Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

REMATIK (rheumatism)

DISUSUN OLEH :
NAMA : MITA AYU UTAMI
NIM : 041 STYC 15
KELAS : A2
SMSTER :V

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas dalam
rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu. Shalawat serta
salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua umat Nabi Muhammad
SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an dan Sunnah,
serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan kepada keluarga beliau, para sahabat-
sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak L. Amri yasir selaku Dosen
Pengampu yang telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga Makalah
“REMATIK (rheumatism)” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 22 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
D. Manfaat ......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dari rematik ..................................................................................... 7
B. Etiologi dari rematik ..................................................................................... 7
C. Tanda dan gejala dari rematik ...................................................................... 9
D. Patofisiologi dari rematik ........................................................................... 10
E. Manifestasi klinis dari rematik ................................................................... 10
F. Komlpikasi dari rematik ............................................................................. 11
G. Pencegahaan dari rematik ........................................................................... 11
H. Penatalaksanaan dari rematik ................................................................ 11-12
BAB III ASKEP
A. Pengkajian.................................................................................................. 13
B. Diagnose .................................................................................................... 17
C. Intervensi ................................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan, yang mengefek
berjutaan orang. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah, osteoartritis,
rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, fibromialgia,
dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit
pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Berdasarkan penelitian oleh Centers for Disease
Control and Prevention, menunjukkan bahwa 33% (69.9 juta) daripada populasi Amerika Serikat
mengeluhkan penyakit artritis atau penyakit sendi (Cush, J.J. dan Lipsky, P.E., 2005).
Penyakit rematik ini merupakan suatu sebab sering terjadinya keterbatasan aktivitas jika
dibandingkan dengan penyakit jantung, kanker atau diabetes. Menurut Eustice (2007),
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (2007),
38% (17 juta) penderita penyakit rematik di Amerika Serikat mengeluhkan keterbatasan fungsi
fisik akibat daripada penyakitnya. Sementara, berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Qing,
Y.Z., (2008) prevalensi nyeri rematik di beberapa negara asean adalah, 26.3% Bangladesh,
18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam. Dari data yang didapati
ini, bisa dikatakan bahwa, negara Indonesia mempunyai prevalensi nyeri rematik yang cukup
tinggi dimana keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas negara akibat dari pada
keterbatasan fungsi fisik penderita yang mengefek kualitas hidupnya.
Keterbatasan fungsi fisik adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat atau mengalami
kesukaran untuk melakukan aktivitas hariannya (AHRQ). Keterbatasan fungsi fisik yang sering
terjadi pada penderita rematik adalah pada hal-hal seperti berjalan 1 atau 2 kilometer, menaik 1
atau 2 tangga, mandi & mengeringkan tubuh dan lain-lain lagi. Pada penderita rematik,
keseimbangan antara istirahat dan olahraga menjadi sangat penting untuk mempertahankan
kondisi fungsi fisik yang optimal. Kondisi fungsi fisik penderita rematik seharusnya dinilai
dengan menghitung skor kuesioner yang diisi oleh pasien sebelum memasuki ruang pemeriksaan
pada setiap kunjungan. Walau bagaimanapun, kebanyakkan ahli rematologi tidak melakukan hal
ini akibat daripada kesibukkan praktek rematologi klinis. (Bruce, B., et al., 2009)Menurut Pincus
dan Tugwell (2007), pengamatan dalam perawatan klinis oleh seorang individu atau satu

4
kelompok kecil dokter dalam permulaan penyakit rematik, dapat menunjukkan disabilitas kerja
dan mortalitas prematur, ketiadaan remisi jangka panjang dan status pasien yang lebih baik.
Laporan dari perawatan klinis standar adalah sangat tinggi oleh data kuantitatif, yang dikumpul
oleh calon dan digunakan untuk analisis kemudiannya untuk memberikan bukti. Maka,
pendekatan paling pragmatis untuk memperkenalkan penilaian kuantitatif dalam perawatan
rematologi standard adalah dengan menyuruh setiap pasien untuk mengisi kuesioner pada setiap
kunjungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Definisi dari rematik?
2. Bagaimanakah etiologi dari rematik?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala dari rematik?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari rematik?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari rematik?
6. Bagaimanakah Komplikasi dari rematik?
7. Bagaimanakah Pencegahan dari rematik?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan dari rematik?
9. Asuhan keperawatan rematik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari rematik
2. Untuk mengetahui etiologi dari rematik
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari rematik
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari rematik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari rematik
6. Untuk mengetahui komplikasi dari rematik
7. Untuk mengetahui pencegahaan dari rematik
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari rematik
9. Asuhan keperawatan rematik

5
D. Manfaat Penelitian
Dengan dibuatkannya makalah “REMATIK (rheumatism)” ini, diharapkan dapat bermanfaat
bagi masyarakat khususnya ruang lingkup keluarga dalam mengetahui dan meningkatkan cara
hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad
Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun
resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 )

B. Etiologi
Penyebab dari Reumatik belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3
bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan
rheumatoid.
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain :

7
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.

8
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Tanda dan Gejala


Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa
nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran
sendi dan krepitasi. Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Sering keringat dingin, sekalipun waktu tidur
3. Kaki terasa sakit
4. Tulang-tulang dan persendian terasa sakit
5. Keluar keringat berbau anyir
6. Jika diraba, tulang terasa sakit
7. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
8. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
9. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

9
10. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
11. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat
febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.Ditandai dengan masa adanya serangan
dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. Manifestasi Klinis
Pola karakteristik dari persendian yang terkena1. Mulai pada persendian kecil ditangan,
pergelangan , dan kaki.2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular3. Awitan biasnya akut,
bilateral, dan simetris.4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi
hari berlangsung selama lebih dari 30 menit5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang

10
umum.
Gambaran Ekstra-artikular1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia2. Fenomena
Raynaud.3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada
jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:1. demam, lemah
tubuh dan pembengkakan sendi.2. nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada
pagi hari.3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.4. Pada sekitar
20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri
dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus
biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.

F. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. Pencegahan
1. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
2. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan tulang
dan otot kita kuat.
3. Makan makanan yang seimbang
4. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita
(Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

11
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri
dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau
total join replacement untuk mengganti sendi.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA Ny ”K” PADA KASUS REMATIK
DI DESA PERENDEKAN, KECAMATAN KURIPAN, KABUPATEN LOMBOK BARAT

Hari/ tanggal : Minggu, 22 Oktober 2017


Tempat : Desa Perendekan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat.
Tingkat/ Semester : III/ V

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny ”K”
Umur : 85 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Perendekan. Kec Kuripan. Kab Lombok Barat.
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Menganyam tikar dari daun pandan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Sakit pada lutut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian klien mengatakan sakit pada lutut sebelah kanan, ±
3 tahun terakhir. sakitnya datang sewaktu-waktu. klien juga mengatakan pusing
sudah 3 hari yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri pada lutut. sebelumnya klien pernah
berobat ke pustu, tetapi klien tidak memahami tentang penyakitnya yang sering
kambuh hal ini terjadi semenjak Klien berusia ± 60 tahun.

13
3. Status Fisiologis
a. Tanda-tanda vital klien :
TD : 140/90 mmHg
N : 75 x/menit
S : 36,1 oC
RR : 21 x/menit
BB : 50 kg
b. Pengkajian Head to Toe
1. Kepala
Insfeksi : Rambut tampak ubanan, dan kelihatan bersih, tidak ada luka.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
2. Mata
Insfeksi : Bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik,
penglihatan kabur, tidak ada peradangan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
3. Hidung
Insfeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung. penciuman masih baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4. Mulut dan Tenggorokan
Insfeksi : Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tidak kering, gigi tidak
bersih, tampak careas gigi
Palpasi : Tidak ada peradangan.
5. Telinga
Insfeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen.
Palpasi : Tidak ada peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakang
telinga, tidak ada benjolan, pendengaran masih bagus.
6. Leher
Insfeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka.
Tampak simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

14
7. Abdomen
Insfeksi : Bentuk simetris, tidak ada oedema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
8. Ekstremitas
Insfeksi : Kekuatan pada otot tangan kanan dan kiri.
9. Integument
Insfeksi : Kebersihan cukup baik, warna kulit sawo matang, lembab.
4. Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia
a. Gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu, melangkah secara hati-
hati dan perlahan. Kadang klien juga merasa kesemutan dan linu pada kaki sebelah
kanannya pada saat hawa dingin.
b. Pengkajian Psikososial
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya kurang baik, klien juga
mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar rumahnya. Komunikasi
dengan tetangga sekitar masih baik, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
5. Pengkajian Status Mental
Klien merasa sedih karena perekonomian yang kurang, namun klien tidak pernah berkecil
hati, klien merasa senang tinggal bersama cucu dan anak-anaknya.
6. Masalah Emosional
Klien mengatakan susah tidur pada saat nyeri yang di rasakan kumat. terkadang Klien
terbangun pada malam hari untuk minum air putih, klien tidak pernah mengkonsumsi
obat tidur mupun obat penenang.
7. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
Pola kebiasaan : klien mengatakan sering mengunyah daun sisrih (mamak). Kadang klien
juga minum kopi.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari terkadang tidak teratur dengan
menghabiskan 2 porsi makanan dengan lauk bawang merah, klien juga mengatakan

15
makan dengan lauk bawang merah saja. klien juga mengatakan rutin minum air setiap
hari.
b. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan kurang tidur pada siang hari, dikarenakan membuat anyaman dari
tikar dari daun pandan.
c. Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK. Klien BAB 1 kali per hari.
d. Pola aktivitas
Klien masih bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Tetapi jika nyeri yang dirasakan
sakit lagi klien selalu beristirahat.

8. Pengkajian Spiritual
Klien beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

9. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman
Rumah klien terdiri dari 1 ruang tempat tidur dan ada teras, dan dapur klien
terpisah dari rumah. Klien juga tinggal dengan anak-anak dan cucunya namun tetapi
berbeda rumah. bentuk rumah petak dengan jenis bangunan atap rumah menggunakan
atap sing berdindingkan tembok, lantai semen. Kebersihan lantai kurang, pencahayaan
kurang karena tidak ada ventilasi dan ukuran rumah yang sempit.
b. Sanitasi
sumber penyediaan air bersih yaitu sumur, Ny “K” mengatakan air yang diminum
air biasa direbus, bekas sampah biasanya dibuang sembarang di area sekitar rumahnya.
c. Fasilitas
Klien mengatakan anak-anaknya bekerja sebagai petani di kebun, tidak terdapat
sarana olah raga, Tidak ada televisi di rumah klien.

16
B. DIAGNOSA
1. Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. 1 DS: Proses menua Nyeri
- Ny K mengatakan ±
sudah 3 tahun terakhir
Perubahan hormonal
merasa kesemutan dan
linu pada kakinya.
- Ny K mengatakan rasa
Permukaan tulang dan sendi
kesemutan dan linu tidak lagi licin
bertambah jika terkena
dingin.
DO:
- Skala nyeri 6 (0-10)
sedang.
- TTV
TD: 140/90 mmHg
N: 75 x/menit
S : 36,1 oC
RR: 21 x/menit
BB: 50 kg
2. 2 DS : Proses menua Kurang
Ny K mengatakan tidak
pengetahuan
mengerti tentang penyakit
rematik, makanan pantangan tentang rematik.
dan cara pengobatan untuk Penurunan daya ingat
rematik.

DO:
Ny T tampak bertanya Kurang terpapar informasi
tentang rematik, makanan
pantangan dan cara
pengobatan rematik
Kurang pengetahuan tentang
rematik

17
3. 3 DS : Nafsu makan menurun Kurangnya
Ny K mengatakan makan Nutrisi
hanya mngguakan lauk Intake nutrisi tidak adekuat
Bawang merah saja.

Nutrisi kurang
DO :
- Klien mengatakan makan dari kebutuhan

dengan lauk Bawang Merah.


- TTV:
TD: 140/90 mmHg
N : 75 x/menit
S : 36,2 oC
RR: 21 x/menit
BB: 50 kg

2. Rumusan Diagnosa
a. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu pada
persendian.
b. Kurang pengetahuan tentang rematik b/d keterbatasan kognitif.
c. Kurangnya nutrisi b/d kebiasaan makan yang buruk.

18
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan Intervensi
No No.Dx Rasional
Kriteris Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. anjurkan klien untuk 1. Panas meningkatkan
mandi air hangat, relaksasi otot dan
kunjungan rumah
kompres sendi- mobilitas,
selama 2x30 menit sendi yang sakit menurunkan rasa
dengan kompres sakit.
diharapkan pasien
hangat. 2. Meningkatkan
dapat mengontrol 2. berikan masase yang relaksasi/
lembut. mengurangi
nyeri pada kaki
3. ajarkan teknik tegangan otot.
kanannya. relaksasi dan 3. Meningkatkan
distraksi. relaksasi,
Kriteria hasil :
4. kolaborasi memberikan rasa
a. Ny K pemberian obat kontrol dan mungkin
sesuai indikasi yang meningkatkan
melaporkan rasa
diberikan. kemampuan koping.
kesemutan dan 4. Memudahkan untuk
ikut serta dalam
ngilu berkurang.
terapi dan
b. Ny K dapat mengurangi
tegangan otot /
beraktifitas
spasme.
tanpa rasa
kesemutan dan
ngilu.
c. Kaji keluhan
yang dirasakan
klien, catat
factor yang
mempercepat
dan tanda-tanda
rasa sakit non
verbal.
2 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Menambah
pengetahuan klien pengetahuan pasien
kunjungan rumah
2. Berikan pendidikan tentang penyakit
selama 2x30 menit kesehatan tentang yang dideritanya.

19
diharapkan pasien cara mencegah dan 2. Mengetahui sejauh
mengatasi rematik mana klien
mengetahui
3. Evaluasi tingkat memahami tentang
informasi tentang pengetahuan klien penyakit yang
4. Memudahkan dalam dideritanya.
Rematik.
menentukan 3. Mengevaluasi
Kriteria hasil : intervensi selajutnya. tingkat pengetahuan
klien tentang
- Klien
penyakitnya.
mengungkapkan 4. Untuk memudahkan
klien terhadap
pengetahuan akan
penyakitnya.
Rematik.
- - Ny D mengatakan
paham mengenai
penyakitnya dan
cara pengobatan
untuk rematik.

3 Setelah di lakukan a. Kaji pola makan klien a. Untuk mengetahui


tindakan tentang nutrisinya. pola makan klien.
keperawatan selama b. Dorong klien untuk b. Untuk mengetahui
2x30 menit mengkonsumsi seberapa banyak klien
diharapkan klien makanan yang mengkonsumsi
mampu memenuhi bergizi. makanan yang
nutrisinya. c. Kaji tingkat nutrisi bergizi.
Kriteria hasil : klien. c. Untuk mengetahui
Ny D mengatakan tingkat nutrisi klien.
akan mudah paham
dengan nutrisinya.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

B. Saran
Makalah mengenai “REMATIK (reumatim)” ini dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan
suatu apapun. Penulis sadari dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Saran penulis semoga dengan
ini perawat dapat meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi oleh keluarga serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.


2. Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.
4. Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC: Jakarta.
5. Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
6. Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai