Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


SEPSIS NEONATORUM

Oleh :
Alfiyan Prima Ginanjar

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui


darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir
tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam
setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep penyakit Sepsis dan asuhan keperawatan KGD pada
kasus sepsis neonatorum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami perihal penyakit sepsis neonatorum
b. Memenuhi tugas mata ajar Keperawatan kegawat daruratan
c. Memahami asuhan keperawatan klien dengan penyakit Sepsis
neonatorum
d. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan kegawat darurat
tersebut dalam praktek keperawatan

C. Manfaat
Pemaparan dan penjelasan materi ini diharapkan dapat memenuhi
keingintahuan para pencari ilmu dan dapat dijadikan salah satu referensi yang
patut diperhitungkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
2. Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia
dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
3. Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri
dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).
4. Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah.
(Dorland, 1998 hal 979).
5. Dari definisi di atas penyusun menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi
bakteri generalisata dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan dengan tanda dan gejala sistemik.

B. Etiologi
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis.
2. Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti dengan
Echerichia coli, malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan
streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus
herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo,
koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
3. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
4. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
5. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
6. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
7. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
8. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasid pada neonatus.
2
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu

3. Infeksi pada uterus atau plasenta

4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)

6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

Faktor Risiko

1. Sepsis Dini

a. Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal

b. Malnutrisi pada ibu

c. Prematuritas, BBLR

2. Sepsis Nosokomial

a. BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun

b. Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang

c. Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten

C. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan
amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan
infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang
ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial,
infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

D. Klasifikasi
1. Sepsis dini : terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
E. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala Umum
a. Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
b. Aktivitas lemah atau tidak ada
c. Tampak sakit
d. Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
2. Sistem Pernafasan
a. Dispenu
b. Takipneu
c. Apneu
d. Tampak tarikan otot pernafasan
e. Merintik
f. Mengorok
g. Pernapasan cuping hidung
h. Sianosis
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipotensi
b. Kulit lembab dan dingin
c. Pucat
d. Takikardi
e. Bradikardi
f. Edema
g. Henti jantung
4. Sistem Pencernaan
a. Distensi abdomen
b. Anoreksia
c. Muntah
d. Diare
e. Menyusu buruk
f. Peningkatan residu lambung setelah menyusu
g. Darah samar pada feces
h. Hepatomegali
5. Sistem Saraf Pusat
a. Refleks moro abnormal
b. Intabilitas
c. Kejang
d. Hiporefleksi
e. Fontanel anterior menonjol
f. Tremor
g. Koma
h. Pernafasan tidak teratur
i. High-pitched cry
6. Hematologi
a. Ikterus
b. Petekie
c. Purpura
d. Prdarahan
e. Splenomegali
f. Pucat
g. Ekimosis

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
2. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
3. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
4. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya infalamasi.

E. Pencegahan dan Pengobatan


1. Pada masa Antenatal : Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan
ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang
diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap
keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat
kesehatan bila diperlukan. Pada masa antenatal. Perawatan antenatal
meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan
terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu
dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.

2. Pada masa Persalinan : Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara


aseptik. Pada saat persalinan perawatan ibu selama persalinan dilakukan
secara aseptik dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila
benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan melakukan rujukkan secepatnya bila diperlukan
dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

3. Pada masa pasca Persalinan : Rawat gabung bila bayi normal, pemberian
ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka
umbilikus secara steril. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir
mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap bersih, setiap bayi
menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril.
Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
aspetik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua personel yang
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit
menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat
mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah mempertahankan


metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E.
Monintja pembreian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak
toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral.
Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan
kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes
resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsus neonatorum.
1. Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
2. Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
3. Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
4. Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
5. Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
6. Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
7. Pertahankan kepatenen jalan napas
8. Observasi tanda-tanda syok septik
9. Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SEPSIS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau
menghisap, lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian
ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya
reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia
atau hipoksia.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena
obstruksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan
dengan hepar atau dengan darah.
3. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Riwayat prenatal Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan
dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan,
persalinan dgntindakan / komplikasi.
b. Riwayat neonatal Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera
setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun
ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita
sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis
pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
4. Riwayat Imunisasi
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kulit kekuningan
2) Sulit bernafas
3) Letargi
4) Kejang
5) Mata berputar
b. Palpasi
1) tonos otot meningkat
2) leher kaku
c. Auskultasi
d. Perkus
6. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang
perlu dikaji adalah :
a. Sosial ekonomi
b. Riwayat perawatan antenatal
c. Ada/tidaknya ketuban pecah dini
d. Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
e. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
f. Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
g. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan
amnionitis)
7. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
a. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
b. Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
c. Regurgitasi
d. Peka rangsang
e. Pucat
f. Hipotoni
g. Hiporefleksi
h. Gerakan putar mata
i. BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
j. Sianosis
k. Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
l. Hipotermi
m. Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
n. Kulit lembab dan dingin
o. Pucat
p. Pengisian kembali kapiler lambar
q. Hipotensi
r. Dehidrasi
s. Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
8. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
a. Bilirubin
b. Kadar gular darah serum
c. Protein aktif C
d. Imunogloblin IgM
e. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus,
telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
f. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi
dan jumlah leukosit.

B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum,
selama dan sesudah kelahiran.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit
atau intoleran terhadap minuman.
3. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi
pada bayi oleh petugas.
5. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan
kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari
infeksi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran
ifneksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita
infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
1) Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
2) Nilai apgar dibawah normal
3) Bayi mengalami tindakan operasi
4) Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
5) Bayi yang megalami prosedur invasif
6) Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah
dini, dan infeksi yang diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea,
ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen,
letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea,
takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni,
hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi
keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai
berat badan, usia dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas
indikasi sepsis.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan


dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan,
menunjukkan kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan


dengan apnea.
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung,
gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia
atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah
untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai
kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan


dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan
kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur
dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya
menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat
bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal,
luka terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier
dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya
dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya
dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan
perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap
sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak
bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat
mengunjungi bayi.

5. Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan


dengan kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan
konsekwensi yang serius dari infeksi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping
saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme
koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi,
penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang
dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk
merawat bayi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai
dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. Faktor-faktor
dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau
ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi
mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah
sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)
Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan
spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari
bahan-bahan tersebut.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan
elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit,
transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang
merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan
program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada
pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan
pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang
cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan
predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

B. Saran
Peningkatan fungsi perawat sebagai promotor kesehatan sangat urgen
disamping kuratif dalam penanganan kejadian sepsis pada anak. Namun bila
kasus ini timbul dalam praktek keperawatan, maka penatalaksanaann yang
bersifat kolaborasi perlu disejajarkan kepentingannya. Bagi ibu sebaiknya
dapat lebih protektif dan berwawasan agar menegetahui bagaiman langkah
awal jika menemui kejadian seperti sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
16
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,2006, Standar Perawatan Pasien, Proses


Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Makalah kelompok “Asuhan Keperawatan Infeksi pada Neonatus Sepsis”.


2008. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Suradi, Rita, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta, Sagung Seto, 2006.

Anda mungkin juga menyukai