Oleh :
FAILUL AFINDA
NIM.1930017
Asuhan Keperawatan dengan sectio caesarea di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum
Mitra Delima Malang yang Dilakukan Oleh :
NIM : 19.30.017
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 2019 – 14 November
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 a. Melakukan pengkajian pada pasien Hari ke-1 Dapat melakukan
sectio caesarea pengkajian dasar
2 a. Mampu mengkaji skala nyeri pada Hari ke-2 a. Mampu mengkaji skala
pasien dengan sectio caesarea nyeri pasien
b. Mampu memberikan terapi
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri pasien dengan b. Mampu mengajarkan
sectio caesarea relaksasi nafas dalam
pada pasien
3 a. Memantau tanda – tanda vital Hari ke 3 - a. Mampu memantau tanda
6 – tanda vital
Mengetahui,
Failul Afinda
NIM 1930017
BAB I
PENDAHULUHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Dfinisi
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah
terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis
janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat
.Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural.
Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan
sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi
(Sarwono, 2017)
Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah
anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding
abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai
( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu ). (Mochtar, 2015)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak
mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri
atau pada kasus kehamilan abdomen. (Gary, 2015 )
2.2 Etiologi
Kekurangan :
2.6 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
1. Perawatan awal
Letakan pasien dalam posisi datar atau 45 derajat dalam ruang
perawatan
Periksa kondisi pasien, cek tanda vital. Periksa tingkat
Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah 1 x 24 jam, jika
penderita sudah terdengar bising usus lalu dimulailah pemberian minuman
dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada minimal 6 jam pasca operasi, berupa air
putih.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri
Posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
Tunggu bising timbul, diet bertahap (cair di teruskan dengan diet lunak)
Pemberian infus diteruskan sampai minimal 1x24 jam
5. Perawatan fungsi kandung kemih
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
6. Perawatan luka
Ganti verban dengan cara steril (jika verban terdapat rembesan/ terbuka)
Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
Mengganti balutan dilakukan pada hari ketiga pasca SC atau sebelum
pasien pulag
7. Jika masih terdapat perdarahan
Lakukan masase uterus
Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau
RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
10. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan
kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya
orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas
dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,
frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan
Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional
atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai
indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit
pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
fole
2.8 Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
a) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.
BAB III
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik,
yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien
operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama (Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h) Seksualitas
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah
terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis
janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat
.Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural.
Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan
sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi
(Sarwono, 2017)
4.2 Saran
Ditjen PP & PL Depkes RI. 2012. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan cidera
kepala di Indonesia Sampai Dengan 30 Juni 2012. www.depkes.go.id diakses
Manuaba, I.B. 2013. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC