Anda di halaman 1dari 13

1.

Konsep teoritis
A. Pengertian
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-
gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis
neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa
pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Sepsis
neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama bulan pertama
kehidupan. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala
infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan (usia 0
sampai 28 hari).
B. Etiologi
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli,
Listeria monocytogene, Neisseria meningitidis, Streptokokus pneumonia,
Haemophilus influenza tipe b, Salmonella, Strepkokus group B (Putra, 2012). Selain
itu juga disebabkan oleh bakteri Acinetobacter sp. Enterobacter sp.pseudomonas sp.
Serratia sp (Maryunani dan Nurhayati, 2019). Semua infeksi pada neonatus dianggap
oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis. Berbagai macam
patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat
yang mengarah pada sepsis neonatorum.
C. Patofisiologi
1. Selama dalam kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion,
khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion, janin selama dalam
kandungan sebenarnya relatif aman terhadap kontaminasi. Namun, terdapat beberapa
kemungkinan kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melalui aliran
darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
b. Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan faktor antiseptic
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan
berperan dalum infeksi janin.
2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena antara
lain hal-hal berikut ini:
a. Infeksi silang
b. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih/steril
c. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
d. Kurang memperhatikan tindakan aseptic
e. Rawat inap terlalu lama
D. Klasifikasi
1. Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah
lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau
in utero. Karakteristiknya yaitu sumber organisme pada saluran genetalia ibu dan
atau cairan amnion. Jenis kuman yang sering ditemukan adalah streptokokus
group B. Escherichia Coli, Haemophilus Influenzae. Listeria Monocytogenesis,
batang gram negatif (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
2. Sepsis Awitan Lambat (SAL)/ Sepsis Lanjutan Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yangdiperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Karakteristiknya yaitu
didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi sering mengalami komplikasi
(Maryunani dan Nurhayati, 2019).
E. Tanda dan gejala
Tanda-tanda yang muncul bayi yang mengalami sepsis neonatal antara lain
peningkatan suhu tubuh, masalah pernapasan, masalah pencernaan, gula darah
rendah, gerakan tidak aktif, kejang, takikardi atau bradikardi, area perut bengkak,
muntah, joundice (kulit dan mata berwarna kuning) (Adler, 2020). Faktor Risiko
untuk Terjadinya Sepsis antara lain Prematuritas dan berat lahir rendah sebagai akibat
dari fungsi dan anatomi kulit yang masih lemah dan imun yang lemah, Ketuban pecah
dini atau KPD (>18 jam) serta keruh dan berbau, Ibu demam dengan ditandai infeksi
seperti khorioamnionitis, dan infeksi saluran kemih.
F. Pathway

G. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat menyebabkan
terjadinya hidrosefalus dan/ atau leukomalasia periventrikular. Komplikasi acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat dijumpai pada pasien
sepsis neonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti tuli dan toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa
atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai
dengan retardasi mental bahkan sampai menimbulkan kematian (Depkes, 2017).
H. Pemeriksaan Penunjang
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan hematologi
a. Trombosit
b. Leukosit
c. Pemeriksaan kadar D-Dimer
2. Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah
3. Urine
4. Fungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk
mengetahui bayi terkena meningitis
5. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan protein
I. Penatalaksanaan
1. Terapi suportif - jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation).
2. Obati dengan antibiotic dengan prinsip pengobatan berupa mempertahankan
kondisi metabolisme serta memberbaiki kondisi bayi dengan pemberian cairan
melalui intravena serta termasuk pemberian dan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Dosis antibiotik yang dapat diberikan untuk bayi sepsis neonatorum, yaitu:
a. Ampisilin 200 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada bayi
dalam 3 atau 4 kali pemberian.
b. Gentamisin 5mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada bayi
dalam 2 kali pemberian.
c. Kloramfenikol 25 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada bayi
dalam 3 atau 4 kali pemberian.
d. Sefalosporin 100 mg/Kg BB/hari, dengan pembagian pemberian kepada bayi
dalam 2 kali pemberian.
e. Eritromisin 50mg/Kg BB/hari, dibrikan dengan membagi dalam 3 dosis
kepada bayi.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata/identitas
a) Nama: Diisi sesuai nama pasien
b) Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal () hari - 28 hari Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali
menderita sepsis neonatal.
c) Alamat: tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : Klien datang dengan peningkatan suhu tubuh, letargi kejang, tak
mau menghisap, lemah, atau masalah pernapasan
b) Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal atau SC), hilangnya reflek rooting,
kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia yang
dinilai dari APGAR score, jam lahir, serta tingkat kesadaran
c) Riwayat penyakit dahulu Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan
hepar karena obstruksi.
d) Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9°c), riwayat sepsis GBS pada bayi
sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan
e) Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat
transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya persalinan dgntindakan /
komplikasi, rupture selaput ketuban yang lama (>18 jam). persalinan
premature(<37) minggu.
f) Riwayat neonatal: Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihat segera setelah
lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun sangat tergantung
kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas,
sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme,
infeksi pasca natal dan lain-lain.
g) Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit
yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h) Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/ DT atau TT
dan kapan terakhir.
3. Activity daily living
a) Nutrisi: Bayi tidak mau menyusu
b) Eliminasi : BAB 1x/hari
c) Aktifitas latihan: Kekauan otot, lemah, sering menangis
d) Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18-20 jam/hari, saat sakit
berkurang
i) Personal hygiene: Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum, melalui
plasenta dari aliran darah maternal
j) Psikososial: Bayi rewel
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang
Kesadaran : somnolen/apatis
Nadi : Meningkat (>160 x/menit)
Suhu : meningkat (36,5°C-39°C)
Pernafasan meningkat > 50 x/menit (bayi) normal 30-60x/menit)
b) Kepala dan Leher
i. Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan, adanya
caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung.
ii. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe. Terdapat kaku
kuduk pada leher
iii. Rambut: Lurus/keriting, distribusi merata/tidak
iv. Mata : Agak tertutup / tertutup
v. Mulut Mecucu seperti mulut ikan
vi. Hidung Pernafasan cuping hidung, sianosis
c) Dada
Inspeksi Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan, peningkatan RR
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi : Jantung: Dullness, Paru: Sonor
Auskultasi: terdengar suara wheezing
d) Abdomen
Inspeksi: Flat/ datar, terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat (jika infeksi
melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1
vena)
Auskultasi Terdengar bising usus
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
e) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
f) Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema. Apakah terdapat hipospandia, epispadia, testis
BAK pertama kali.
g) Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, Fleksi
pada tangan, ekstensi pada tungkai
h) Pemeriksaan Spefisik
1. Apgar score
2. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
3. Sistem neurologis
4. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
5. Reflek menghisap: kuat, lemah
6. Reflek menjejak: baik, buruk
7. Kooordinasi reflek menghisap dan menelan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d Penngkatan permeabilitas pada kapiler
2. Defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif bd kekurangan volume cairan
4. Pola Napas Tidak Efektif b.d. penurunan energi
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


( SDKI ) ( SLKI ) ( SIKI )
1. Hipovolemia b.d Peningkatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia 1. Untuk mengetahui tanda
permeabilitas kapiler (D.0023) Keperawatan selama 2 X 24 Observasi : dan gejala hipovolemia pada
jam diharapkan status cairan 1. Identifikasi tanda dan gejala klien
DS:
dapat membaik dengan hipovolemia 2. Untuk mengetahui intake
Tidak ada kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output dan output cairan
1. turgor kulit meningkat cairan 3. Untuk memberi asupan
DO:
2. Membran mukosa Teraupetik cairan oral
1. Frekuensi nadi meningkat membaik 3. berikan asupan cairan oral 4. Untuk memperbanyak
2. Nadi teraba lemah 3. suhu tubuh membaik Edukasi asupan cairan oral
3. Tekanan nadi menyempit 4. Intake cairan membaik 4. Anjurkan memperbanyak 5. bentuk penanganan
4. Turgor kulit menurun asupan cairan oral hipovolemia

5. Membran mukosa kering Kolaborasi


5. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis ( nacl, RL )
2. Defisit nutrisi bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi dan 1. Untuk mengetahui status
ketidakmampuan menelan Keperawatan selama 2 X 24 Koseling Laktasi nutrisi pada klien
makanan (D.0019) jam diharapkan status Observasi : 2. Untuk mengetahui masalah
nutrisi dapat membaik 1. Identifikasi status nutrisi yang ibu alami selama proses
DS:
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi permasalahan menyusui
1. Kekuatan Otot menelan yang ibu alami selama proses 3. Untuk Hasil Laboratorium
Tidak ada
meningkat menyusui 4. Untuk mengajarkan Teknik
DO: 2. Membran mukosa 3. Monitor Hasil Laboratorium menyusui yang tepat sesuai
membaik Edukasi kebutuhan ibu.
1. Berat badan menurun
3. berat badan membaik 4. Ajarkan Teknik menyusui
minimal 10% dibawah
yang tepat sesuai kebutuhan
rentang ideal.
ibu.
2. Otot menelan lemah
3. Membran mukosa pucat
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi 1. Untuk mengetahui status
bd kekurangan volume cairan Keperawatan selama 2 X 24 Observasi sirkulasi perifer pada klien
(D.0009) jam diharapkan Perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer 2. Untuk memantau panas,
Perifer dapat meningkat (mis: nadi perifer, edema, kemerahan, nyeri, atau
DS: Tidak ada
dengan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu, bengkak pada ekstremitas
DO: 1. Kekuatan nadi perifer 2. Monitor panas, kemerahan, 3. Untuk mencegah infeksi
meningkat nyeri, atau bengkak pada 4. Agar klien dapat
1. Pengisian kapiler (cappilary
2. Warna kulit pucat ekstremitas melakukan perawatan kulit
refill) >3 detik
menurun Terapeutik yang tepat
2. Nadi perifer menurun atau
3. Pengisian kapiler 3. Lakukan pencegahan infeksi
tidak teraba
membaik Edukasi
3. Akral teraba dingin
4. Akral membaik 4. Anjurkan melakukan
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit membaik perawatan kulit yang tepat
5. Turgor kulit menurun
4. Pola Napas Tidak Efektif b.d. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi 1. Untuk memantau frekuensi,
penurunan energi (D.0005) Keperawatan selama 2 X 24 Observasi irama, kedalaman dan upaya
jam diharapkan pola napas 1. Monitor frekuensi, irama, napas pada klien
DS: Mengeluh sesak (dispnea)
membaik dengan kriteria kedalaman dan upaya napas 2. Untuk memantau pola
DO: hasil : 2. Monitor pola napas napas
1. Dispnea menurun 3.Palpasi kesimetrisan ekspansi 3. Untuk mengetahui
1. Penggunaan otot bantu
2. Penggunaan otot bantu paru kesimetrisan ekspansi paru
pernapasan
napas menurun 4. Auskultasi bunyi napas 4. Untuk mengetahui bunyi
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pemanjangan fase 5. Monitor nilai analisa gas napas
3. Pola napas abnormal (mis.
ekspirasi menurun darah 5. Untuk memantau nilai
takipnea, bradipnea,
4. Frekuensi napas membaik Terapeutik analisa gas darah
hiperventilasi, kussmaul,
5. Kedalaman napas 6. Atur interval pemantauan 6. Untuk mengatur interval
cheyne-stokes)
membaik respirasi sesuai kondisi pasien pemantauan respirasi sesuai
4. Adanya bunyi napas
kondisi pasien
tambahan (mis. wheezing,
rales)
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7665/3/BAB%20II-dikompresi.pdf
https://pediatricfkuns.ac.id/data/ebook/47.MODUL%20SESPIS%20NEONATORUM.pdf
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1038/968
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531478/
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA SEPSIS


NEONATRUM DI RUANGAN NICU (NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT)

RSUD M.YUNUS TAHUN 2023

NAMA : DINDA MEILA PUTRI

NIM : P05120221067

PEMBIMBING PENDIDIKAN

(Ns. Mercy Nafratilofa, Sp.Kep.An)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BEGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA III

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai