Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


MENINGITIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 - A.2 / SEMESTER VIII
1. MITA AYU UTAMI (041 STYC 15)
2. RISMALA PRAMUDITHA (057 STYC 15)
3. RAHMAN HADI PUTRA (051 STYC 15)
4. ROHMI (061 STYC 15)
5. SANTI LESTARI (065 STYC 15)
6. SANUSI (066 STYC 15)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ernawati, Ners., M.Kep.
selaku Dosen Pengampu Keperawatan Gawat Darurat yang telah memberikan
bimbingan dan masukan sehingga Makalah “Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Meningitis” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 7 April 2019

Penulis,

( ASKEP GADAR Meningitis – Kelompok 4 ) ii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2
BAB 2 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi..................................................................................................3
2.2 Etiologi..................................................................................................3
2.3 Klasifikasi.............................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................6
2.5 Patofisiologi..........................................................................................6
2.6 Pathway.................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang........................................................................9
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................9
2.9 Komplikasi..........................................................................................10
BAB 3 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...........................................................................................12
3.2 Diagnosa..............................................................................................16
3.3 Intervensi.............................................................................................16
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................20
4.2 Saran...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

( ASKEP GADAR Meningitis – Kelompok 4 ) iii


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak
(ensefalitis), dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering
terjadi adalah meningitis. Secara keseluruhan, mortality rate pasien
meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien pneumoccal meningitis lebih
tinggi dari pasien meningococcal meningitis (Van de Beek, 2004). Di Afrika,
antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat 704.000 kasus dengan
jumlah kematian 100.000 orang. Diantara tahun 1998 dan 2002 dilaporkan
adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi angka ini dapat
saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem pelaporan
penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum mencapai
pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal dicatatan resmi
(Centers for Disease Control and Prevention).
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter,
araknoid, piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang kasar, dan
menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane
lembut yang bersatu di tempatnya dengan piameter, diantaranya terdapat
ruang subaraknoid di mana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi
oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan membrane halus yang kaya
akan pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang
banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan
otak dan seluruh medulla spinalis.
Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi,
tetapi ada tiga tipe utama yaitu Infeksi bakteri (piogenik yang disebabkan
oleh bakteri pembentuk pus, terutama mengikoku, pneumokokus, dan basil
influenza), tuberculosis (yang disebabkan oleh basil tuberkel
(M.Tuberculosa)), dan infeksi virus (yang disebabkan oleh agen-agen
virus yang sangat bervariasi).
Oleh karena itu, kami tertarik membahas salah satu gangguan yang terjadi
pada lapisan otak yaitu peradangan pada meningens atau meningitis.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 1


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di buat rumusan masalah
yaitu “Bagaimanakah konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan gawat
darurat dari meningitis”?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang konsep penyakit dan asuhan
keperawatan gawat darurat dari meningitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang definisi dari meningitis.
2. Untuk mengetahui tentang etiologi dari meningitis.
3. Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari meningitis.
4. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari meningitis.
5. Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari meningitis.
6. Untuk mengetahui tentang pathway dari meningitis.
7. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari meningitis.
8. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari meningitis.
9. Untuk mengetahui tentang komplikasi dari meningitis.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan dibuatkannya makalah “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Meningitis” ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
memahami mengenai konsep dasar dan memudahkan mahasiswa perawat
dalam menentukan diagnosis keperawatan sesuai dengan manifestasi klinis
yang ada pada pasien dengan meningitis untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam pemberian intervensi keperawatan.

BAB 2
PEMBAHASAN

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 2


2.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasuk
durameter, arachnoid, dan piameter) (Harold, 2005). Meningitis adalah
infeksi cairan otak disertai peradangan yang mengenai piameter (lapisan
dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Organisme penyebab meningitis memasuki area secara langsung sebagai
akibat cedera traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari
tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus,
cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran napas merupakan port
d’entree (tempat masuk) utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri
disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernapasan dan
hasil sekresi (pengeluaran) tenggorokan yang masuk secara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak
(meningens) dan otak.

2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan
bakteri, diantaranya:
2.2.1 Meningitis Bakteri
Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,
terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza. Bakteri
yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria, Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A,
Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 3


monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan
lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan
mengalami infark.
2.2.2 Meningitis Virus
Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus,
seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.

2.3 Klasifikasi
2.3.1 Meningitis Menurut Faktor Penyebabnya
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya
menurut Muttaqin (2008), yaitu:
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan
lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 4


influenza. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri
akut, yaitu Neiserria meningitdis (meningitis meningokokus),
Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus
influenzae (pada anakanak dan dewasa muda). Bentuk penularannya
melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari
hidung dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau
infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang
menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi
pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi
pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf
atau seseorang yang mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. Infeksi
meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu
melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-
infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan langsung
seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah
kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder
prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-alat invasif (seperti
alat pemantau TIK).
2.3.2 Meningitis Berdasarkan Perubahan yang Terjadi pada Cairan Otak
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
a. Meningitis Serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya
antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokokus), Neisseria

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 5


meningitis (meningokokus), Streptococcus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa (Satyanegara,
2010)

2.4 Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala dari meningitis menurut Nurarif (2013), yaitu:
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot melemah, menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan
sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi,
maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudinzinski positif,
ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).

2.5 Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran
vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang
di dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak),
edema serebral dan peningkatan TIK.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 6


Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus
(Corwin, 2009).
2.6

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 7


2.6 Pathway

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 8


2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan meningitis menurut Smeltzer
(2002), yaitu:
2.7.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur
(-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2.7.2 Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di
samping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.7.3 Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :
a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b. Steroid untuk mengatasi inflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasi demam
d. Antikonvulsant untuk mencegah kejang.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 9


e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
f. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt)
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh
terlalu banyaknya cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel di
otak menuju rongga peritoneum. Prosedur pembedahan ini dilakukan di
dalam kamar operasi dengan anastesi umum selama sekitar 90 menit.
Rambut di belakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di
belakang telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil
dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam
ventrikel otak.
Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit melalui insisi di belakang
telinga, menuju ke rongga peritoneum. Sebuah katup diletakkan di bawah
kulit di belakang telinga yang menempel pada kedua kateter. Bila terdapat
tekanan intrakranial meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup
menuju rongga peritoneum (Jeferson, 2004).
Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain selain
pemasangan shunt antara lain:
1. Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksus Choroid
2. Membuka stenosis akuaduktus
3. Eksisi tumor
4. Fenestrasi endoskopi

2.9 Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara
lain:
a. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhan.
b. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural
karena adanya infeksi oleh kuman.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 10


c. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
d. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
e. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
f. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian
pada jaringan otak.
g. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
h. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi
mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak
terganggu.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 11


BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Primer (Muttain, 2008)
a. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk. Jika ada
obstruksi maka lakukan :
1. Chin lift atau jaw trust
2. Suction atau hisap
3. Guedel airway
4. Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
b. Breathing
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu apas, dan peningkatan frekuensi pernapasan
yang sering didapatkan pada klien meningitis disertai adanya
gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan
apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi
pleura masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis).
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer di paru.
c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normla pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut.
d. Dissability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 12


e. Exposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
3.1.2 Pengkajian Sekunder (Muttaqin, 2008)
a. Anamnesa
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui jenis kuman
penyebab. Pada pengkajian klien dengan meningitis, biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi
dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit
kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis
yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan
dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori
biasanya merupakan awal adanya penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkingkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi
keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan
napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala,
dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital
(TTV). Pada klien dengan meningitis biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38-41oC, dimulai
dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 13


iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.
1. Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila
klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
memantau pemberian asuhan keperawatan.
2. Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas
motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status
mental klien mengalami perubahan.
3. Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
fungsi penciuman.
b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
c) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran
biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang
telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari
fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang
tidak diketahui, klien meningitis mengeuh mengalami
fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
d) Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada
kelainan.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 14


e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
g) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi
leher dan kaku kuduk (regiditas nukal)
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
4. Sistem Motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
5. Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum
atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks
patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat
kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda
adanya lesi UMN.
6. Gerakan Involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada
keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum,
terutama pada anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu
tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga
berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat
area fokal kortikal yang peka.
7. Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan
sensasi raba, nyeri, dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal
di permukaan tubuh. Sensasi proprioseptif dan diskriminatif
normal.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 15


e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik rutin pada klien meningitis meliputi
laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit,
glukosa). Pemeriksaan faal hemostatis diperlukan untuk mengetahui
secara awal adanya DIC. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai
untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit
terutama hiponatremia.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Herdman (2009),
yaitu:
1. Gangguan perfusi serebra berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
3. Potensial terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran.
4. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran diseminata hematogen dari
patogen, stasis cairan tubuh, penekanan respons inflamasi (akibat-obat),
pemajanan orang lain terhadap patogen.
5. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral, kejang
lokal, kelemahan umum, paralisis parestesia, ataksia, vertigo
6. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada saluran nafas
7. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
8. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
9. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit.

3.3 Intervensi
Intervensi 1
Gangguan perfusi serebra berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tujuan :
a. Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
b. Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 16


Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Rasa sakit kepala berkurang
c. Kesadaran meningkat
d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat
Intervensi Rasional
Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial
tidur terlentang tanpa bantal. akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak.
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak
neurologis dengan GCS. lebih lanjut.
Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi
TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati- mempertahankan keadaan tekanan
hati pada hipertensi sistolik. darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan autoreguler
akan menyebabkan kerusakan
vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output. Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada
pasien yang tidak sadar, nausea yang
menurunkan intake per oral.
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan
muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intrakranial dan
untuk mengeluarkan napas apabila intraabdomen. Mengeluarkan napas
bergerak atau berbalik di tempat sewaktu bergerak atau merubah
tidur. posisi dapat melindungi diri dari
efek valsava.
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan Meminimalkan fluktuasi pada beban
perhatian ketat. vaskuler dan tekanan intrakranial,
vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral.
Monitor AGD bila diperlukan. Adanya kemungkinan asidosis
disertai pemberian oksigen dengan
pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral.
Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat
seperti: Steroid, Aminofel, menurunkan permeabilitas kapiler,
Antibiotika. menurunkan edema serebri,
menurunkan metabolik sel/konsumsi
dan kejang.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 17


Intervensi 2
Potensial terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Intervensi Rasional
Mandiri
Monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf
mulut dan otot-otot muka lainnya pusat memerlukan evaluasi yang
sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang
seperti batasan ranjang, papan terjadi
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka
fase akut. jika vertigo, sincope, dan ataksia
terjadi.
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter Untuk mencegah atau mengurangi
seperti; diazepam, phenobarbital, dll. kejang. Catatan : Phenobarbital
dapat menyebabkan respiratorius
depresi dan sedasi.

Intervensi 3
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada saluran nafas
Tujuan: Jalan napas pasien kembali efektif
Kriteria hasil : a. Frekuensi napas 16-20 kali/menit
b. Tidak menggunakan otot bantu napas
c. Tidak ada suara tambahan
d. Dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif
e. Sesak napas berkurang
Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Memantau dan mengatasi
tambahan, perubahan irama dan komplikasi potensial. Pengkajian
kedalaman, penggunaan otot-otot fungsi pernapasan dengan interval
aksesori, warna, dan kekentalan yang teratur adalah penting karena
sputum. pernapasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan, akibat adanya
kelemahan atau paralisis pada otot-
otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat.
Atur posisi fowler dan semifowler. Peninggian kepala tempat tidur
memudahkan pernapasan,

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 18


meningkatkan ekspansi dada, dan
meningkatkan batuk lebih efektif.
Ajarkan cara batuk efektif. Klien berada ada risiko tinggi bila
tidak dapat batuk dengan efektif
untuk membersihkan jalan napas dan
mengalami kesulitan dalam menelan,
sehingga menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan gagal napas
akut.
Lakukan fisioterapi dada: vibrasi Terapi fisik dada membantu
dada. meningkatkan batuk lebih efektif.
Lakukan persiapan lendir di jalan Pengisapan mungkin diperlukan
napas. untuk mempertahankan kepatenan
jalan napas menjadi bersih.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 19


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah inflamasi akut pada selaput otak atau meningens.
Organisme penyebab meningitis bakterial memasuki area secara langsung
sebagai akibat cedera traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan
dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS).

4.2 Saran
Makalah mengenai ‘Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Meningitis’ ini
dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis sadari
dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga penyusun
makalah berikutnya dapat melengkapi dan memberi referensi baru.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 20


DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Herdman, T. 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2012-2014.


Jakarta : EGC

Jeferson, Thomas. 2004. Ventriculoperitoneal Shunt. Thomas Jeferson


University Hospital.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan


Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
(North America Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang : Gramedia


Pustaka Utama.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Edisi 8. Jakarta : EGC.

( ASKEP GADAR Meningistis – Kelompok 4 ) 21

Anda mungkin juga menyukai