
8. Menjaga akses IV
9. Memberikan cairan
IV sesuai
kebutuhan

11. Risiko
keterlambatan
perkembangan
12. Risiko
perdarahan
13. Risiko Syok Syok Prevention Syok Prevention
Setelah dilakukan 1. Monitor status
tindakan keperawatan sirkulasi, warna
selama 1x8 jam pasien kulit, suhu, denyut
tidak mengalami syok , jantung, HR dan
dengan kriteria hasil : RR
1. Tanda-tanda 2. Monitor tanda awal
vital berada syok
didalam batas 3. Ajarkan keluarga
normal dan pasien tentang
2. Mata cekung tanda dan gejala
tidak ditemukan datangnya syok
3. Demam tidak 4. Ajarkan keluarga
ditemukan dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok
5. Kolaborasi
pemberian cairan
IV
14. Risiko cedera
r
DAFTAR PUSTAKA

Chiesa C, P. A. (2015). Diagnosis of neonatal sepsis: a clinical and laboratory


challenge. China: Clin Chem .
Harianto, A. (2016). Sepsis Neonatorium . Pediatrik , 10-19.
Lehman, C. M. (2016). Sepsis in newborns - neonatal. The physician’s guide to
laboratory test selection and interpretation, 1-4.
McGuire W, C. L. (2016). Infection in the preterm infant. BMJ, 329-428.
Mosayebi Z, M. A. (2015). Profile of bacterial sepsis in neonates from Kashan in
iran. J Infect Dis Antimicrob Agents, 97-102.
Rocky Wilar, E. K. (2016, Desember 4). Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini. Sari
Pediatri , pp. 265-269.

Anda mungkin juga menyukai