Anda di halaman 1dari 13

ASKEB GADAR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SOAP KASUS

KOMPLIKASI BBL DENGAN SEPSIS

Dosen Pembimbing :

Tria Wahyuningrum,.S.SiT ,.M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Nur Hidayah Jahro (201802009)

Tulas Agustina Rahayu (201802009)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Tahun 2020/2021

Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto (0321) 390203


A. DEFINISI
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke dalam darah (Donna L. Wong 2003).
Sepsis neonatorum atau septikemia normal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada
aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis
adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan (Mary E. Muscari, 2005).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja
(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (esxtrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes,
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang
ditemui (John, 3009).
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infesksi yang diketahui (ditentukan dengan
biakan posituf terhadap organisme dari tempat tersebut). SIRS (Systemic Inflamatory
Respone Syndrome) adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Suhu >38 atau <36
2. Denyut jantung >90×/menit
3. Respiratori <20/menit atau PaCO2 <32mmHg
4. Leukosut >12.000/mm3, atau >10% sel imatur

Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan
hipoperfusi, atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi (tetapi tidak terbatas).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1
dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2006).

B. ETIOLOGI
Menurut guntur (2007) penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai
macam kuman sperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu
disebabkan oleh bakteri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan
reaiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :
1. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan
2. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam lebih sebelum
melahirkan)
3. Proses kelahiran yang lama dan sulit
4. Selang infus yang jarang diberaihkan
5. Infekai pada umbilicus

Bakteri seperti Escherichia coli, Listeriamonocytogenes, Neisseriameningitidis,


Sterptococcuspneumoniae, Haemophilusinfluenza tipe B, Salmonella, Streptococcus
B Merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai
dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada
neonatus. Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi
melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis


pada neonaus, antara lain :

a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan )
e. Ketuban pecah terlaku cepat saat melahirkan, 18 jam atau lebih sebelum
melahirkan
f. Proses melagirkan yang lama dan sulit
g. Streptococcus grup B

Dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for
Diseases Control and Prvention (CDC) Amerika, paling tidak terdaoat bakteri pada
vagina atau rectum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat
mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan
intensif rntan terhadap sepsis karena system imun mereka yang belum berkembang
dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasive seperti infus jangka
panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit
dapat masuk kedalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti
yang telah disebut diatas.

 Manifestasi Klinis
Menurut Arief,2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut :
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksi, muntah, diare,
hepatomegaly
3. Saluran nafas : apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,
merintih, sianosis
4. System kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, brakikardi
5. Hematologi : icterus, splenomegaly, pucat, petekie, purpura,
perdarahan

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya
turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa :

 Bayi tampak lesu, menangis lemah


 Tidak kuat menghisap
 Nadi >180x/menit atau <100x/menit
 RR >60x/menit
 Letargi
 Intoleransi glukosa : hiperglikemia glukosa >10 mmol/L
 Tes CRT > 3 detik
 Suhu tidak stabil (<360C atau > 37,50C)
 Jaundice (kuning)
 Muntah
 Diare
 Perut kembung

Adapun gejala tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya.

 Omfalitis : keluarnya nanah dari pusar / darah dari pusar


 Meningitis : koma, kejang, opistotonus, penonjolan pada ubun-
ubun
 Osteomyelitis : terbatasnya pergerakan
 Persendian : pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan, dan
sendi yang terkena terasa hangat
 Peritonitis : pembengkakan perut dan diare berdarah
 Klasifikasi
Sepsis di klasifikasikan menjadi dua bagian :
1. Sepsis dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakterisktik : sumber organisme
pada saluran geital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminant
dengan angka mortalitas tinggi
2. Sepsis lanjutan/nosocomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir. Karakteristik : didapat dari kontak langsung
atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan
tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi (Hasan, 2007).
C. PATOFISIOLOGI
Sepsis neonatorum bisa disebabkan oleh :
1) Ibu menderita infekis sehingga melalui sirkulasi utero plasenta infeksi ibu
ditularkan ke janin sedangkan janin sendiri kurang mempunyai kekebalan
yang sempurna sehingga infeksi yang masuk ke janin tidak bisa dinetralisir
sehingga janin pun ikut terinfeksi penyakit ibu. Infeksi tersebut jika sudah
lama akan masuk ke dalam sirkulasi darah janin sehingga menjadi sepsis
neonatorum
2) KPD, pada ketuban pecah dini, selaput ketuban robek/pecah sebelum
waktunya, sehingga tidak ada barrier antara dunia dalam rahim dan luar rahim
sehingga memudahkan kuman-kuman masuk ke dalam rahim dan menginfeksi
janin. Jika tidak dilakukan terminasi dalam waktu <18 jam, infeksi akan
masuk sirkulasi darah janin, sehingga bisa menyebabkan sepsis neonatorum.
Selain itu ketubn pecah dini dapat menyebabkan partus prematus; pada partus
premature organ-organ tubuh bayi belum matang selain itu transfer imunibu ke
janin yang belum sempurna menyebabkan daya tahan tubuh berkurang
sehingga mudah terinfeksi kuman dari lingkungan luar, karena system organ
belum matang sehingga tubuh tidak bisa menetralisisr sehingga infeksi akan
masuk ke sirkulasi darah janin sehingga terjadilah sepsis neonatorum.
3) Toucher lebih 8x karena setiap kali toucher jika teknik PI kurang akan
menyebabkan kuman masuk melalui tangan kita sehingga menyebabkan
chorioamnionitis, padahal kita tahu janin minum cairan amnion. Jadi cairan
amnion yang terinfeksi akan diminum juga oleh janin, sehingga menimbulkan
infeksi dalam tubuh janin, infeksi yang tidak diobati akan masuk ke sirkulasi
darah janin sehingga menyebar ke seluruh tubuh janin dan menjadi sepsis
neonatorum.
4) Persalinan lama resiko tinggi perdarahan jika ibu kehilangan banyak darah,
ibu akan syok, daya tahan ibu akan turun sehingga memudahkan kuman
masuk dari vagina menuju rahim dan menginfeksi janin dan jika tidak dapat
dinetralisir oleh tubuh janin semua infeksi tersebut akan masuk ke sirkulasi
darah janin dan menyebabkan sepsis neonatorium, selain itu partus lama akan
menyebabkan bayi hipotermi, pada bayi hipotermi metabolism untuk
mengimbangi suhu tubuh sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat, jika
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi akan menyebabkan metabolism anaerob
yang mana jika terkena infeksi akan cepat menyebar dan masuk ke sirkulasi
darah karena umumnya bakteri hidup anaerob sehingga cepat terjadi sepsis.
D. PENATALAKSANAAN KEBIDANAN
1. Resiko shock septik
a. Tempat bayi di tempat isolasi
b. Batasi penggunaan alat atau prosedur isolasi
c. Cuci tangan sebelum atau sesudah melakukan tindakan
d. Lakukan perawatan pada sumber infeksi
e. Observasi tanda vital tiap jam dan bila perlu
f. Bila bayi hipotermia tempatkan dalam incubator atau penyinaran dengan
lampu atau selimut hangat
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemeriksaan labolatorium dan
antibiotika
2. Gangguan pernapasan atau sesak
a. Pertahankan jalan napas, tempatkan posisi kepala lebih tinggi
b. Lakukan penghisapan lendir bila diperlukan
c. Monitor ke dalam pernapasan, bunyi napas, dan sinosis
d. Kolaborasi pemberian oksigen
3. Kekurangan cairan
a. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan per IV atau oral atau NGT
b. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan
c. Anjurkan ibu supaya tetap memberikan ASI
d. Kolaborasi untuk pemeriksaan labolatorium
E. PENATALAKSANAAN KLINIS
Penanganan pada sepsis neonatorum :
1. Pada pasien dengan sepsis diberikan kombinasi antibiotic golongan Ampisilin
dosisi 200 mg/kg BB/ 24 jam IV (dibagi 2 dosis untuk nenonatus umur < 7
hari, untuk nenonatus > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amnio
glioksida) dosis ½ mg/kg BB/per hari IM/IV dibagi 2 dosis (hati-hati
penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan IV
harus diencerkan dalam waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan.
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses atas
indikasi fungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negative maka
antibiotika dibentuk pada hari ke 7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil labolatorium menyongkong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100/mg/kg/hari diberi 2
dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari IV dan
Amikasin dengan dosis 12 mg/kg BB/per hari IV, IM (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannnya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika
minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif diantaranya termoregulasi, terapi oksigen atau ventilasi
mekanik, terapi syok, koreksi mtabolik asidosis, terapi
hipoglikemi/hiperglikemi, tranfusi darah, trombosit, terapi kejang, tranfusi
tukar.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. A UMUR 6 HARI DENGAN SEPSIS
NEONATORUM DI RS NURLAS

Kasus

An. H usia 6 hari lahir spontan di BPM dengan jenis kelamin laki-laki, ibu mengeluh bayinya
malas minum, gelisah sejak 1 hari yang lalu dan muntah sebanyak 3 kali di rumah. Hasil
pemeriksaan didapatkan Suhu 35,20C, RR 62x/menit, Nadi 165x/menit.

Tanggal pengkajian : 15 Maret 2020

Nama pengkaji : Kelompok 5

1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama anak : An.H
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Mojokerto, 9 Maret 2020
Anak ke : 1 (satu)
Nama ibu : Ny. A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Kenanga mojokero
Nama ayah : Tn.B
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jl. Kenanga mojokerto
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu hari yang
lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali di rumah.
c. Alasan kunjungan
Ibu ingin memeriksakan bayinya
d. Riwayat kebidanan
1. Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 9 kali di bidan
 Trimester I : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 2 dan 3
bulan mengatakan merasa mual muntah.
 Trimester II : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4,5 dan 6
bulan tidak ada keluhan
 Trimester III : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 7,8, dan 2
kali pada kehamilan 9 bulan mengatakan sering BAK.
2. Riwayat Natal
Ibu mengatakan bayinya lahir secara spontan ditolong oleh Bidan di
PMB tanggal 9 Maret 2020 jam 16.45 WIB, berat 2800gr, panjang
badan 40 cm.
3. Riwayat Post Natal
Ibu mengatakan menjalani masa nifas secara normal, tetapi pada hari
ke 5 bayinya malas minum, tampak gelisah dan mengalami muntah
sebanyak 3 kali di rumah.
4. Riwayat Alergi
Ibu mengatakan selama ini tidak memiliki riwayat alergi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan berat badan bayi baru lahir 2800gr dan saat ini 3100gr,
panjang badan bayi baru lahir 40 cm dan saat ini 43 cm.
6. Riwayat Imunisasi
Sudah di imunisasi hepatitis B 0,5 ml IM di paha kanan, diberikan satu
jam setelah pemberian vitamin K pada saat bayi baru lahir.
7. Riwayat Status Gizi
Ibu mengatakan bayi hanya diberi ASI eksklusif.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang
menderita penyakit turunan (Hipertensi, diabetes, jantung) dan menular
(Hepatitis, HIV/AIDS).
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum sakit ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI 10-12x/hari
Saat sakit ibu mengatakan bayinya malas minum ASI
2. Eliminasi
Sebelum sakit ibu mengatakan bayinya BAB 2x, warna kuning,
lembek,
BAK 5-6 x/hari.
Selama sakit ibu mengatakan bayinya BAB 4-6x berupa ampas dan
lendir, warna kuning.
BAK ganti pampers 3x dengan kurang lebih 100 cc tiap pempers.
3. Istirahat Tidur
Sebelum sakit ibu mengatakan bayinya selalu tidur dan hanya
terbangun saat mau BAK dan BAB.
Saat sakit ibu mengatakan bayinya sering terbangun dan rewel.
2. Data Objektif
 Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : sedang
TTV :
- Suhu : 35,20C
- RR : 62x/menit
- Nadi : 142x/menit
 Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
o Kepala : simetris, tidak ada chepal hematoma, caput
succedaneum
o Muka : simetris, tidak ada oedem
o Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
o Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan
o Mulut : bibir merah muda, mukosa basah, tidak ada labioskisis
dan labiopalatoskisis
o Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
o Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
o Dada : simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak bisisng
o Perut : normal, bulat, tidak ada benjolan, dan tidak ada
penonjolan disekitar tali pusat
o Tali pusat : tidak berbau, tidak ada perdarahan
o Punggung : tidak ada spina bifida
o Ekstremitas : atas bawah simetris, kedua kaki dan tangan sama
panjang, jari lengkap, kuku merah muda, tidak oedema
o Genetalia : testis sudah turun
o Anus : berlubang
b. Palpasi
o Ubun-ubun : berdenyut
o Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan
bendungan vena jugularis
c. Auskultasi
o Thorax : tidak terdengar wezhing/ronchi
d. Perkusi
o Reflek patella : tidak dilakukan pengkajian
 Pemeriksaan reflek
o Reflek moro : baik, saat bayi dikejutkan oleh suatra atau
gerakan maka kedua tangan serta kakinya merentang atau membuka
dan menutup lagi
o Reflek plantar : baik, saat telapak tangan bayi disentuh dengan
jari telunjuk, tangan bayi menggenggamnya
o Reflek suching : jelek, karena bayi malas minum, saat bayi
diberi putting susu bayi tidak membuka mulutnya dan tidak
menghisap
o Reflek tonic neck : baik, saat kepala bayi diarahkan menoleh kekiri
kepala bayi dapat kembali seperti semula
 Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Analisa
An.H umur 6 hari dengan sepsis neonatorum.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Mandiri
1) Mengobservasi keadaan umum, vital sign bayi setiap 3 jam dan intake output
cairan
Hasil : observasi telah dilakukan keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign
Nadi 148x/menit, suhu 35,20C, RR 62x/menit dan BAB 10 cc, BAK 50 cc
2) Memberitahu ibu untuk mengganti popok setiap BAK/BAB
Hasil : ibu sudah mengganti popok bayi ketika BAK/BAB
3) Memberitahu ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayi sesering mungkin
Hasil : ibu telah memberikan ASI
Penatalaksanaan Kolaborasi
1) Melakukan tindakan sesuai advice dokter :
- Memasang oksigen nasal dengan kecepatan 2L/menit
Hasil : oksigen telah terpasang 2L/menit
- Memasang infuse
Hasil : infus telah terpasang 12 tetes/menit
- Memuasakan bayi sementara dengan OGT terbuka selama 37 jam
Hasil : bayi sudah dipuasakan
- Memberi Transfusi trombosit 150cc
Hasil : transfuse trombosit sudah diberikan
- Melakukan injeksi ampicillin 175mg/12 jam dan gentamisin 20mg/24 jam
secara IV
Hasil : sudah dilakukan
2) Menjaga kehangatan bayi dengan merawatnya dalam incubator dengan suhu
340C
Hasil : kehangatan bayi sudah dijaga dengan dirawat dalam incubator dengan
suhu 340C
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer Arif dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid ke 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG.
Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Syaifuddin, Bariabdul. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai