Oleh :
Alfiyan Prima Ginanjar
A. Latar Belakang
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam
setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep penyakit Sepsis dan asuhan keperawatan KGD pada
kasus sepsis neonatorum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami perihal penyakit sepsis neonatorum
b. Memenuhi tugas mata ajar Keperawatan kegawat daruratan
c. Memahami asuhan keperawatan klien dengan penyakit Sepsis
neonatorum
d. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan kegawat darurat
tersebut dalam praktek keperawatan
C. Manfaat
Pemaparan dan penjelasan materi ini diharapkan dapat memenuhi
keingintahuan para pencari ilmu dan dapat dijadikan salah satu referensi yang
patut diperhitungkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
2. Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia
dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
3. Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri
dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).
4. Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah.
(Dorland, 1998 hal 979).
5. Dari definisi di atas penyusun menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi
bakteri generalisata dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan dengan tanda dan gejala sistemik.
B. Etiologi
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis.
2. Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti dengan
Echerichia coli, malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan
streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus
herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo,
koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
3. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
4. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
5. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
6. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
7. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
8. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasid pada neonatus.
2
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
Faktor Risiko
1. Sepsis Dini
c. Prematuritas, BBLR
2. Sepsis Nosokomial
C. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan
amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan
infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang
ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial,
infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
D. Klasifikasi
1. Sepsis dini : terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
E. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala Umum
a. Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
b. Aktivitas lemah atau tidak ada
c. Tampak sakit
d. Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
2. Sistem Pernafasan
a. Dispenu
b. Takipneu
c. Apneu
d. Tampak tarikan otot pernafasan
e. Merintik
f. Mengorok
g. Pernapasan cuping hidung
h. Sianosis
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipotensi
b. Kulit lembab dan dingin
c. Pucat
d. Takikardi
e. Bradikardi
f. Edema
g. Henti jantung
4. Sistem Pencernaan
a. Distensi abdomen
b. Anoreksia
c. Muntah
d. Diare
e. Menyusu buruk
f. Peningkatan residu lambung setelah menyusu
g. Darah samar pada feces
h. Hepatomegali
5. Sistem Saraf Pusat
a. Refleks moro abnormal
b. Intabilitas
c. Kejang
d. Hiporefleksi
e. Fontanel anterior menonjol
f. Tremor
g. Koma
h. Pernafasan tidak teratur
i. High-pitched cry
6. Hematologi
a. Ikterus
b. Petekie
c. Purpura
d. Prdarahan
e. Splenomegali
f. Pucat
g. Ekimosis
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
2. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
3. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
4. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya infalamasi.
3. Pada masa pasca Persalinan : Rawat gabung bila bayi normal, pemberian
ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka
umbilikus secara steril. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir
mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap bersih, setiap bayi
menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril.
Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
aspetik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua personel yang
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit
menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat
mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau
menghisap, lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian
ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya
reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia
atau hipoksia.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena
obstruksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan
dengan hepar atau dengan darah.
3. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Riwayat prenatal Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan
dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan,
persalinan dgntindakan / komplikasi.
b. Riwayat neonatal Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera
setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun
ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita
sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis
pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
4. Riwayat Imunisasi
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kulit kekuningan
2) Sulit bernafas
3) Letargi
4) Kejang
5) Mata berputar
b. Palpasi
1) tonos otot meningkat
2) leher kaku
c. Auskultasi
d. Perkus
6. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang
perlu dikaji adalah :
a. Sosial ekonomi
b. Riwayat perawatan antenatal
c. Ada/tidaknya ketuban pecah dini
d. Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
e. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
f. Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
g. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan
amnionitis)
7. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
a. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
b. Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
c. Regurgitasi
d. Peka rangsang
e. Pucat
f. Hipotoni
g. Hiporefleksi
h. Gerakan putar mata
i. BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
j. Sianosis
k. Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
l. Hipotermi
m. Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
n. Kulit lembab dan dingin
o. Pucat
p. Pengisian kembali kapiler lambar
q. Hipotensi
r. Dehidrasi
s. Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
8. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
a. Bilirubin
b. Kadar gular darah serum
c. Protein aktif C
d. Imunogloblin IgM
e. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus,
telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
f. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi
dan jumlah leukosit.
A. Kesimpulan
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai
dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. Faktor-faktor
dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau
ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi
mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah
sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)
Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan
spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari
bahan-bahan tersebut.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan
elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit,
transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang
merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan
program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada
pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan
pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang
cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan
predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.
B. Saran
Peningkatan fungsi perawat sebagai promotor kesehatan sangat urgen
disamping kuratif dalam penanganan kejadian sepsis pada anak. Namun bila
kasus ini timbul dalam praktek keperawatan, maka penatalaksanaann yang
bersifat kolaborasi perlu disejajarkan kepentingannya. Bagi ibu sebaiknya
dapat lebih protektif dan berwawasan agar menegetahui bagaiman langkah
awal jika menemui kejadian seperti sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
16
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Suradi, Rita, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta, Sagung Seto, 2006.