Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

SEPSIS NEUNATORUM

Oleh:
Marwani, S.Kep
70900121016

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XX

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sum-
sum tulang atau air kemih yang terjadi pada bulan pertama kehidupan (Kosim, 2018).
Sejak adanya konsensus dari American College of Chest Physicians/ Society of Critical
Care Medicine(ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan definisi di bidang infeksi
yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak (Cunningham et al.,
2019).Istilah atau definisi tersebut antara lain (Kosim, 2018):
1. Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
Respons Syndrome - SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit.
2. Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular
dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan
neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi).
3. Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah
mendapatkan cairan adekuat.
4. Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua atau lebih
organ tubuh.
B. Etiologi
Mikroorganisme penyebab sepsis: organisme penyebab sepsis primer berbeda
dengan sepsis nosokomial.Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Group
B(GBS), bakteri usus Gram negatif, terutama Escherisia coli, Listeria
monocytogenes,Stafilokokus,Streptokokus lainnya (termasuk Enterokokus), bakteri
anaerob, dan Haemophilus influenzae. Bakteri penyebab sepsis neonatorum di RSUP
Sanglah Denpasar didominasi oleh bakteri gram negative (68,3%), terbanyak adalah
Sertatia marcescens (23,5%). Bakteri gram positif didapatkan proporsi sebesar 31,7%
terdiri dari Staphylococcus coagulase positive (16,4%), Staphylococcus coagulase
negative (10,2%) dan Strepcococcus viridans (4,6%) (Kardana, 2017)
C. Klasifikasi
Sepsis neonatal biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu Sepsis Neonatorum
Awitan Dini (SNAD) dan Sepsis Neonatorum Awitan Lanjut (SNAL). Pada awitan dini
kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur dibawah 3 hari). Infeksi
terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama 8
persalinan atau kelahiran. Berlainan dengan kelompok awitan dini, penderita awitan
lambat terjadi disebabkan mikroorganisme yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi
setelah hari ke-3 lahir. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi
horizontal dan termasuk didalamnya ada infeksi nosokomial. Selain perbedaan waktu
paparan kuman, kedua bentuk infeksi juga berbeda dalam macam kuman penyebab
infeksi. Selanjutnya baik patogenesis, gambaran klinis ataupun penatalaksanaan penderita
tidak banyak berbeda dan sesuai dengan perjalanan sepsisnya dikenal dengan cascade
sepsis (Kosim, 2014).
D. Patofisiologi
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi
mikroorganisme karena telah terlindungi oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta,
selaput amnion, khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun
demikian kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan yaitu
salah satunya pada ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih
berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk ke dalam rongga
uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui saluran pernafasan ataupun saluran
cerna. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila
ketuban pecah lebih dari 18-24 jam (Kosim, 2018). Sesuai dengan patogenesis, secara
klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan dalam (Kardana, 2017):
1. Sepsis dini : terjadi pada 0-3 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok,
organisme penyebab penyakit didapat dari intra partum, atau melalui saluran genital
ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa
mikroorganisme penyebab, seperti Treponema, Virus, Listeria dan Candida, transmisi
ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme,
dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme
dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara asendens dapat mencapai cairan
amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan
amnion yang telah terinfeksi kemudian teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau 10
mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat
terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit,
nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini
mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak
dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian
tinggi. Insiden syok septik 0,1-0,4% dengan mortalitas 15-45% dan
morbiditaskecacatan saraf.
2. Sepsis lambat : umumnya terjadi setelah bayi berumur 4 hari atau lebih mudah
menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis,
termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar
manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horizontal
memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-
20%namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi,
disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur.

E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta
dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.’
1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan
>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang
dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari
aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat
menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan
bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari
protaglandin dan leukotrien.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari
infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan
organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak
(meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga
menyebabkan ubun ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah
dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan
psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya,
serta nanah yang keluar dari telinga
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak
terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi
dimulai dari infeksi luka umbilikus.
6. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
7. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardia.
8. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry Gejala dari sepsis
neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada
ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah
F. Komplikasi
1. Asidosis metabolik dan jaundice
Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan
produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak
disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat
menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu
banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ
hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati
akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak
mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah
tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan
hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen).
Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu
mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel
darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat
dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi
hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran
darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan
darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.
G. Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan yang dianjurkan oleh Jaypee Brothers Medical
Publishers (2018) dijabarkan lebih luas dan terinci, mereka membagi upaya pencegahan
mejadi dua yaitu sebelum lahir (antepartum dan intrapartum), yaitu menjaga higenitas
tubuh terutama bagian genitoanal, melakukan ANC secara rutin untuk skrining diabetes
gestasional, anemia, atau penyakit lainnya yang menjadi faktor predisposisi infeksi janin,
dan menghindari pemakaian vaginal douche dan KB melalui vagina selama kehamilan
bagi ibu dan melakukan teknik aseptik dalam melakukan prosedur invasif, kontrol
kejadian PPRM, memonitor serta menginvestigasi ibu dengan korioamnionitis dan
berikan antibiotik adekuat, hindari pemeriksaan per vaginum (PV) semaksimal mungkin,
memberikan steroid pada ibu dengan kemungkinan bayi lahir prematur, cuci tangan
dengan sabun paling tidak dua kali, memakai masker, pakaian, dan sarung tangan steril,
menggunakan barang sekali pakai dalam melakukan persalinan bagi tenaga medis.
Kemudian, untuk pencegahan sesudah lahir atau antepartum, yaitu wajib
melakukan “C5” yaitu Clean Surface,Clean Linen,Clean Blade and Clean Cord Tie,
menggunakan kateter suction sekali pakai, segala peralatan unit perawatan neonatus
harus dibersihkan sesuai dengan ketentuan protokol desinfeksi masing-masing alat,
membentuk komite yang bertugas memonitor ruang dan area operasi untuk persalinan,
membersihkan kasur, selimut, dan seprai dengan sabun dan air sebelum digunakan oleh
ibu dan bayi, memastikan ibu, bayi, dan keluarganya memakai pakaian dengan bersih,
menyegerakan inisiasi menyusu dini (IMD) dan menasihati ibu untuk memberi ASI
dengan jumlah yang cukup secara ruti, dan menjelaskan kepada ibu untuk menghindari
pemberian minyak, antibiotik, atau sesuatu pada tali pusar, menggunakan sabun dengan
pH sesuai dan hindari pemakaian sabun antiseptik karena dapat merusak epitel dan
menjadi 13 pencetus pioderma, dan membersihkan daerah kemaluan dan anus bayi
dengan air bersih, dianjurkan memakai air hangat (Jaypee Brothers Medical Publishers,
2018).
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit
meliputi sebagai berikut :
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap
normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau
secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi
terus menjadi buruk. Dextrose(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distress pernapasan
atau sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan
perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya
memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah
diperoleh, dan dapat diberi secara parental.
Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol,
eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. Diberikan
kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2
dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida)dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan
waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain. Apabila gejala
klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan
CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika
minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi: Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi
mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi,
transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

I. Pemeriksaan Penunjang
Penanda sepsis neonatorum dapat berupa:
1. Penanda Hematologi
Penanda hematologi dapat berupa leukositosis atau IT rasio yang meningkat ( >0,2 )3
IT rasio adalah perbandingan antara neutrofil yang belum matang yaitu sel neutrofil
batang terhadap jumlah keseluruhan neutrofil ( jumlah semua neutrofil batang dan
neutrofil segmen ). Blommendahl et al4 melaporkan bahwa IT rasio pada cut of 0,2
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik yaitu berturut turut 73% dan
70% untuk mendiagnosa sepsis pada neonatus yang biakan darahnya positif.

2. Penanda biokomia dalam darah


Banyak penanda biokimia dalam darah yang dapat digunakan sebagai penanda sepsis
yaitu5.
a. Sitokin proinflamasi. Yang termasuk sitokin proinflamasi adalah: interferon δ
(IFN δ), interleukin 1 ß ( IL 1 ß), interleukin-6 (IL 6) dan Tumour necrosis factor-
α (TNF α)
b. Sitokin antiinflamasi. Yang termasuk sitokin antiinflamasi adalah : interleukin-4
(IL4), Interleukin-10 ( IL-10) dan Transforming growth factor-ß (TFG-ß)
c. Chemokin CC. Yang termasuk Chemokin CC adalah : Monocyte Chemottractant
protein-1 ( MCP-1) dan Regulated upon activation T cells (RANTES).
d. Chemokin CXC. Yang termasuk chemokin CXC adalah : Growth related oncogen
–α (GRO-α), interleukin -8 ( IL-8), interferon δ inducible protein-10 ( IP-10 ) dan
Monokine induced by interferon δ ( MIG )
e. Acut phase reactant ( Protein fase akut ) Yang termasuk protein fase akut adalah :
C-Reactive Protein ( CRP ), Inter α inhibitor protein ( IαIp), Lipopolysacharida
binding protein ( LBP), Procalcitonin (PCT) dan Serum amiloid A (SAA)
f. Leucocyte surface antigen. Yang termasuk adalah Cluster of differentiation (CD)
11b, dan CD 64. Dari semua penanda biokimia dalam darah yang dapat digunakan
sebagai penanda sepsis yang paling banyak di teliti adalah CRP, PCT IL-6 dan
SAA.
3. Interleukin-6 ( IL-6)
Interleukin-6 dihasilkan oleh sel T dan Sel B. IL-6 memilki banyak fungsi termasuk
mengatur respons tubuh terhadap infeksi. Paparan tubuh terhadap produk bakteri akan
meningkatkan dengan cepat kadar IL-6 dalam darah dan IL-6 akan menstimulasi
hepatosit untuk mengahasilkan protein fase akut seperti CRP. Sehingga IL-6
merupakan marker yang lebih berguna daripada CRP pada fase awal infeksi dengan
sensitivitas 89% berbanding 60%. Dollner et al2 mendapatkan bila IL-6 ( ≥ 20pg/mL)
digabungkan dengan CRP ( ≥ 10 mg/L) akan memprediksi sepsis neonatorum lebih
baik dengan sensitivitas 85% dan spesifisitas 62%.2

4. C-Reactive Protein ( CRP)


CRP dapat membedakan dengan baik antara neonatus yang terinfeksi dengan yang
tidak. Tapi karena sintesanya membutuhkan rangsangan dari IL-6 maka dibutuhkan
waktu yang cukup lama antara 8-10 jam untuk meningkat dalam darah. Sehingga CRP
tidak bermanfaat sebagai penanda pada fase awal infeksi tetapi sangat bermanfaat pada
fase selanjutnya dari infeksi. Selain itu CRP juga dapat digunakan sebagai penanda
untuk menentukan kapan pengobatan antibiotika dihentikan.

5. Procalcitonin (PCT)
Procalcitonin adalah peptida prohormon dari calcitonin yang disintesa terutama oleh
monosit dan hepatosit. Konsentrasinya dalam darah akan meningkat dalam dalam waktu
2 jam setelah infeksi dan merupakan protein fase akut yang paling banyak di teliti.
Peningkatan kadarnya yang demikian dini membuat PCT menjadi marker infeksi yang
lebih baik daripada CRP pada fase awal infeksi. Tetapi penggunaanya pada EOS agak
terhambat karena PCT secara fisiologis akan meningkat pada 2 hari pertama kehidupan
neonatus. Disamping itu, kadar PCT juga meningkat pada keadaan bukan infeksi seperti
perdarahan intrakranial, asfiksia perinatal dan preeklamsia ibu.Sehingga riwayat
perinatal neonatus sangat penting diketahui untuk bias menginterpretasi peningkatan
PCT dengan tepat. Enguix et al6 mendapatkan PCT (> 6,1 ng/mL) lebih baik daripada
SAA ( >41,3 mg/L) dan CRP ( >23,0) dalam mendeteksi sepsis pada neonates dan anak.
Turner et al7mendapatkan PCT sebagai prediktor yang lebih baik dari CRP dalam
mendeteksi sepsis nosokomial pada bayi bayi prematur. Fendler dan Piotrowski8 juga
mendapatkan PCT sebagai pemeriksaan laboratorium yang sangat berguna untuk
mendeteksi sepsis nosokomial pada neonatus premature

6. Serum Amyloid A (SAA)


Serum amyloid A ( SAA) merupakan protein fase akut yang dapat menjadi penanda
sepsis yang cukup menjanjikan. Serum amyloid A disintesis di hepatosit, sel otot polos,
sel endotel dan monosit. Serum amyloid A akan dilepas kedalam peredaran darah bila
ada trauma dan infeksi. Kadar SAA dalam darah akan meningkat sesuai dengan
pertambahan umur sehingga interpretasi kadar SAA harus disesuaikan dengan umur
pasien. Arnon et al9 mendapatkan SAA lebih baik dari CRP untuk mendeteksi sepsis
awitan awal (EOS) pada neonatus cukup bulan.
PENYIMPANGAN KDM Kecelakaan Lalu Lintas

Cedera otak Primer Cedera Kepala Pendarahan pada Epidural

Kerusakan Saraf Otak


Kerusakan Sel Otak
Penurunan Kesadaran Immobilitas
Meningkat
Pendarahan

Menigkatkan Tahanan Gangguan Sistem Defisit Perawatan Diri


Simpatik dan Vaskuler Saraf Vagus
Penigkatan TIK Nyeri Akut Sistemik
Ketidakmampuan Menelan
Gangguan Sirkulasi ke Penurunan tekanan
Otak Pembuluh Darah Pulmonal
Resiko Defisit Nutrisi
Peningkatan
Perfusi Serebral tidak Tekanan Hidrosatik
Efektif

Kebocoran cairan
Kapiler

Peningkatan
Tekanan Hidrosatik

Penumpukan Cairan Sekret Bersihan Jalan Napas tidak


Efektif
BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Identitas
Identitas meliputi biodata pasien, seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medik, diagnosa medis, tgl masuk rumah sakit
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat penyakit sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
b. Riwayat prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
c. Riwayata persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
2) Vital sign
3) Antropometri
b. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, tanda ponset
1) Mata
Apakah ada katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, kongjungtiva
perdarahandan anemis
2) System gastrointestinal
Apakah palatum keras danlunak, apakah bayi menolak untuk susui, muntah, distensi
abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali
3) System pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi nafas
4) Tali pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah
5) System genitoirinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
6) Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur ,
normal/abnormal.
7) Musculoskeletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
8) Kulit
Apakah ada pustule, abrasi,ruam dan ptekie
4. Pemeriksaan spesifik
a. Apgar score
b. Frekuensi kardiovaskuler, apakah ada takikardi, bradkard, normal
c. System neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menjejak: baik, buruk
f. Koordinasi reflek menghisaodan menelan
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Frnil krtonuria
7. Hematocrit
8. Bilirubin
9. Kadar gula darah serum
10. Protein aktifC
11. Imunoglobin IgM
12. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilicus, telinga. Pus dari lesi,
peces dan urine
13. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepid an jumlah
leukosit.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
Definisi: ispirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat 
Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Pernapasan cuping hidung
Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
Vetilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah

Faktor yang Berhubungan


a. Depresi pusat pernafasan
b. Hambatan upaya nafas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas dinding dada
e. Penururnan energy
f. Obesitas
g. Efek gen farmakologis
2. Resiko deficit nutrisi
Definisi: berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolism
Faktor resiko:
a. Ketidak mampuan menelan makanan
b. Ketidak mampuan mencerna makanan
c. Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Factor ekonimi (mis, finansial tidak mencukupi)
f. Factor psikologis ( mis, stress, keenggangan untuk makan)

Kondisi Klinis Terkait:


a. stroke
b. Infeksi
c. Parkonson
d. Cerebral palsy
e. Cleft lip
f. Cleft palate
g. Kanker
h. AIDS
i. Fibrosis kistik

3. Resiko Infeksi
Definisi: berisiko mengalami peningkatan terserang orgasme patologenik
Factor resiko:
a. Penyakit kronis (mis diabetes militus)
b. Efek prosedur infasif
c. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
d. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
1). Gangguan peristaltic
2). Kerusakan integritas kulit
3). Perubahan sekresi pH
4). Penurunan kerja siliaris
5) ketuban pecah lama
6) ketuban pecah sebelum waktunya
7) statis cairan tubuh
e. ketidakadekuatn pertahanan tubuh sekunder:
1). Penurunan hemoglobin
2). Leukopenia
3). Supresi respond inflamasi
4). Vaksinasi tidak adekuat
Faktor Yang Berhubungan
a. AIDS
b. Luka bakar
c. Penyakit paru obstruktif kronis
d. Diabetes mellitus
e. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
f. Leukositopenia
g. Gangguan fungsi hati
4. Hypervolemia
Definisi: peningkatan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraseluler

Gejala dan Tanda Mayor


5. Subjektif Objektif
Ortopnea Edema anasarka dn/atau edema perifer
Dyspnea Beratbadan meningkat dalam waktu
Paroxysmal nocturnal dyspnea singkat
(PND) Reflex hepatojugular positif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Distensi vena jugularis
Terdengar suara nafas tambahan
Hepatomegaly
Kadar Hb/Ht turun
Oliguria
Intake lebih banyak dari output
Kongesti paru
Perfusi perifer tidak efektif
Definisi: penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolism
tubuh.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Pengisian kapiler >3 detik
Nadi perifer menurun
Akral teraba dingin
Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Parastesia Edema
Nyeri ekstermitas Penyumbuhan luka lambat
Indeks ankie-brachial <0.90
Bruit femoral
Faktor Risiko:
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi Hemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
e. Kurang aktivitas fisik
Kondisi Klinis Terkait:
a.Tromboflebitis
b.Diabetes militus
c.Anemia
d.Gagal jantung kongestif
e.Thrombosis arteri
f. Varises
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan pola
nafas membaik dengan Kriteria Hasil: penggunaan otot bantu napas meningkat,
frekuensi nafasmembaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pemantauan respirasi Manajemen Jalan Napas
Observasi: Observasi
a. Monitor pola napas a. Mengetahui pola nafas klien
b. Monitor bunyi napas tambahan b. Mengetahui bunyi nafas
(mis:gurgling, mengi, tambahan klien
wheezing, ronghi) c. Mengetahui jumlah dan warna
c. Monitor sputum sputum klien
(jumlah,warna,aroma) Terapeutik
d. Monitor adanya a. Mengetahui hasil yang telah
sumbatan jalan nafas dilakukan
e. Monitor saturasi Edukasi
oksigen Agar semua tenaga kesehatan yang
Terapeutik dinas saat itu mengetahui hasil
a. Dokumentasi hasil pemantauan
pemantauan
Edukasi
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2. Resiko deficit nutrisi
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …X24 jam maka, berat
badan meningkat. Dengan Kriteria Hasil berat badan membaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Observasi Observasi
Identifikasi alergi dan intoleransi Agar mengetahui adanya alergi pada klien
makanan dan mengetahui makanan pantangan pada
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis klien
nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang Agar mengetahui kebutuhan kalori dan jenis
nasogatrik nutrient yang diperlukan
Monitor asupan makanan
Agar pemenuhan nutrisi bisa terpenuhi
Untuk mengetahui asupan makanan
dihabiskan atau tidak

Terapeutik
Hentikan pemberian makan melalui Untuk malatih pemenuhan nutrisi lewat oral
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi Agar klien tidak tersedak saat makan
Anjurkan posisi duduk jika mampu
Ajarkan diet yang di programkan Agar klien mengetahui diet yang disarankan

Kolaborasi Untuk memenuhi kebutuhan kalori pada klien


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
3. Hipervolemia
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan
volume cairan membaik dengan Kriteria Hasil: kelembaban membrane mukosa
meningkat
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Hipervolemia Manajemen Hipervolemia
Observasi Observasi
Identifikasi penyebab hipovolemia Mengetahui penyebab terjadinya
Monitor intake dan output cairan hypovolemia
Untuk mengetahui jumlah cairan yang
masuk dan keluar

Terapeutik Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada Untuk mengetahui berat badan
waktu yang sama
Edukasi Edukasi
Anjurkan melapor jika BB bertambah Agar perawat dan dokter tau peningkatan
>1 kg dalam sehari berat badan klien
Ajarkan cara membatasi cairan Agar cairan yang masuk terkontrol
4. Resiko Infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada selama …x24 jam, diharapkan resiko
infeksi tidak ada dengan kriteria hasil: tidak bernanah, tumbuh jaringan granulasi, warna luka
merah mudah.

Intervensi Keperawatan Rasional


Pencegahan Infeksi
Observasi Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Untuk mengetahui tanda dan gejala
local dan sistemik infesi

Terapeutik Terapeutik
a. Berikan perawatan kulit pada a. Untuk menjaga kebersihan kuliat sekitar
daerah edema b. Untuk menghindari infeksi silang
b. Cuci tangan sebelum dan c. Untuk mencegah terjadinya infeksi
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi Edukasi:
a. jelaskan tanda dan gejala infeksi a. Agar klien mengetahui tanda dan gejala
b. ajarkan cara mencuci tangan yang infeksi
benar b. Agar klien mengetahu cara mencuci
tangan yang benar

5. Perfusi Serebral Tidak Efektif


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan selama … x 24 jam,
diharapkan perfusi serebral meningkat dengan Kriiteria Hasil: Tingkat Kesadaran cukup
meningkat, Tekanan intrakranial cukup menurun, Tekanan darah sistolik dan diastolic
cukup membaik, Tekanan nadi cukup membaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pemantauan Neurologis Pemantauan Neurologis
Observasi Observasi
a. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan a. Untuk mengetahui reaksi pupil
dan reaktifitas pupil b. Untuk mengetahui tingkat kesadaran
b. Monitor tingkat kesadaran c. Untuk mengetahui kondisi vital pasien
c. Monitor tanda-tanda vital d. Untuk mengetahui status pernapasan
d. Monitor status pernapasan pasien
e. Monitor balutan kraniatomi dan e. Untuk mengetahui kondisi balutan
laminektomi terhadap adanya drainase f. Untuk menilai respon pasien terhadap
f. Monitor respon pengobatan pengobatan yang di berikan
Terapeutik Terapeutik
a. Tingkatkanfrekuensi pemantauan a. Untuk lebih mengetahui secara
neurologis, jika perlu signifikan kondisi neurologis pasien
b. Hindari aktivitas yang dapat b. Untuk menghindari hal yang berisiko
meningkatkan tekanan intracranial c. Agar pemantauan sesuai
c. Atur interval waktu pemantauan kondisi pasien
sesuai dengan kondisi pasien d. Untuk mengetahui keadaan
d. Dokumentasi hasil pemantauan pasien
Edukasi Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur a. Agar pasien mengetahui tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan b. Agar pasien mengetahui
kondisinya

BAB III
KAJIAN INTEGRESI KEILMUAN
Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk memaslahatan umat manusia.
Manusia berhak untuk memanfaatkan kekayaan alama semaksimal mungkina dalam rangka
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur;an surah Al-Baqarah
ayat 29 :

‫س َم ۤا ِء‬
َّ ‫ست ٰ َٓوى اِلَى ال‬ ْ ‫ض َج ِم ْي ًعا ثُ َّم ا‬
ِ ‫ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َ ْر‬
َ َ‫ي َخل‬ ْ ‫هُ َو الَّ ِذ‬
ْ ‫ت ۗ َو ُه َو بِ ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ٍ ‫سمٰ ٰو‬َ ‫س ْب َع‬ َ َّ‫س ٰ ّوى ُهن‬َ َ‫ࣖ ف‬
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak
(Menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala
sesuatu )Qs Al-Baqarah:29)
Ayat diatas menjelaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang sangat kompleks ini
diciptakan allah SWT untuk manusia. Mahluk ciptaan-Nya tersebut terdiri dari berbagai macam
jenis tumbuhnan, hewan, maupun migroorganisme. Allah telah menyatakan dalam surah Al-
baqarah ayat 26:

‫ضةً فَ َما فَ ْوقَهَا ۗ فَا َ َّما‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫ب َمثَاًل َّما بَع ُْو‬ َ ‫ا َِّن َ اَل يَ ْستَحْ ٖ ٓي اَ ْن يَّضْ ِر‬
ُّ ‫الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا فَيَ ْعلَ ُم ْو َن اَنَّهُ ْال َح‬
‫ق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۚ َواَ َّما الَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا‬
‫هّٰللا‬
ۗ ‫ُضلُّ ِب ٖه َكثِ ْيرًا َّويَ ْه ِديْ بِ ٖه َكثِ ْيرًا‬ ِ ‫فَيَقُ ْولُ ْو َن َما َذٓا اَ َرا َد ُ بِ ٰه َذا َمثَاًل ۘ ي‬
‫ُضلُّ بِ ٖ ٓه اِاَّل ْال ٰف ِسقِي ۙ َْن‬
ِ ‫َو َما ي‬

“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang
lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari
Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?”
Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak
(pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.
Lafadz famaa fauqohaa (“atau yang lebih rendah dari itu) pada ayat diatas dimaksudnya
yaitu sesuatu yang lebih rendah dari nyamakuk dalam hal maka dan fisik mengingat nyamuk
adalah mahluk kecil yang tidak berarti.
Adapun ukuran hewan yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain yaitu bakteri.
Bakteri dalaha prganisme uniseluller dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik (mikroskopi). Bakteri merupakan organisme paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan mahlukhidup lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kardana. (2017) Pola Kuman dan Sensitivitas Antibiotik di Ruang Prenatologi, Sari Pediatri,
Vol.12, No.16.
M.Sholeh Kosim, dkk. (2018). Buku ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
2. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
2. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai