Anda di halaman 1dari 83

I.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
a. Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan. Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
b. Sepsi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi
yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E.
2000, hal 871).
c. Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi,
Asrining. 2003, hal 92).
d. Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah. (Dorland, 1998 hal 979).
Dari definisi di atas penyusun menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi bakteri generalisata
dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan dengan tanda dan gejala
sistemik.

2. Etiologi
a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan
sepsis.
b. Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti dengan Echerichia coli,
malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen
lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria,
rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
c. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
d. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
e. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
f. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
g. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
h. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasid pada neonatus.

3. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara
yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara
lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre”
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap
lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi
juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

4. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan Gejala Umum
- Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
- Aktivitas lemah atau tidak ada
- Tampak sakit
- Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
b. Sistem Pernafasan
- Dispenu
- Takipneu
- Apneu
- Tampak tarikan otot pernafasan
- Merintik
- Mengorok
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis
c. Sistem Kardiovaskuler
- Hipotensi
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Takikardi
- Bradikardi
- Edema
- Henti jantung
d. Sistem Pencernaan
- Distensi abdomen
- Anoreksia
- Muntah
- Diare
- Menyusu buruk
- Peningkatan residu lambung setelah menyusu
- Darah samar pada feces
- Hepatomegali
e. Sistem Saraf Pusat
- Refleks moro abnormal
- Intabilitas
- Kejang
- Hiporefleksi
- Fontanel anterior menonjol
- Tremor
- Koma
- Pernafasan tidak teratur
- High-pitched cry
f. Hematologi
- Ikterus
- Petekie
- Purpura
- Prdarahan
- Splenomegali
- Pucat
- Ekimosis

5. Potensial Komplikasi
Meningitis

6. Pencegahan dan Pengobatan


a. Pada masa antenatal. Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan
segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik dalam arti
persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal
mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan melakukan rujukkan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif
harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aspetik. Menghindari perlukaan selaput
lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah
memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-
data yang benar dan baik semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus
sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan
memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pembreian antibiotik hendaknya memenuhi
kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak
toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang
diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau
sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsus neonatorum.
- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
- Pertahankan kepatenen jalan napas
- Observasi tanda-tanda syok septik
- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia

7. Temuan Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium


a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi
organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil
immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
infalamasi.
II. Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Penyakit Infeksius Sepsis
1. Pengkajian
a. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi
- Riwayat perawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis,
taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambar
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces
dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah
kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran
terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh
petugas.
e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan
infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran ifneksi pada bayi
sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
- Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
- Nilai apgar dibawah normal
- Bayi mengalami tindakan operasi
- Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
- Bayi yang megalami prosedur invasif
- Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang
diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks
mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok,
hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat badan, usia
dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis.
Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum
sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan
kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea.


Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis,
ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan
perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga
pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan
infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri
tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita
demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril
setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti
septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan
antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah
merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang
terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi.

Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kesalahan
dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama
perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan
selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

ASKEP BAYI SEPSIS


Label: Perkuliahan
A. Pengertian
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik
simtomatik dan bakteri dalam darah.

B. Etiologi dan Epidemiologi


Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B
(dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-
Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme
yang anaerob.
Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika
janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi
dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai
awitan lambat)
C. Tanda dan gejala
Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :
-Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi),
-Ikterus,
-Kesulitan pernafasan,
-Hepatomegali,
-distensi abdomen,
-Anoreksia,
-Muntah-muntah, dan
-Letargi.
-Jaundice (sakit kuning)
-kejang

D. Diagnosis
Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau
cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

E. Pengobatan
Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan,
pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari
ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan
pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan
terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi
pengobatan antibiotik.

F. Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut berbeda-beda
tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi,
adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

G. Pencegahan
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu
yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas
perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern,
mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan
predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYI


DENGAN SEPSIS

A PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
-Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

-Riwayat penyakit sekarang


Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung
lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot
meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

-Riwayat penyakit dahulu.


Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

-Riwayat penyakit keluarga


Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau
dengan darah.

3. Riwayat Tumbuh Kembang


-Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar
pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil /
persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

-Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian.
Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita
sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus,
hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisik
-Inspeksi
a. Kulit kekuningan
b. Sulit bernafas
c. Letargi
d. Kejang
e. Mata berputar

-Palpasi
a. tonos otot meningkat
b. leher kaku

-Auskultasi

-Perkusi

6.Studi Diagnosis
Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit,
fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

7.Prioritas masalah
1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin yang
ditandai dengan :
• Kulit bayi kekuningan
• Bilirubin total : 4,6
• Bilirubin direct : 0,3
• Bilirubin indirect : 4,3

TUJUAN
Bayi akan terhindar dari kerusakan kulit

INTERVENSI
1.Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.
2.Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin
3.Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

RASIONAL
1.Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih dini.
2.Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit
3.Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

2.Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di
tandai dengan:
• Kulit bayi terlihat kekuningan

Tujuan:
Injuri tidak terjadi

Intervensi:
1.monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar, laporkan bila ada
peningkatan
2.inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan apa yang terjadi

Rasional:
1.mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi
2.mengetahui seberapa besar kadar bilirubin

3.Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang
diberikan pada bayi.

Data Subyektif:
• Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan.
Data Obyektif :
• Orang tua tampak cemas
• Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya.

TUJUAN:
Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-
gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan

INTERVENSI
1.Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus
2.Berikan penjelasan tentang:
Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.
3.Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .
4.Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah
sakit
5.Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan

RASIONAL
1.Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an
kepada keluarga
2.Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima
segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.
3.Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga
4.Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi
kecemasan keluarga.
5.Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus

Daftar Pustaka :

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan
evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


PENDEKATAN UMUM DALAM MEMERIKSA ANAK
Urutan pemeriksaan
Biasanya mengikuti arah dari kepala sampai kaki (sistematik). Ini berfungsi untuk memberiakn pedoman
umum dalam mengkaji setiap daerah tubuh untuk meminimalakn adanya bagian yang terewatkan dalam
pemeriksaan.
Persiapan anak
Berikut pedoman umum melakukan pemeriksaan fisik pediatrik:
• Lakukan pemeriksaan di tempat yang tepat dan aman
• Siapkan pencahayaan dan dekorasi yang baik, suhu ruangan yang hangat dan nyaman
• Sediakan permainan anak, jauhkan benda-benda yang ditakuti anak
• Beri privasi, berikan kesempatan pada anak untuk mengenal lingkunganya
• Observasi prilaku anak (bicara dengan perawat, kontak mata, menerima peralatan, sentuhan fisik,
kesediaan dipariksa)
• Gunakan teknik tertentu jika ada tanda ketidaksiapan pada anak atau menolak bekerjasama
• Kaji alasan prilaku penolakan tersebut
• Libatkan anak dan orangtua
• Gunakan pendekatan yang tepat, nyaman, efektif, lembut dan menenangkan bagi anak, mulai dengan
cara yang nyaman
• Lakukan aktivitas yang dapat ditampilkan sperti permainan pada pemeriksaan ( teknik boneka kertas,
simon says, gambaran tubuh)
• Jika ada beberapa anak, mulailah pemeriksan dari anak yang paling kooperatif
• Libatkan anak ( beri pilihan, izinkan mencoba peralatan, dukungan, dan jelaskan prosedur)
• Periksa anak dalam posisi yang nyaman, lakuakn dengan sistematis dan meyakinkan
• Diskusikan hasilnya dengan keluarga
• Puji anak atas kerjasamanya selama pemeriksaan
Namun, pendekatan yang digunakan bervariasi terhadap anak, sesuai kategori usiaagar didapatkan hasil
pengkajian yang tepat sesuai umur anak.

PEMERIKSAAN FISIK
Pengukuran pertumbuhan(panjang,tinggi,berat badan,ketebalan lipatan kulit,lingkar lengan lingkar
kepala)
Pegukuran pertumbuhan fisik pada anak elemen kunci dalam evaluasi status kesehatan anak.parameter
pertumbuhan fisik meliputi: berat badan ,tinggi badan,ketebalan lipatan kulit,lingkar lengan dan lingkar
kepala.nilai untuk perameter pertumbuhan ini telah digambarkan dalm grafik persentil,dan pegukuran
anak dlam persentil dibandingkan dengan populasi secara umum.Evaluasi pertumbuhan secara
keseluruhan memerl;ukan penilaian dalam interpretasi persentil pertumbuhan.secara umum anak yang
tinggi dan berat badannya dibawah 3 atau diatas persentil 95 harus dipantau denagn tepat.
Anak yang mungkin mengalami masalh dalm pertumbuhan mencangkup:
1. Anak yang persentil berat badan dan tyinggi badan dangant berbeda(mis anak yang persentil 10 dan
berat badan diatas 90,khususnya dengan ketebalan lipatan kulit yang berada di atas rata -rata)
2. Anak yang gagal menunjunkakan laju pertumbuhan,khususnya selama periode pertumbuhan cepat
pada masa bayi dan pada masa remaja.
3. Anak yang menunjukkan peningkatan,kecuali selama pubertas atau penurunan tiba-tiba pada pola
pertumbuhan yang stabil sebelumnya.
Panjang
Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak telentang ()juga dinyatakan
sabagai panjang pada saat berbaring ).sampai anak berusia 24 bulan).dilakukan pengukuran panjang
pada saat berbaring.ekstensikan tubuh bayi secara penuh dengan cara:
1. Pegang kepala bayi pada garis tengahnya
2. Pegang kedua lutut sengan lembut
3. Tekan lutut kebawah sampai kaki betul-betul ekstensi dan rata denagn meja
Agar pengukuran benar-benar akurat pegang alat tulis dengan sudut tegak lurus terhadap meja ketika
menan dai titik safalik:posisikan kaki dengan jari-jari kaki mengarah kelangit-langit ketika menendai titik
tumit.
Tinggi
Istilah tinggi dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak berdiri tegak.tiggi diukur
dengan cara meminta anak,melepas sepatu,berdiri setegak dan detinggi mungkin,dengan kepala pada
garis tengah dan garis pandang sejajar dengan langit-langit atau lantai.pastikan pubggung nanak
menempel pada dinding atau permukaan datar lain,deanan tumit,pantat dan bagian belakang bahu
menyentuh dinding.agarmendapatkan pengukuran yang paling akurat gunakan stadiometer.
Berat Badan
Berat badan diukur dengan timbangn yang sesuai,yang mengukur barat badan yang sesuai,yang
mengukur berat badan sampai nilai yang mendekat dengan 10 gr atau 15 gr atau bayi 100 gr atau
125 gr untuk anak –anak.timbangn berfariasi dalam hal keakuratannya:timbang bati cenderung lebih
akurat dari timbangn orang dewasa dan timbangan baru cenderung lebih akurat dari pada timbangan
lama,khususnya pada timbangn yang lebih berat.ketika diperlukan penimbangna yang benar-benar
tepat,dua perawat harus melakukan penimbangan secara terpisah dan jika terdapat
perbedaan,penimbangn ketiga harus dilakukan.lakukan penimbangn pada ruangan tang hangat dan
sejuk.
Ketebalan Lipatan Kulit Dan Lingkar Lengan
Lingkar lengan adalah pegukuran tidak langsung terhadap masa otot.peangukuran berat badan dan
tinggi badan cenderung tidak dapat membedakan antara jaringan adiposa atau otot.suatu pengukuran
lemak maka pegukuran yang tepat dapat dilakukan dengan pegukuran etebalan lipatan kulit yang sudah
semakin diharapkan sebagi pemeriksaan rutin.pegukuran lingkar lengan mengikuti proseder yang sama
denga pengukuran ketebalan lipatan kulit kecuali pengukuran titik tengah sengan menggunakan sehelai
kertas atau meteran logam.letakkan meteran secara vertikal,sepanjang bagian posterior lengan atas ke
proseseus okromial dan ke prosesus olekranon:setengah dari panjang hasil pengukuran adalah titik
tenghnya.
Lingkar Kepala
Ukur linkar kepala pada anak sampai berusia 36 bulan dan pada anak –anak yang mengalamai masalah
pada ukuran kepalanya.karena bentuk kepala dapat mempengaruhi lokasi lingkaran yang
maksimum,maka perlu melakukan pengukuran lebih dari satu kali pad titik di atas alis mata untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat.gunakan selembar kertas untuk meteran logam karena
meteran yang terbuat dari kain dapat meregang dan memberikan pengukuran yang salah.supaya hasil
pengukuran benar-benar kaurat gunakan alat pengukur dengan skala yang lebih kecil 0,1 cm kerena
grafik persentil hanya berskala 0,5 cm.
Pengukuran Fisiologis
Pegukuran fisiologis,elemen kunci dalam mengevaluasi status fisik fungsi vital,mencangkup
suhu,nadi,pernafasan dan tekana darah.seperti sebagian besar prosedur yang digunakan pada
anak,anak yang lebih besar dan remaja diperlukan hampir sama denan orang dewasa.untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam megukur tanda fital pada bayi,pertama hitung dulu
pernafasanya,selanjutnya hitung denyut nadi dan terakhir ukur suhu.
Suhu
Suhu dapat di ukur pada beberapa tempat di tubuh melalui rute oral,rektal,aksila,kulit atau membran
timpani.suhu normal tubuh adalah 37 C(96 F)melalui rute oral.secara tradisional telah diasumsikan
bahwa suhu rektal lebih tinggi 1 F dan suhu aksila lebih rendah 1 F dibandingkan suhu oral.
Nadi
Nadi yang teraba lebih kuat dapat diukur secara radial pada bayi dan anak yang lebih kecil denyut
apikal.agar keakuratan lebih tinggi ukur frekuensi denyut apikal ketika anak sedang tidur catat perilaku
anak bersamaan dengan frekuensi jantung.
Pernafasan
Hitung frekuensi pernafasan dengan cara seperti pada pasien dewasa.walaupun demikian pada bayi
obserfasi pergerakan abdomen karena pernafasan bayi terutama adalah pernafasan diagfragma.
Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dengan metode yang nonivasif adalah bagian dari penentuan tanda
vital.rutin alat ukur metode pengukuran TD yang paling umum menggunakan auskultasi dan
sfingmomanometer air raksa atau aneroid.

PENGKAJIAN PENAMPILAN UMUM


Merupakan kesan subjektif dan kumulatif penampilan fisik anak, status nutrisi, prilaku, kepribadian,
interaksi dengan orangtua dan perawat, postur tubuh dan perkembangan, serta kemampuan bicara.
• Perhatikan mimic tau ekspresi wajah dan penampilan
• Observasi postur, posisi, dan tipe pergerakan tubuh menandkan adanya kelainan fungsi mtubuh dan
keadaan mental
• Perhatikan hygiene anak ( bau tubuh, rambut, leher, kuku, gigi, kaki dan pakaian)
• Perhatikan gambaran tubuh untuk menandakan nutrisi
• Amati prilaku anak ( aktivitas, stress, sikap, permintaan, interaksi dengan orang lain, respon terhadap
stimulus dan tingkat kesadaran :
1. compos mentis : kesadaran penuh dengan memberikan respon cukup terhadap stimulus yang
diberikan
2. apatis : acuh tak acuh terhadap keadaan skitar
3. somnolen : kesadaran yang lebih rendah, tidak responsive terhadap rangsangan ringan
4. sopor : anak tidak memberikan respon ringan maupun sedang
• perkembangan dikaji dengan observasi dan verifikasi kesan dengan tes skrining
• catat perkiraan kemampuan bicara anak, motorik, derajat koordinasidan area pencapaian terbaru
dalam penampilan umum.
KULIT
• Warna normal pada anak berkulit putih bervariasi dari putih susu dan kemerahan sampai warna
merah. Anak berkulit gelap, atau kulit hitam mewarisi berbagai warna cokelat, merah, kuning, hijau
muda, dan kebiru-biruan.
• Tekstur kulit anak yang masih kecil sangat halus, agak halus, dan tidak berminyak atau lembap.
• Suhu, rasakan setiap bagian tubuh secara simetris dan bandingkan bagian tubuh atas dengan bawah.
Catat adanya perbedaan suhu.
• Turgor jaringan/tingkat elastisitas kulit dengan cara menarik kulit abdomen antara telunjuk dan ibu
jari, menariknya menjadi satu dan lepaskan dengan cepat. Jaringan yang elastic akan kembali normal
dengan cepat. Pada anak dengan turgor kulit yang buruk, kulit akan tetap bertahan ketika ditarik selama
beberapa detik sebelum kembali ke abdomen. Turgor kulit salah satu cara untuk memperkirakan hidrasi
dan nutrisi yang adekuat.
Struktur Asesorius
Inspeksi dapat dilakukan ketika kulit sedang diperiksa atau ketika mengkaji kulit kepala dan ekstremitas.
• Inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, dan elastisitas rambut. rambut pada anak biasanya
berkilau, halus, kuat, dan elastis. Faktor genetik mempengaruhi penampilan rambut, rambut kulit hitam
lebih kasar dan keriting dari rambut kulit putih. Catat adanya titik-titik kebotakan atau penipisan
rambut. hilangnya rambut pada bayi dapat mengindikasikan bahwa bayi tersebut selalu berbaring pada
posisi yang sama.
Inspeksi rambut dan kulit kepala untuk mengetahui kebersihan secara umum. Periksa apakah ada lesi,
kulit bersisik, adanya kutu atau tungau, tanda-tanda trauma seperti ekimosis, massa, atau jaringan
parut.
Pada anak yang mendekati masa puneritas,perhatikan pertumbuhan rambut sekunder. Munculnya
rambut yang terlalu cepat atau lambat menunjukkan adanya disfungsi hormonal ataupun masalah besar
bagi remaja yang matang terlalu dini atau terlambat.
• Inspeksi warna, bentuk, tekstur, dan kualitas kuku. Normalnya kuku berwarna merah muda, konveks,
halu, dan keras tetapi fleksibel (tidak mudah patah), ujungnya biasanya berwarna putih, harus meluas di
atas jari.
• Setipa orang memiliki garis tangan dan kaki yang berbeda polanya atau dermatoglipik. Telapak tangan
normalnya menunjukkan tiga buah lengkungan garis tangan. Pada sindrom Down, dua garis horizontal
distal membentuk satu garis horizontal (garis telapak tangan tunggal /garis transpalmar).

KELENJAR LIMFE
Palpasi kelenjar dengan menggunakan bagian distal jari dan secara lembut namun tegas, tekan dengan
gerakan melingkar sepanjang letak normal kelenjar tersebut. Selama pengkajian kepala dan leher,
angkat kepala anak sediikit ke atas tetapi tanpa meregangkann otot sternokleidomastoideus atau
trapezius. Posisi ini memfasilitasi palpasi nodi submental, submaksila, tonsil, dan servikal.
Palpasi nodi aksila dengan cara lengan relaks pada sisi tubuh tetapi agak abduksi . Kaji nodi inguinal pada
anak dengan posisi telentang. Catat ukuran, mobilitas, suhu, dan nyeri tekan, juga laporan orang tua
tentang adanya perubahan pembesaran kelenjar. Kelenjar yang normal kecil, tidak nyeri, dan hangat.
Kelenjar yang terasa nyeri, membesar, dan dapat digerakkan menandakan adanya infeksi atau inflamasi
ynag dekat dengan lokasi kelenjar.
KEPALA DAN LEHER
• Observasi bentuk dan simetris kepala secara umum. Tanda asimetris biasanya abnormal dan dapat
mengindikasikan penutupan prematur sutura (kraniosinostosis).
• Catat kontrol kepala pada bayi dan postur kepala pada anak yang lebih besar.
• Evaluasi rentang gerak dengan meminta anak yang lebih besar untuk melihat ke setiap arah atau
secara manual lakukan pada anak yang lebih kecil. Keterbatasan rentang gerak mengindikasikan adanya
wryneck atau tortikolis akibat cedera otot sternokleidomastoideus.
• Palpasi tulang tengkorak untuk mengetahui kepatenan tulang sutura, ubun-ubun, fraktur, dan
pembengkakan. Normalnya ubun-ubun belakang menutup pada bulan kedua dan ubun-ubun kecil
menyatu antara usia 12-18 bulan. Catat jika penutupan terlalu cepat atau terlalu lambat.
• Observasi kesimetrisan, pergerakan dan penampilan umum wajah. Minta anak untuk mengeksresikan
wajahnya untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan atau mengetahui derajat paralisis.
• Inspeksi ukuran leher dan palpasi leher untuk mengetahui struktur yang berhubungan. Normalnya,
leher pendek de3ngan lipatan kulit antara kepala dan bahu selam masa bayi.

MATA
Inspeksi struktur ekterna
• Inspeksi penempatan kelopak yang tepat pada mata. Ketika mata terbuka, kelopak mata harus ada
dekat iris. Ketika mata tertutup, kelopak mata harus menutupi kornea dan sklera. Tentukan lengkungan
secara umum dari kelopak mata dengan cara menggambar garis imajiner melalui titik di kantus medial
dan orbit luar mata dan segariskan setiap mata pada garis ini.
• Inspeksi konjungtiva, normalnya konjungtiva terlihat merah muda dan mengkilap. Striasi vertikal yang
berwarna kuning di sepanjang tepinya disebut meibomian/kelenjar sebasea, dekat dengan folikel
rambut.
• Catat adanya air mata yang berlebihan, keluaran, inflamasi pada organ lakrimal.
• konjungtiva bulbar, yang menutupi mata sampai bagian limbus atau taut kornea dan sklera harus
transparan. Sklera harus jernih. Kornea harus jernih dan transparan. Catat kekeruhan karena dapat
menjadi tanda perlukaan atau ulserasi yang dapat mengganggu penglihatan. Periksa kekeruhan dengan
cara mengarahkan sinar dari sudut.
• Bandingkan ukuran, bentuk, dan pergerakan pupil. Kedua pupil harus berbentuk bundar, jernih, dazn
sama. Uji reaksi pupil terhadap cahaya dengan menyinari mata secara cepat dan segera
memindahkancahaya tersebut. Periksa resapon akomodasi dengan meminta anak melihat pada objek
yang terang dan bersinar pada jarak tertentu dan dengan cepat gerakkan objek ke arah wajah. Normal
pemeriksaan pupil, PERRLA, Pupil, Equal (sama), Round (bundar), React to light (reaksi terhadap cahaya),
Accomadation (akomodasi).
• Inspeksi warna, ukuran, bentuk, dan kejernihan iris dan pupil. Amati lensa mata, normalnya lensa mata
tidak dapat terlihat melalui pupil.
Inspeksi strutur interna
• Mempersiapkan anak. Tunjukkan instrumen pada anak, mendemonstrasikan sumber cahaya, dan
bagaimana benda tersebut menyinari mata, dan jelaskan alasan ruangan harus gelap. Untuk bayi dan
anak-anak yang masih kecil yang tidak berespons terhadap penjelasan tersebut, cara terbaik melakukan
distrakksi untuk mendorong anak agar tetap membuka matanya. Inspeksi pembuluh darah, makula, atau
diskus optik.
• Pemeriksaan funduskopi. Fundus segera tampak sebagai refleks merah. Intensitas warna meningkat
pada individu yang memiliki pigmen kulit gelap.
- diskus optikus, normalnya, merah muda kekunig-kuningan, bundar, dan oval vertikal.
- Pembuluh darah, vena berwarna lebih gelap dan empat kali lebih besar dari arteri. Cabang arteri dan
vena saling menyilang satu sama lain.
- Makula, memiliki reseptor penglihatan dengan konsentrasi paling besar, di pusat makula ada fovea
sentralis, suatu titik yang memantulkan cahaya, merupakan area penglihatan yang paling sempurna.
Uji penglihatan
• Kesegarisan okular.
- Uji refleks cahaya, sorotkan cahaya dari oftalmoskop langsung ke arah mata pasien dai jarak sekitar
40,5 cm(16 inci). jika mata oftorik.normal, cahaya akan jatuh secara simetris pada setiap pupil. Jika
cahaya tidak jatuh di pusat salah satu mata, berarti mata tidak segaris.
Lipatan epikantius, lipatan kulit berlebihan yang meluas dari bagian atas hidung ke ujung bagian dalam
alis dan sebagian atau seluruhnya tumpang tindih dengan kantus mata bagian dalam, dapat
menimbulkan kesan ketidaksegarisan palsu (pesudostrabismus).
- Uji tutup mata, salah satu mata ditutup, dan pergerakan mata yyang terbuka diobservasi ketika anak
melihat suatu benda pada jarak dekat (33 cm/13 inci) atau jauh (6 m/20 kaki). Jika mata yang terbuka
tidak bergerak, berarti mata segaris. Jika mata yang terbuka bergerak, terdapat ketidaksegarisan karena
ketika mata yang lebih kuat ditutup sementara, mata yang tidak segaris akan memfokuskan objek
tersebut.
- Uji buka tutup, penutup digerakkan ke depan dan ke belakang dari satu mata ke mata yang lain, dan
pergerakan mata yang tertututp diobservasi segera setelah penututp dipindahkan ketika anak
memfokuskan pada satu titik di depannya. Jika kesegarisan normal, perpindahan penutup dari satu mata
ke mata lain tidak menyebabkan mata bergerak.
- Pada anak yang lebih tua, uji stereoskopi acak titik-E dapat digunakan untuk menguji stereoakuitas
(persepsi kedalaman).
• Uji ketajaman penglihatan pada anak setelah masa bayi
- Snellen Chart, terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yang semakin mengecil, anak berdiri 3 meter
dari Snellen Chart dengan tumit pada garis 3 m. Mata kanan diperiksa terlebih dahulu.
- Uji E terbalik/HOTV, untuk anak yang tidak mampu membaca huruf atau angka
- Sistem skrining penglihatan untuk anak prasekolah, menggunakan E yang sudah dimodifikasi
menyerupai burung dan cerita tentang Blackbird.
• Uji ketajaman penglihatan pada bayi dan anak yang sulit untuk diuji
Pada bayi barru lahir, penglihatan diuji terutama pada pemeriksaan persepsi cahaya dengan
menyorotkan sinar ke arah mata dan mencatat respons seperti kontraksi pupil, berkedip, atau
penolakan.
• Penglihatan perifer
Perkirakan pandangan perifer atau lappang pandang setiap mata dengan meminta anak untuk
memusatkan pandangan pada satu titik tertentu secara langsung di depan mereka sebagai suatu objek,
seperti tangan atau pensil, digerakkan dari luar lapang pandang ke dalalm rentang penglihatan perifer
• Penglihatan warna
Uji Ishihara dan uji Hardy-Rand-Rittler. Setiap uji terdiri dari seri kartu
(pseudoisokromatik) tempat terdapat lapang warna yang berisi titik-titik waerna tertentu yang
membingungkan.
TELINGA
INSPEKSI STRUKTUR EKSTERNA
Keseluruhan daun telinga eksterna disebut pina atau aurikula dan terletak pada kedua kepala. Ukur
kesegarisan tinggi pina dengan cara menggambar garis imajiner dari orbital luar mata ke oksiput, atau
bagian yang paling menonjoil dari tulang tengkorak. Inspeksi permukaan kulit di sekitar telinga untuk
mengetahui adanya lubang kecil, tonjolan tambahan kulit, atau sinus. Kaji juga hygiene telinga. Otoskop
tidak diperlukan untuk melihat saluran telinga eksterna untuk mengetahui adanya serumen. Cegah
perpindahan material yang potensial dapat menginfeksi telinga lain atau anak lain dengan cara mencuci
tangan dan menggunakan speculum sekali pakai.
INSPEKSI STRUKTUR INTERNA
Posisi anak : sebelum memulai pemeriksaan otoskop, posisikan anak dengan tepat dan lakukan restrein
jika diperlukan. Ketika anda memasukkan speculum ke dalam meatus, gerakan speculum di sekitar
telinga bagian luar untuk membiasakan anak merasakan sesuatu yang memasuki telinganya. Untuk
perlindungan dan keamanan, bayi dan toodler harus direstrein untuk pemerikssaan otoskop. Jika anak
kooperatif, periksa telinga dengan anak dalam posisi tidur miring, duduk atau berdiri
Pemerisaan otoskop : ketika anak memasuki speculum ke dalam saluran eksterna, inspeksi didinding
saluran, warna membrane timpani, reflek cahaya dan bentuk tonjolan tulang yang biasa pada telinga
tengah.
UJI PENDENGARAN
Beberapa jenis uji pendengaran telah tersedia. Beberapa uji tersebut, seperti pemeriksaan audiometric,
melibatkan alat khusus yang mengukur derajat hilangnhya pendengaran. Uji lainnya seperti reflek kejut
pada neonates adalah estimasi kasar dari persepsi suara. Perawat harus melakukan pemeriksaan
berdasarkan tingkat kecurigaan yang tinggi untuk anak yang dapat mengalami kehilangan pendengaran.

HIDUNG
INSPEKSI STRUKTUR EKSTERNA
Bandingkan penempatan dan kesegarisannya dengan cara menggambarkan garis vertical imajiner dari
titik pusat di antara mata kebawah samapai pada bagian lengkung di bibir atas. Hidung harus terletak
tepat secara vertika pada garis ini, dengan setiap sisi sama simetris. Catat lokasi hidung , adanya deviasi
pada salh satu sisi dan asimetris pada ukurannya secara keseluruhan dan diameter dari nares. Observasi
alae nasi apakah ada tanda-tanda pernafasan cuping hidung, yang menandakan kesulitan dalam
bernafas.

MULUT DAN TENGGOROKAN


Pada anak yang kooperatif, hamper semua pemeriksaan mulut dan tenggorokan dapat dilakukan tanpa
menggunakan spatel lidah. Minta anak membuka mulutnya lebar-lebar, menggerakan lidah kea rah yang
berbeda untuk visualisasi penuh, dan mengatakan ahh yang dapat menekan lidah untuk melihat secara
penuh bagian belakang mulut. Untuk melihat mukosa mulut minta anak menggunakan jarinya untuk
menggerakan bibir dan pipi bagian luar ke salah satu sisi.
Lakukan pemeriksaan ini pada bagian akhir pemeriksaan fisik atau lakukan pemeriksaan ini selama anak
menangis. Tempatkan spatel lidah disepanjang sisi lidah, bukan pada daerah tengah belakang yang
dapat merangasang reflek muntah. Bibir harus simetris ketika relaks atau tegang. Kaji kesemetrisan pada
saat anak bicara atau menangis.

DADA
Inspeks dada untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesismetrisan, pergerakan, perkembangan payudara,
dan adanya gamabaran tulang pada dada yang dibentuk oleh sternum dan tulang iga.
Rangka iga terdiri dari atas 12 tulang iga dan sternum, atau tulang payudara, yang terletak dibagian
tengah dada. Sternum terdiri atas 3 bagian utama. Manubrium bagian teratas dari sternum dapat
dirasakan pada bagian dasar leher pada takik suprasternal. Segmen yang paling besar pada sternum
adalah korpusternum, yang membentuk sudut sterna (sudut Louis) ketika korpus sternum berartikulasi
dengan manubrium. Pada bagian ujung korpus sternum, terdapat prosesus yang kecil dan dapat
digerakan yang disebut xifoid. Sudut tepi kostae yang menempel pada sternum disebut sudut kostae
dan normalnya sekitar 45 sampai 50 derajat. Struktur tulang ini merupakan kontur penting dalam lokasi
kosta dan ruang interkostal.
Ruang interkostal adalah ruang diantara tulang iga. Ruang-ruang tersebut diberi nomor bedasarkan
tulang iga yang tepat berada diatasnya. Sebagai contoh, ruang yang berada dibawah iga ke dua adalah
ruang interkostal kedua.
Rongga toraks juga diberi kedalam beberapa segmen dengan cara menggambar garis imajiner pada dada
dan punggung.
Ukur ukuran dada dengan cara menempatkan pita pengukur disekeliling rangka dada pada garis putting.
Agar keakuratnya tinggi, lakukan dengan dua pengukuran, yang pertama selama inspirasi dan kedua
selama ekspirasi, dan catat rentang kedua pengukuran tersebut. Ukuran dada sangat penting, terutama
dalam membandingkanya denga lingkar kepala. Selalu laporkan disproporsi nyata karena hal ini
sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan kepala yang abnormal, walaupun bias saja akibat dari
perubahan bentuk dada, seprti barrel chest (bentuk dada bundar) atau pigeon chest ( sternum menonjol
keluar).
Selama masa bayi, bentuk dada hamper sirkuler , dengan diameter anteroposterior (depan kebelakang)
sama dengan diameter transversal, atau lateral (dari sisi ke sisi). Ketika anak tumbuh, dada secara
normal meluas kea rah transversal, yang menyebabkan diameter anteroposterior lebih kecil daripada
diameter lateral.. catat sudut yang dibuat oleh batas iga bagian bawah dan sternum, dan palpasi taut
antara tulang iga dan kartilago kostae (costochondral junction) dan sternum, yang harus benar-benar
terasa halus. Pergerakan dinding dada harus simetris bilateral dan terkoordinasi dengan pernafasan.
Selama inspirasi dada terangkat dan mengembang, diafragma menurun, dan sudut kostae meningkat.
Selam ekspirasi dada turun ukuranya mengecil, disfragma naik dan sudut kostae menyempit.
Ketika menginspeksi permukaan kulit dada, obsevasi posisi putting serta tanda-tand perkembangan
payudara. Secara normal, putting susu terletak sedikit lateral dari garis midclavikula antara kosta
keempat dan kelima. Perhatikan kesismetrisan posisi putting dan bentuk aerola yang berpigmentasi
lebih gelap disekeliling putting yang datar pada anak prapubertas.
Perkembangan payudara pada prapubertas biasanyya dimulai antar usia 10 dan 14 tahun pada anak
perempuan. Catat perkembangan payudara yang terlalu cepat(prekoks) atau terlalu lambat , juga tanda-
tanda perkembangan karakeristik sekual sekunder yang lainya. Pada laki-laki, pembesaran payudara
(ginekomastia) dapat disebabkan oleh jaringan adipose akibat obesitas atau perubahan tubuh
sementara selama masa pubertas awal. Dalam kedua situasi ini, selidiki perasaan anak tentang
pembesaran payudaranya.
Pada remaja perempuan yang telah mencapai kematangan seksual, palpasi payudara apakah ada masa
atau nodula yang keras. Gunakan kesempatan ini untuk mendiskusikan pentingnya pemerikasaan
payudara sendiri secara rutin. Tekankan bahwa sebagiaan besar massa yang dapat dipalpasi adalah jinak
untuk menurunkan ras ketakutan atau kekhawatiran yang terjadi saat teraba massa.

PARU
Paru terletak dalam rongga toraks dengan satu paru pada setiap sisi sternum. Setiap paru terbagi
menjadi satu apeks, yang agak meruncing dan agak tinggi dari iga pertama, basal paru, yang lebar dan
cembung serta menempel pada diafragma yang berbentuk lengkungan setengah lingkaran, dan lobus
paru yang dibagi kedalam lobus-lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus atas, tengah, bawah. Paru kiri
hanya memiliki dua lobus atas dan bawah, karena ruangnya disii oleh jantung.
Inspeksi paru terutama meliputi observasi pergerakan pernafasan, seperti yang dibahas sebelumnya.
Evaluasi kecepatan (jumlah permenit), irama (teratur, tidak teratur atau periodic), kedalaman (dalam
atau dangkal), dan kualitas pernapasan (tanpa usaha, otomatis, sulit atau dengan usaha). Perhatikan
karakter bunyi nafas, seperti suara berisik, suara yang rendah dan kasar, mendengkur atau berat.
Evaluasi pergerakan pernapasan dengan meletakan kedua telapak tangan mendatar pada bagian
punggung atau dada ke dua ibu jari berada pada garis tengah sepanjang pinggir iga bagian bawah paru.
Anak harus duduk selama prosedur ini dan jika kooperatif, anak harus menarik nafas dalam beberapa
kali. Selama pernapasan, tangan anda akan bergerak seiring dinding dada. Kaji jumlah dan kecepatan
selama pernapasan dan perhatikan apakah ada ketidak simetrisan pergerakan.
Pemeriksa yang berpengalaman dapat melakukan perkusi pada paru. Paru anterior diperkusi dari bagian
apeks ke basal paru, biasanya dengan anak pada posisi telentang atau posisi duduk. Setiap sisi dada
diperkusi dengan urutan yang sesuai untuk membandingkan bunyinya. Ketika paru posterior diperkusi,
prosedur dan urutanya sama, walaupun anak harus duduk. Resonansi terdengar pada semua lobus paru
yang tidak berada dekat organ lain. Adanya deviasi suara dicatat dan dilaporkan.
Auskultasi
Auskultasi melibatkan penggunaan stetoskop untuk mengevaluasi suara nafas. Suara napas paling baik
di dengar jika anak menarik napasa dalam. Pada paru, suara napas diklasifikasikan sebagai vesikuler,
bronkovesikuler, atau bronchial.
Tidak ada atau menghilangnya suara napas selalu merupakan temuan abnormal yang memerlukan
penyelidikan. Cairan, udara, atau massa padat pada rongga pleural dapat mengganggu konduksi suara
napas. Hilangnya suara napas pada beberapa segmen paru dapat mewaspadakan perawat tentang area-
area paru yang dapat dilakukan fisioterapi dada. Penigkatan suara napas setelah terapi pulmonal
menandakan peningkatan aliran udara melalui traktus respiratorius.
Berbagai abnormalitas pulmonal menghasilkan suara napas tambahan yang normalnya terdengar pada
dada. Suara ini dapat terjadi selain suara napas normal atau abnormal. Suara napas tambahan
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar yaitu : ronki basah, yang diakibatkan oleh aliran udara
melalui cairan atau bagian yang lembab, dan mengi, yang dihasilkan dari aliran udara melalui jalan napas
yang menyempit, tanpa memerhatikan penyebabnya, seperti eksudat, inflamasi, spasme, atau tumor.
Praktik yang banyak yang didampingi oleh tutor yang berpengalaman diperlukan untuk membedakan
berbagai tipe suara napas. Selalu laporkan jika ada suara abnormal untuk evaluasi medis lebih lanjut.

JANTUNG
Jantung terletak dalam rongga toraks diantara paru dada mediastinum dan diatas diafragma. Sekitar dua
pertiga bagian jantung terletak di dalam sisi kiri rongga dada, dengan satu pertiga bagian pada bagian
kanan melewati sternum. Jantung diposisikan dalam toraks seperti trapezium.
a. Secara vertical sepanjang batas sternum kanan dari iga kedua sampai kelima
b. Secara horizontal (sisi panjang) dari sternum kanan bagian bawah dari iga ke lima pada garis
midklavikula kiri
c. Secara diagonal dari batas sterna kiri pada iga kedua sampai LMCL pada iga kelima
d. Secara horizontal (sisi pendek) dari RSB dan LSB pada ruang intercostals ke dua bagian basal jantung

Inspeksi paling baik dilakukan pada anak yang duduk dalam posisi semi fowler. Perhatikan dinding dada
anterior dari suatu sudut, bandingkan kedua sisi rangka dada satu sama lain.. secara normal, keduanya
harus tampak simetris. Lakukan palpasi untuk menetukan lokasi impuls apical, impuls jantung paling
lateral yang dapat berhubungan dengan apeks. Al ditemukan :
a. Tepat pada bagian lateral pada MCL kiri dan ICS ke empat pada anak berusia ,<7tahun
b. Pada MCL kiri dan ICS ke lima pada anak >7 tahun
Auskultasi
Asal bunyi jantung dihasilkan dari pembukaan dan penutupan katup dan vibrasi darah pada dinding
jantung dan pembuluh darah. Normalnya, dua bunyi S1 dan S2 dapat terdengar, yang secara berurutan
berhubungan denga suara “lub dub” yang sering digunakan untuk menggambarkan bunyi tersebut. S1
disebabkan penutupan katub trikuspidalis dan katup mitral (kadang-kadang disebut katub
antrioventikuler). S2 adalah hasil pentupan katup pulmonal dan katup aorta (kadang-kadang disebut
katup semilunaris). Normalnya pembagian dua suara dalam s2 dapat dibedakan dan diperlebar selam
inspirasi.
Pembagian fisiologis adalah hasil temuan normal yang signifikan.
Membedakan bunyi jantung normal
Secar normal s1 lebih kuat terdengar dibagian apeks jantung pada area mitral dan trikuspidalis, dan s2
lebih kuat terdengar dekat dengan bagian basis jantung pada area pulmonal dan aorta. Dengarkan
setiap bunyi pada setiao inci kea rah bawah pada dada. Area-area berikut ini juga harus diauskultasi
apakah ada bunyi seperti murmur, yang dapat menyebar pada daerah ini : area sternoklavikula di atas
klavikula dan manubrium, area sepanjang batas sternum, area sepanjang garis midaksilaris dan area
dibawah scapula.
Auskultasi jantung anak minimal pada dua posisi, duduk dan setengah duduk. Evaluasi bunyi jantung
terkait dengan kualitas, intensitas, frekuensi dan irama.

PENGKAJIAN PADA ABDOMEN


Pemeriksaan abdomen meliputi inpspeksi, diikuti dengan auskultasi, kemudian palpasi. Lakukan palpasi
terakhir, karena hal tersebut dapt mengganggu bunyi normal abdomen.
Rongga abdomen terbagi atas 4 kuadran dengan cara menggambar garis vertical pada bagian tengah
dari sternum sampai simfisis pubis dan garis horinzotal melalui abdomen ke umbilicus. Setiap daerah
dinamai sebagai berikut:
• Kuadran kiri atas ( Left upper quadrant/LUP)
• Kuadran kiri bawah (Left lower quadran /LLQ)
• Kuadran kanan atas (Right upper quadran (RUP)
• Kuadran kiri bawah ( Right Lower quadran /RLQ)
1. Inpeksi
Inspeksi konter abdomen dengan anak pada posisi tegak dengan telentang. Normalnya, abdomen bayi
dan anak yang masih kecil cukup silindris dan dalam posisi tegak, agak menonjol karena lordosis
fisiologis spinal. Tonjolan pada garis tengah dari xifoid ke umbilicus atau simfisimpubis biasanya
adalahDiastasis Rekti, atau kegagalan muskulus rektus obdominalis untuk bersatu dalam uterus.
2. Auskultasi
Temuan yang paling penting untuk didengarkan adalah peristaltis atau bising usus yang bunyinya seperti
logam pendek beradu dan seperti orang berkumur. Frekuensi bising usus 5 kali/menit. Bising usung
dapat distimulasi dengan cara menggetarkan permukaan abdomen dengan kuku jari tangan.
3. Palpasi
Dua tipe palpasi dilakukan: Supersisial dan dalam. Pada palpasi superficial , dengan lembut tempatkan
tangan pada kulit dan rasakan setiap kuadran, perhatikan adanya area yang terasa nyeri, tonus otot, dan
lesi superficial, seperti kista.
Palpasi dalam digunakan untuk melakukan palpasi organ dan pembeluh darah besar dan mendeteksi
massa serta nyeri tekan yang tidak dapat ditemukan selama palpasi superficial.Palpasi biasanya dimulai
pada kuadran bawah dan terus keatas untuk menghindari tidak terpalpasinya bagian tepi hati, atau lipa
yang membesar.

GENITALIA
1. Genitalia Pria
Catat penampilan eksterna glans dan dan bagian penis, perpisium, meatus uretra, dan skrotum. Penis
umumnya kecil pada bayi dan anak laki-laki sampai masa puberitas, .
Periksa glans penis dan batang penis ( Bagian antara perineum dan prepusium) apakah ada tanda-tanda
pembengkakan, lesi kulit, inflamasi, atau ketidakteraturan lainnya.
Lokasi Meatus uretra diinpeksi secara hati-hati dan apakah ada tanda-tanda keluaran. Normalnya
meatus uretra terletak pada bagian tengah glans penis.
Distribusi rambut juga harus diperhatikan. Normalnya, sebelum puberitas tidak ada rambutr pubis yang
tumbuh.
Lokasi dan ukuran skrotum juga diperhatikan. Skrota menggantung secara bebas dari perineum
dibelakang penis, dan skrotum kiri normalnya tergantung lebih rendah daripada yang kanan.
2. Genitalia Perempuan
Pemeriksaan genitalia perempuan terbatas pada inspeksi dan palpasi struktur eksterna. Jika
pemeriksaan vagina diperlukan, rujukan yan tepat harus dibuat kecuali jika perawat memiliki kualitas
untuk melakukan prosedur tersebut.
• Genitalia eksterna: inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi setengah bersandar pada orang tua
dengan lutut fleksi dan telapak kaki saling bersebelahan
Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis pubis, pada remaja tertutup rambut, distribusi rambut
biasanya adalah triangular
Klitoris: terletak pada ujung anterior labia minora tertutup oleh lipatan kecil kulit (prepusium).
• Labia: palpasi adanya massa
Labia mayora: dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura posterior, permukaan dalam
merah muda dan lembab
 Labia minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya dapat dilihat sampai pubertas,
menonjol apda bayi baru lahir.S
• Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk V dengan meregangkan kearah bawah dari
litoris ke perineum
• Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya tidak dilakukan, inspeksi terhadap lubang
sebelumnya. Terletak apada posterior meatus uretra, dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau
sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.
ANUS
• Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit
• Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal simetris
• Reflek anal: munculkan dengan mengerutkan atau meregangkan area perianal dengan perlahan.
Kontraksi cepat sfingter anal eksterna, tidak ada protusi rekstum.
Pengkajian Punggung dan Ekstremitas
Spina
Kelengkungan umum spina diperhatikan. Normalnya bagian punggung bayi baru lahir adalah bulat atau
berbentuk huruf C dari lengkung toraks dan pelvik. Perkembangan kurvatura servikal dan lumbal
memperkirakan perkembangan dari motorik, seperti kurvatura servikal dengan kontrol kepala, dan
menciptakan bentuk lengkungan S ganda yang khas pada anak yang lebih tua. Skoliosis, kurvatura lateral
spinal, merupakan masalah penting pada masa kanak-kanak, terutama pada anak perempuan.
Walaupun skoliosis dapat diidentifikasi dengan mengobeservasi dan mempalpasi spinal serta
memperhatikan pergeseran kearah samping, uji yang lebih objektif meliputi :
1. dengan anak pada posisi berdiri tegak dan hanya mengenakan pakaian dalam. Observasi dari
belakang, perhatikan ketidaksimtrisan bahu dna pinggul.
2. dengan anak membungkuk kedepan sehingga punggung paralel dengan lantai, observasi dari
samping, perhatikan adanya ketidaksimetrisan atau tonjolan rangka iga.
Berjalan sedikit pincang, bagian bawah lipatan rok/celana panjang miring, atau keluhan sakit punggung
merupakan tanda dan gejala lain dari skoliosis.
Inspeksi bagian punggung, terutama sepanjang spina apakah ada kumpulan rambut, tahi lalat, atau
pemucatan. Mobilitas kolumna vertebralis dapat dengan mudah dikaji pada sebagian besar anak karena
mereka cenderung melakukan gerakan yang konstan selama pemriksaan.
Ekstremitas
Inspeksi kesimetrisan panjang dan ukuran masing-masing ekstremitas; rujuk setiap deviasi untuk
evaluasi ortopedik. Hitung jumlah jari tangan dan kaki untuk memastikan jumlahnya normal. Adanya jari
tambahan (polidaktili) atau fusi jari (sindaktili).
Inspeksi suhu dan warna lengan dan kaki, yang harus sama pada setiap ekstremitas, walaupun kaki
normalnya lebih dingin dari pada tangan. Kaji bentuk tulang. Beberapa variasi bentuk tulang dapat
diobservasi pada anak.
Bowleg/Genu Varum, adalah melengkungnya tibia kearah lateral. Hal ini dapat dilihat ketika anak berdiri
dengan posisi maleoli medial (tonjolan bundar pada kedua sisi pergelangan kaki) berlawanan satu sama
lain dan jarak diantara lutut lebih besar kira-kira 5cm.
Knock–knee atau Genu Valgum, tampak berlawanan dengan bowleg. Pada genu valgum lutut saling
mendekat satu sama lain tapi tidak terpisah jauh. Hal ini ditentukan secara klinis dengan menggunakan
metode yang sama dengan genu varum tetapi dengan mengukur jarak diantara maleolus, yang
normalnya kurang dari 7,5cm. Knock-knee normalnya terjadi pada anak sekitar usia 2 sampai 7 tahun.
Selanjutnya inspeksi kaki. Kaki bayi dan toodler tampak datar karena kaki normalnya lebar dan
lengkungannya ditutupi oleh lapisan lemak.
Observasi refleks plantar atau menggenggam dengan memberikan tekanan kuat tapi perlahan-lahan
dengan ujung ibu ibu jari pada bagian lateral telapak kaki bayi dari tumit sampai kelingking kemudian ke
ibu jari kaki. Respon normal pada anak yang berjalan adalah fleksi jari-jari kaki. Tanda Babinski,
dorsofleksi ibu jari dan pengembangan jari-jari yang lain seperti kipas, merupakan hal yang normal
terjadi selam masa bayi tetapi abnormal setelah usia 1 tahun atau ketika lokomotorik dimulai.
Sendi
Evaluasi sendi untuk mengetahui rentang geraknya. Normalnya hal ini tidak menuntut pemerikasaan
fisik jika perawat telah mengobservasi pergerakan anak selama pemeriksaan. Palpasi sendi apah ada
rasa panas, nyeri tekan, dan pembengkakan. Tanda-tandanya selalu kemerahan.
Otot
Perhatikan kesimetrisan dan kualitas perkembangan otot, tonus, dan kekuatan otot. Observasi
perkembangan dengan cara melihat bentuk dan kontur tubuh baik dalam kondisi relaksasi maupun
kondisi tegang. Perkirakan tonus dengan menggenggam otot dan merasakan kekuatanya ketika otot
relaksasi dan konstraksi. Lokasi yang umum untuk memeriksa tonus otot adalah otot bisep lengan. Anak
biasanya bersedia untuk menunjukan ototnya dengan cara mengepalkan tangannya.
Perkirakan kekuatan dengan cara meminta anak menggunakan ekstremitas untuk mendorong atau
menarik suatu tahanan.
Pengkajian Neurologis
Fungsi Serebral
Sereblum mengontrol keseimbangan dan koordinasi. Banyak pengkajian fungsi serebral digunakan
dalam mengobservasi postur anak, pergerakan tubuh, gaya berjalan dan perkembangan keterampilan
motorik kasar dan motorik halus.
Uji fungsi serebral :
1. uji jari kehidung
Dengan lengan anak terbuka lebar, minta anak untuk menyentuh hidungnya dengan menggunakan jari
telunjuk dengan mata terbuka kemudian tertutup.
2. uji tumit ke tulang kering
sambil berdiri minta anak untuk menggerakkan tumit salah satu kaki kearah bawah tulang kering atau
bagian anterior tibia tungkai lainnya baik dengan mata terbuka kemudian tertutup, minta anak berdiri.
3. uji romberg
dengan mata tertutup minta anak berdiri dengan tumit menempel satu sama lain, jatuh atau miring ke
salah satu sisi adalh abnormal dan disebut tanda romberg.
Uji koordinasi dengan meminta anak untuk meraih suatu mainan, kencing baju, tali sepatu atau
menggambar garis lurus pada selembar kertas.
Refleks
Pengujian refleks adalah bagian penting dari pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan refleks dilakukan
dengan menggunakan palu refleks berkepala karet, bagian datar jari, atau samping tangan. Jika anak
mudah takut dengan peralatan, gunakan tangan atau jari anda.
Refleks tendon dalam merupakan refleks peregangan dari suatu otot. Refleks tendon yang paling umum
adalah hentakan lutut atau refleks patela (refleks quadrisep).
Saraf kranial
Pengkajian saraf kranial merupakan area pengkajian neurologis penting.

Pengkajian Perkembangan Denver II


Kuesioner Perkembangan Praskrining Denver II (Denver II Prescreening Developmental Questionare
{PDQ-II})
PDQ-II adalah revisi lebih lanjut dari PDQ dan R-PDQ. Versi ini menggunakan standar-standar (persentil
ke-90 dan ke-75) dari DENVER II. PDQ-II adalah jawaban praskrining orang tua yang terdiri atas 91
pertanyaan dari DENVER-II, walaupun hanya satu bagian pertanyaan yang ditanyakan untuk setiap
kelompok usia. Formulir tersebut mungkin perlu dibaca orang tua atau pemberi perawatan yang kurang
berpendidikan.
Empat usia berbeda tersedia dan diseleksi berdasarkan usia : jingga (0 sampai 9 bulan), ungu (9 sampai
24 bulan), krem(2 sampai 4 tahun), putih (4 sampai 6 tahun). Jawaban pertanyaan pemberi perawatan
sampai (1) tiga kali ‘tidak’ dilingkari (tidak perlu berurutan) atau (2) semua pertanyaan pada semua sisi
formulir telah di jawab. Pemberian skor berdasarkan jumlah keterlambatan atau peringatan.
Skoring DDST II
Interpretasi skor DDST II
Lanjut—Butir secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia ( dilewati oleh kurang dari
25% anak pada usia yang lebih tua daripada usia anak ).
OK—Butir yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil
ke-75
Peringatan—Butir yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil ke-
75 dan ke 90.
Terlambat—Butir secara keseluruhan gagal, dilewati pada sebelah kiri garis usia juga dapat dianggap,
terlambat, karena alasan menolak mungkin akibat ketidakmampuan melakukan tugas.
Interpretasi Uji
Normal—tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan
Dicurigai—Satu atau lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih peringatan
Tidak dapat diuji—Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia atau lebih dari
satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area 75% sampai 90%.
Rekomendasi Perujukan pada Uji yang Mencurigakan atau yang Tidak Dapat Diuji
Lakukan uji ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan factor-faktor sementara.
Jika hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji, gunakan penilaian klinis berdasarkan
hal-hal berikut ini jumlah peringatan dan keterlambatan; butir mana yang menjadi peringatan dan
keterlambatan; tingkat perkembangan masa lalu, pemerikasaan klinis dan riwayat, ketersedian sumber-
sumber rujukan.
Skrining Perkembangan dan Interpretasi
Walaupun uji skrining merupakan metode yang efektif dalam menerapkan pengetahuan tentang laju
perkembangan yang diharapkan dari anak untuk segmen populasi yang luas, uji tersebut hanya akan
berhasil jika diberikan oleh individu yang berpengalaman dalam memberikannya. Karena banyak uji
skrining merupakan alat yang dibuat untuk digunakan oleh tenaga terlatih bantuan, terdapat resiko yang
terkadang dalam skrining jika individu-individu tersebut tidak terlatih atau tidak diawasi secara tepat.
Perawat yang memberikan skrining perkembangan atau mengawasi pemeriksaan oleh tenaga terlatih
bantuan, perlu mengkaji gambaran keseluruhan anak dan tidak hanya mengandalkan prosedur skrining.
Perkembangan seperti halnya pertumbuhan dan kesehatan, adalah suatu proses dinamis. Tes Denver II
sebaiknya digunakan sebagai bagian dari Surveilans Perkembangan, suatu pendekatan perawatan
kesehatan primer yang komperhensif dan terus menerus yang melibatkan orang tua sebagai mitra para
profesional (Frankenburg, 1994b). Evaluasi kesejahteraan total anak adalah hasil evaluasi data riwayat
kesehatan dan keluarga yang komperhensif, pemeriksaan fisik, dan skrining perkembangan.

manajemen terpadu bayi sakit


Diposkan oleh fani_afnan_janati_arysa ,
10, April

KONSEP DASAR MASING-MASING PENYAKIT BERDASARKAN MTDS PADA BAYI


MUDA SAKIT
Bayi muda sakit adalah bayi yang nerumur 0 sampai 2 bulan
1. PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada masyarakat.Pembagian penyakit
infeksi dasar utamanya adalah dsari penyebabnya .Adapun faktor penyebabnya adalah :
1. Bakteri misalnya pada penyakit difteri, tetanus, TBC, typhus.
2. Virus misalnya pada penyakit demam berdarah, influenza
3. Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita gangguan Imunologis tanda-tandanya warna
putih pada mulut anak ,bisa juga terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
4. Parasit misalnya pada malaria dan cacingan.
2. DIARE
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih
lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Untuk keperluan diagnosis, secara
epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5
kali perhari.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang. Sekitar
80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja.
Penyebab diare akut paling sering adalah faktor infeksi. Pada garis besarnya dibagi menjadi 2
golongan yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi dalam usus
dimana 50 % diare pada anak disebabkan karena virus.
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan penurunan konsistensi tinja dari
lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja, di mana
manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan air dan elektrolit melalui saluran cerna. Untuk
keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak
lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut
dan diare kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu atau lebih.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang,
dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang
masuk. Diare tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi ringan
sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika kehilangan cairan >10%
BB.
3. IKTERUS
Pigmen bernama bilirubin adalah faktor penyebab dari bayi kuning (ikterus) yang harus di kenali
dan waspadai. Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel darah merahnya. Setiap
jangka waktu tertentu sel darah merah akan mati dan menguraikan sel-selnya diantaranya
menjadi bilirubin. Normalnya yang bertugas menguraikan bilirubin tersebut adalah hati, untuk
kemudian dibuang lewat BAB. Saat bayi masih dalam kandungan, hati sang ibulah yang
mengambil tugas menguraikan bilirubin dalam sel darah merah bayi. Ketika bayi lahir,
perkembangan hatinya belum sempurna sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Akibatnya terjadi penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan timbulnya warna
kuning pada kulit bayi.

Sebagian lainnya karena ketidak-cocokan golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar
bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau adanya gangguan
pengeluarannya.
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan bentuk fisiologik dan patologik. Yang bersifat
patologik dikenal sebagai hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan gangguan saraf pusat
atau kematian.
Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir, terjadi sekitara 25% -
50% pada bayi lahir cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi lahir kurang bulan. Pemeriksaan
adanya ikterus pada bayi muda dapat dilakukan di rumah dan pada waktu kunjungan neonatal.
Untuk pemeriksaan gejala kuning di rumah adalah dengan membawa bayi ke dalam ruangan
yang memiliki penerangan yang jelas atau dengan lampu fluorescent. Bila kulit bayi tergolong
putih, tekanlah jari anda secara perlahan-perlahan ke bagian dahi, dada, telapak tangan dan
telapak kaki. Kemudian angkat tangan anda dan perhatikan adakah semburat warna kuning pada
bagian tubuh bayi yang ditekan tadi. Bila kulit bayi tergolong hitam, paling jelas bisa diteliti
pada gusi atau bagian putih di area mata. Sedangkan pemeriksaan di klinik, dokter anak akan
memeriksa kesehatannya. Kadar bilirubin sendiri baru bergerak pada hari ke 3 atau ke 5 setelah
kelahiran. Jadi apakah tingkat bilirubin bayi anda normal atau tidak, baru diketahui 3 atau 5 hari.
Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Bayi akan diambil darahnya sedikit,
biasanya di ujung jari kaki, kemudian diteliti dan diperiksa di laboratorium.
Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan sampai bagian
tubuh mana kuning terlihat. Ketiga hal tersebut harus diketahui dengan pasti untuk
mengklasifikasikan ikterus secara benar. Pada kasus ketidakcocokan golongan darah ibu dan
bayi, ikterus timbul sebelum umur 3 hari.
Klasifikasi ikterus
Untuk mengklasifikasikannya dilihat dari gejala-gejalanya yaitu:
Ikterus Fisiologis (ringan)
• Timbul kuning pada umur >24 jam sampai <14 hari
• Kuning tidak sampai telapak tangan / telapak kaki
Ikterus fisiologis tidak berbahaya, penanganannya bayi dijemur setiap pagi antara jam 7 - 9 pagi
selama 30 - satu jam. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI, minimal 8 - 12 kali sehari. Jika
dirasakan sudah cukup menyusuinya, sebaiknya perhatikan apakah bayi benar-benar menghisap
atau hanya mengempeng saja. Bila dirasakan ada masalah dalam menyusui segera lakukan
konsultasi di klinik laktasi terdekat. Bila gejala masih tampak hingga >14 hari segera periksakan
ke dokter.
Ikterus Patologis (berat)
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir, atau
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari, atau
• Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki, atau
• Tinja berwarna pucat
Jika tidak segera ditangani, kadar bilirubin terus meningkat sehingga dapat meracuni otak,
terjadinya kerusakan saraf yang dapat menyebabkan cacat seperti tuli, pertumbuhan terhambat
atau kelumpuhan otak besar atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Jika mengalami salah
satu gejala tersebut di atas segera periksakan bayi ke dokter
BERAT BAYI RENDAH
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat pada ibu hamil sendiri,
diantaranya hipertensi, pendarahan antepartum, anemia, infeksi, usia, pendidikan, paritas dan
frekuensi anc.
Berat bayi saat lahir :
1. indikator kesehatan maternal
2. prediktor pertumbuhan bayi
3. daya tahan hidup bayi
BBLR : semua bayi dengan BBL < 2500 gr
Resiko kesakitan, resiko kematian → cukup tinggi oleh karena :
1. gangguan pertumbuhan
2. imaturitas organ
Insiden BBLR : 15,5 – 17 % dari kelahiran hidup 95 % di negara sedang berkembang 30 – 40 %
disebabkan KMK
Penyebab utama kematian
1. afiksia
2. sindroma gangguan pernapasan
3. infeksi
4. komplikasi hipotermia
BBLR terdiri dari 2 kategori
1. BKB → UK < 37 minggu : makin kecil umur kehamilan → makin kurang perkembangan
organ2
2. KMK → BB lahir < BB lahir umur kehamilan tetentu : < persentil 10 dari berat spesifik
berdasarkan umur kehamilan
BBLR dapat di klasifikasikan sbb berdasarkan BB lahir :
1. BBLR : BBL < 2500 gr
2. BBLSR : BB 1000 – 1500 gr
3. BBLASR : BB < 1000 gr
Berdasarkan umur kehamilan :
1. kurang bulan / pretem / prematur UK < 37 mgg
2. cukup bulan / full term / Aterm UK 37 – 42 mgg
3. lebih bulasn atau post term / serotinus UK > 42 mgg.
Penyebab
• faktor janin
• gawat janin
• kehamilan multiple
• kelainan kromosom
• infeksi
• faktor plasenta previa
• plasenta previa
• abrupsio plasenta
• difungsi plasenta
• faktor lahir
• inkompetensi serviks
• faktor ibu
• polihidramnion
• Infeksi
• Hipertensi
• Penyakit kronis ( jantung, ginjal dsb)
• Malnutrisi, anemia
• Perokok, alkohol, norkotika
• Dan banyak faktor lain
Berbagai masalah pemberian ASI pada bayi Ibu
Walau bayi sudah memiliki refleks menghisap puting ASI ibu sejak lahir, namun pada awalnya
mungkin sulit ia lakukan. Bayi Ibu memang belum terbiasa. Kadang-kadang, kesulitan
pemberian ASI disebabkan oleh faktor medis yang dapat mempengaruhi selera makan bayi atau
proses penyerapan makanan dan nutrisi.
Berikut ini beberapa penyebab kesulitan pemberian ASI dan gejala yang dapat membantu Ibu
mengenalinya.

Kolik
Gejala kolik dapat dilihat dari wajah yang memerah, tangan yang mengepal, dan kaki yang
diangkat-angkat ke arah dada disertai tangisan bayi selama 2-3 jam. Kolik sering muncul 15
menit setelah minum susu. Tapi bisa juga muncul kapan saja dalam minggu-minggu pertama.
Kolik itu normal dialami oleh satu di antara empat bayi. Ketahui lebih lanjut tentang kolik dan
bagaimana cara meringankannya disini
Menangis sebelum minum ASI
Kebanyakan bayi menangis saat ia lapar. Seiring waktu, Ibu akan belajar untuk membedakan arti
tangisan bayi Segera berikan ASI bila tiba saatnya bagi bayi mendapatkan ASI. Karena perut
kecilnya butuh diisi ASI lebih sering walau dalam porsi sedikit.
Menangis setelah minum ASI
Merawat bayi memang perlu kesabaran. Kalau lapar ia menangis, setelah disusui pun bisa saja ia
menangis juga. Biasanya hal ini terjadi karena ia kolik. Karena itu , bantu ia bersendawa setelah
menyusu. Kami dapat memperagakan caranya disini.
Kurang pertambahan berat badan
Penurunan berat badan setelah lahirwajar bagi bayi. tapi sebaiknya upayakan agar berat
badannya berangsur-angsur naik lagi. Pertambahan berat badan tiap bayi berbeda dan akan naik
sesuai perkembangan masing-masing. Bersama dokter, Ibu bisa memantau pertambahan berat
badan bayi Ibu.
Muntah
Cukup normal bila bayi memuntahkan kembali sedikit ASI setelah meminumnya. Ini disebut
gumoh. Tapi jika bayi terus-menerus muntah apalagi dalam jumlah yang banyak, mungkin bayi
Ibu terkena refluks, Dan dalam kasus ini Ibu harus berkonsultasi dengan dokter anak. Ibu.
Diare
Diare bisa disebabkan oleh virus atau ada masalah dalam pemberian ASI. Jadi lebih baik
berkonsultasi dengan dokter anak Ibu. Jika Ibu khawatir tentang frekwensi buang air besar bayi ,
baca artikel kami tentang kotoran bayi.
Masalah kesehatan
Sama seperti kita, tidak enak badan bisa menyebabkan bayi kehilangan selera menyusu.
Misalnya bila flu berat disertai hidung tersumbat, bisa menyebabkan bayi sulit bernafas. Ia jadi
enggan mengatupkan mulutnya untuk menyusu.
Penyebab lain adalah alergi makanan Ini bisa menyebabkan turunnya berat badan karena ia sulit
makan.
Konsultasikan pada dokter bila Ibu merasa ada masalah dengan kesehatan si kecil.

KLASIFIKASI MTBS BAYI MUDA


• INFEKSI BAKTERI
- Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri bera
- Infeksi bakteri local
- Mungkin bukan infeksi
• DIARE
- Diarre dehidarsi berat
- Diare dehidrasi ringan/ sedang
- Diare tanpa dehidrasi
• IKTERUS
- Ikterus berat
- Ikterus
- Tidak ada ikterus

• BBR / MASALAH PEMBERIAN ASI


- Berat badan rendah menurut umur dan/ atau masalah pemberian asi
- Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian asi

2.2 PENGKAJIAN DATA ( TANDA/GEJALA ) YANG SERING TERDAPAT PADA FORM


MTBS

Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya


Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut.
- Pada setiap kunjungan pertama lakukan penilaian sesuai dengan bagan.
- Pada kunjungan ulang lakukan penilaian secara lengkap, untuk klasifikasi
Kunjungan pertama gunakan pedoman pelayanan tindak lanjut.

Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas. segera lakukan tindakan
/pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA

1. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri


Tanyakan :
• Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya ?
• Apakah bayi kejang ?
Lihat Dan Raba :
• Apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
• Hitung napas dalam 1 menit
Jika ≥ 60 kali/ menit, ulangi menghitung.
Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi bernapas lambat (< 30 kali/menit).
• Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
• Dengarkan apakah bayi merintih ?
• Ukur suhu aksiler.
• Lihat, adakah pustul di kulit ?
• Lihat, apakah mata bernanah ?
• Apakah pusar kemerahan atau bernanah ?
Apakah kemerahan meluas sampai ke dinding perut ?

A. Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Berat


Tanda / Gejala
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua
• Riwayat Kejang
• Bergerak hanya jika dirangsang
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
• Napas lambat ( < 30 kali / menit )
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
• Merintih
• Demam ≥ 37.5 °C
• Hipotermia berat < 35.5 °C
• Nanah yang banyak di mata
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.

B. Infeksi Bakteri Lokal


Tanda Dan Gejala
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Pusar kemerahan atau bernanah

C. Mungkin Bukan Infeksi


• Tidak terdapat salah satu tanda di atas.

2. Apakah Bayi Diare ?


Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?

A. Diare Dehidrasi Berat


Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

B. Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang


Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah / rewel.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat.

C. Diare Tanpa Dehidrasi


Tanda Dan Gejala
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
NB :
• Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses, lebih banyak dan lebih cair
(lebih banyak air daripada ampasnya).
• Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan bentuk feses lembek.

3. Memeriksa Ikterus
Tanyakan :
• Apakah bayi kuning ?
Jika ya, pada umur berapa timbul kuning ?
• Apakah warna tinja bayi pucat ?
Lihat :
• Lihat, adakah kuning pada bayi ?
• Tentukan sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian badan bayi ?

A. Ikterus Berat
Tanda Dan Gejala
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir.
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
• Kuning sampai telapak tangan atau kaki
• Tinja berwarna pucat

B. Ikterus
Tanda Dan Gejala
Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan atau kaki

C. Tidak Ada Ikterus


Tanda Dan Gejala
• Tidak kuning.

4. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah Pemberian ASI
Jika Tidak Ada Indikasi Untuk Dirujuk
Tanyakan ;
• Apakah inisiasi menyusu dini dilakukan ?
• Apakah bayi bisa menyusu?
• Apakah ibu kesulitan dalam pemberian ASI ?
• Apakah bayi diberi ASI ? Jika YA berapa kali dalam 24 jam ?
• Apakah bayi diberi makanan / minuman selain ASI ? Jika YA, berapa kali dalam 24 jam ? Alat
apa yang digunakan ?
Lihat ;
• Tentukan berat badan menurut umur.
• Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
• Adakah celah bibir/ langit-langit ?
Lakukan Penilaian Tentang Cara Menyusui :
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?
• Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui.
• Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu saudara jika bayi sudah mau menyusu lagi.
• Amati pemberian ASI dengan seksama.
• Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menyusui.
Lihat, apakah bayi menyusu dengan baik ?
• Lihat, apakah posisi bayi benar ?
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi lurus, badan bayi menghadap
ke dada ibu, badan bayi dekat ke ibu.
• Lihat, apakah bayi melekat dengan baik ?
Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah membuka keluar, areola
tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah mulut.
• Lihat dan dengar, apakah bayi mengisap dengan efektif ?
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya terdengar suara menelan.

A. Berat Badan Rendah Menurut Umur Dan/ Atau Masalah Pemberian ASI
Tanda Dan Gejala
• Berat badan menurut umur rendah
• Bayi tidak bisa menyusu
• Ada kesulitan pemberian ASI
• ASI kurang dari 8 kali/ hari
• Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
• Posisi bayi tidak benar
• Tidak melekat dengan baik
• Tidak mengisap dengan efektif.
• Terdapat luka atau bercak putih di mulut (thrush)
• Ada celah bibir / langit-langit

B. Berat Badan Tidak Rendah Dan Tidak Ada Masalah Pemberian ASI
• Tidak terdapat tanda / gejala diatas.

PERENCANAAN TINDAKAN PADA BAYI MUDA SAKIT SESUAI DENGAN MASALAH


PADA PENYAKIT MASING-MASING
1. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
Rencana tindakan:
jika ada kejang, tangani kejang•
cegah agar gula darah tidak turun•
jika ada gangguan napas, tangani gangguan napas.•
jika ada hipotermia, tangani hipotermia•
beri dosis pertama antibiotik intramuskular•
nasihati cara menjaga bayi tetap hangat di perjalanan•
rujuk segera•

b. Infeksi bakteri lokal


Rencana tindakan:
jika ada pustul kulit atau pusar bernanah, beri antibiotic oral.•
jika ada nanah di mata, beri salep/ tetes mata antibiotik•
ajari cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah•
lakukan asuhan dasar bayi muda•
nasihati kapan kembali segera•
kunjungan ulang 2 hari•

c. Mungkin bukan infeksi


Rencana tindakan:
ajari cara merawat bayi di rumah.•
lakukan asuhan dasar bayi muda.•

2. Diare
a. Diare dehidrasi berat
Rencana tindakan:
tangani sesuai rencana terapi c.•
jika bayi juga mempunyai klasifikasi lain yang membutuhkan rujukan segera :•
- rujuk segera setelah memenuhi syarat rujukan dan selama perjalanan berikan larutan oralit
sedikit demi sedikit.
- nasihati agar asi tetap diberikan jika memungkinkan.
- cegah agar gula darah tidak turun.
- nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.

b. Diare dehidrasi ringan/sedang


Rencana tindakan:
jika bayi tidak mempunyai klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana terapi b•
jika bayi juga mempunyai klasifikasi berat yang lain :•
- rujuk segera dan selama perjalanan beri larutan oralit.
- nasihati agar asi tetap diberikan jika memungkinkan.
- cegah agar gula darah tidak turun.
- nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
lakukan asuhan dasar bayi muda•
nasihati kapan kembali segera.•
kunjungan ulang 2 hari.•

c. Diaretanpa dehidrasi
Rencana tindakan:
tangani sesuai rencana terapi a.•
nasihati kapan kembali segera.•
lakukan asuhan dasar bayi muda.•
kunjungan ulang 2 hari.•

3. Ikterus
a. Ikterus berat
Rencana tindakan:
cegah agar gula darah tidak turun.•
nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.•
rujuk segera•

b. Ikterus
Rencana tindakan:
lakukan asuhan dasar bayi muda.•
menyusu lebih sering.•
nasihati kapan kembali segera.•
kunjungan ulang 2 hari•

c. Tidak ada ikterus


Rencana tindakan:
lakukan asuhan dasar bayi muda.•

4. Kemungkinan berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian asi


a. Berat badan rendah menurut umur dan/ atau masalah pemberian asi
Rencana tindakan:
lakukan asuhan dasar bayi muda•
nasehati ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat•
ajarkan ibu untuk memberikan asi dengan benar.•
jika• mendapat makanan/ minuman lain selain asi, berikan asi lebih sering. Makanan / minuman
lain dikurangi kemudian dihentikan.
jika bayi tidak mendapat asi : rujuk untuk konseling laktasi dan kemungkinan bayi menyusu
lagi•
jika ada celah bibir/ langit-langit, nasihati tentang alternatif pemberian minum.•
konseling bagi ibu / keluarga.•
nasihati kapan kembali segera•
kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan pemberian asi dan thrush.•
kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan rendah menurut umur.•

b. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian asi
Rencana tindakan:
pujilah ibu karena telah memberikan asi kepada bayinya dengan benar.•

Tindakan / pengobatan untuk bayi muda yang memerlukan rujukan segera (tindakan pra rujukan)
Bayi dapat dirujuk apabila :
suhu ≥ 35,5 °c•
denyut jantung ≥ 100 kali per menit (lihat pedomanresusitasi neonatus)•
tidak ada tanda dehidrasi berat.•

Menangani gangguan napas


Pada penyakit sangat berat atau
Infeksi bakteri berat
posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain.•
bersihkan jalan napas dengan menggunakan alat pengisap lendir.•
jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per
menit.•
Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan resusitasi,
Sesuai dengan pedoman resusitasi neonatus.

Menangani kejang dengan obat anti kejang


Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti
Kejang :
Obat anti kejang pilihan pertama : fenobarbital
Obat anti kejang pilihan kedua : diazepam.

Fenobarbital
100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)diberikan secara intramuskular Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml) diberikan per rektal.
beratDosis : 30 mg = 0.6 ml • < 2500 gramdiberikan 0.25 ml*
berat ≥ 2500 gramdiberikan 0.50 ml*•
* diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml.

Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian


Fenobarbital 1 kali lagi dengan dosis yang sama, minimal
Selang waktu 15 menit.

Tindakan / pengobatan untuk bayi muda


Yang tidak memerlukan rujukan

Memberi antibiotik oral yang sesuai


Antibiotik per oral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal : amoksisilin.

Umur
Atau
Berat badan Amoksisilin
Dosis 50 mg / kg bb / hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari
Sirup 125 mg
Setiap 5 ml ( 1 sendok takar) Kaplet 250 mg
1 kaplet dijadikan 5 bungkus Kaplet 500 mg
1 kaplet dijadikan 10 bungkus
1 hari - < 4 minggu
( bb < 3 kg ) ½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
4 minggu - < 2 bulan
( bb 3 - 4 kg ) ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus

Konseling bagi ibu / keluarga


Mengajari cara pemberian obat lokal di rumah
Cara mengobati infeksi bakteri lokal
Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal pada bayi muda yang dapat diobati
Ibu di rumah :
infeksi kulit atau pusar.•
infeksi mata•
Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu :
jelaskan cara memberi pengobatan tersebut.•
amati cara ibu mempraktekkan di depan saudara.•
cek pemahaman ibu sebelum pulang.•

Cara mengobati infeksi kulit atau pusar


cuci tangan sebelum mengobati bayi.•
bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati.•
keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering.•
olesi dengan gentian violet 0,5% atau povidon yodium.•
cuci tangan kembali.•

Cara menyiapkan gentian violet 0,5% :


1 bagian gentian violet 1% ditambah 1 bagian aquades (misal : 10 ml gentian violet 1% ditambah
10 ml aquades)
Cara mengobati luka atau “thrush” di mulut
cuci tangan sebelum mengobati bayi.•
bersihkan• mulut bayi dengan ujung jari yang terbungkus kain bersih dan telah dicelupkan ke
larutan air matang hangat bergaram. (1 gelas air hangat olesi mulut dengan gentian
violetditambah seujung sendok the garam) • 0,25% atau teteskan 1 ml suspensi nistatin.
cuci tangan kembali.•
obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari selama 7 hari.•
Cara menyiapkan gentian violet 0,25% :
1 bagian gentian violet 1% ditambah 3 bagian aquades (misal : 10 ml gentian violet 1% ditambah
30 ml aquades)

Cara mengobati infeksi mata.


cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi.•
bersihkan kedua mata bayi 3 kali sehari menggunakan kapas / kain bersih dengan air hangat•
beri salep / tetes mata tetrasiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada kedua mata.•
oleskan salep atau teteskan obat mata pada bagian dalam kelopak mata bawah.•
cuci tangan kembali.•
obati sampai kemerahan hilang.•

Mengajari ibu menyusui dengan baik


tunjukkan kepada ibu cara memegang bayinya atau posisi bayi yang benar.•
- sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja.
- kepala dan tubuh bayi lurus.
- hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
- dekatkan badan bayi ke badan ibu.
tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :•
- menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
- menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
- segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak
di bawah puting susu.
cara melekatkan yang benar ditandai dengan :•
- dagu menempel pada payudara ibu.
- mulut bayi terbuka lebar.
- bibir bawah bayi membuka keluar.
- areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah.
bayi• mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat.
Pada saat bayi mengisap asi, hanya terdengar suara bayi menelan.
amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah mengisap dengan efektif.
Jika belum, cobalah sekali lagi.•

Menasihati ibu kapan kembali segera


Nasihati ibu agar kembali segera, jika bayi menunjukkan
Salah satu gejala berikut ini :
gerakan bayi berkurang atau tidak normal.•
napas cepat.•
sesak napas.•
perubahan warna kulit (kebiruan, kuning).•
malas / tidak bisa menyusu atau minum.•
badan teraba dingin atau panas.•
kulit bertambah kuning.•
bertambah parah.•

Menasihati ibu kapan kunjungan ulang


Bayi dengan : Kunjungan ulang
infeksi bakteri lokal•
diare dehidrasi ringan/ sedang.•
diare tanpa dehidrasi•
ikterus.•
masalah pemberian asi•
luka atau bercak putih di mulut•
(thrush).

2 hari
berat badan rendah menurut umur 14 hari•

Mengajari ibu cara meningkatkan produksi asi


cara untuk meningkatkan asi adalah dengan menyusui sesering mungkin.•
menyusui lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.•
menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.•
berikan asi dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.•
jika bayi telah tidur selama 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.•

Masalah pemberian asi pada bayi

Masalah Pemecahan
jelaskan bahwa ini tidak selalu terkait dengan gangguan pemberian asi.Bayi banyak menangis
atau rewel •
periksa popok bayi, mungkin basah.•
gendong bayi, mungkin perlu perhatian.•
susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum daripada yang lainnya.•
merupakan proses alamiah, karena pada bayi muda perlu menyusu lebih sering.Bayi tidak tidur
sepanjang malam •
tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada malam hari.•
jangan berikan makanan lain.•
mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberikan susu botol.Bayi menolak untuk menyusu

tetap berikan hanya asi (tunggu sampai bayi betul-betul lapar).•
berikan perhatian dan kasih sayang•
pastikan bayi menyusu sampai air susu habis•
lihat tatalaksana dalam algoritma , kalau perlu di rujuk.•
jangan mudah mengganti asi dengan susu formula tanpa indikasi medis yang tepat.Bayi
bingung putting •
ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar.•
kalau terpaksa memberikan susu formula, berikan dengan sendok, pipet, cangkir, jangan
menggunakan botol dan dot.•
jangan berikan kempeng.•
Bayi prematur dan bayi kecil
berikan asi sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendek-pendek.(bblr). •
jika belum bisa menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa. Berikan asi dengan sendok
atau cangkir.•
untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih.•
mulai menyusui segera setelah bayi lahir.Bayi kuning (ikterus) •
susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.•
teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau perlu rujuk.Bayi sakit •
posisi bayi duduk.Bayi sumbing •
puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi mendapatkan asi
cukup.•
ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi•
jika sumbing pada bibir dan langit-langit. Asi dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa,
kemudian diberikan dengan•
Sendok/ pipet atau botol dengan dot panjang sehingga asi dapat masuk dengan sempurna.
Dengan cara ini bayi akan belajar
Mengisap dan menelan asi, menyesuaikan dengan irama pernapasannya.
posisi yang mudah adalah posisi memegang bola (football position)Bayi kembar •
paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.•
susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing bayi, umumnya• > 20 menit.

Masalah pemberian asi pada ibu

Masalah Pemecahan
Ibu kawatir bahwa asi nya tidak
Cukup untuk bayi
katakan kepada ibu, bahwa semakin sering menyusui, semakin banyak air susu yang
diproduksi.(sindrom asi kurang) •
susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui. Biarkan bayi menyusu
sampai payudara terasa kosong.•
Berikan asi dari kedua payudara.
hindari pemberian makanan atau minuman selain asi.•
Ibu mengatakan bahwa air susunya
jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan asiTidak keluar. •
susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui.•
Ibu mengeluhkan puting susunya
ibu dapat terus memberikan asi, pada keadaan luka tidak begitu sakit.Terasa sakit (puting susu
lecet) •
perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu dengan asi. Mulai menyusui dari puting yang
paling tidak lecet•
puting• susu dapat diistirahatkan sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam jika puting lecet
sangat berat. Selama putting diistirahatkan, sebaiknya asi tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri. Gunakan bh yang
menyokong payudara.•
jika ada luka/ bercak putih pada puting susu, segera hubungi bidan.•
Ibu mengeluh payudaranya terlalu
Penuh dan terasa sakit (payudara
usahakan menyBengkak). •usui sampai payudara kosong
kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut payudara dari arah pangkal menuju
puting.•
bantu ibu untuk memerah asi sebelum menyusui kembali.•
susui• bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah payudara ibu terasa lebih lembut. Apabila
bayi tidak dapat menyusu, keluarkan asi dan minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan
kain dingin setelah menyusui. Keringkan payudara.
jika masih sakit perlu dicek apakah terjadi mastitis.•
berikan antibiotikMastitis dan abses payudara •
berikan obat penghilang rasa nyeri•
kompres hangat.•
tetap berikan asi dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat mengisap dengan baik.•
jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak disusukan.•
Ibu sakit dan tidak mau menyusui
jelaskan bahwa ibu yang minum obat dapat tetap menyusui bayinya. Susui bayi terlebih dahulu,
baru minum obat.Bayinya •
tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu supaya tetap menyusui bayi.•
ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/ bidan, karena mungkin dapat
membahayakan bayi.•
susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah pulang kerumah dan lebih sering
pada malam hari.Ibu bekerja •
jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah
asi di tempat bekerja.•
asi perah disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke rumah.•
pastikan pengasuh memberikan asi perah / susu formula memakai cangkir atau sendok•

Pelayanan tindak lanjut


Infeksi bakteri lokal
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah bertambah banyak?•
periksa pusar, apakah merah/ keluar nanah? Apakah merah meluas?•
periksa pustul pada kulit.•
Tindakan :
jika menetap atau bertambah parah, rujuk segera.•
jika membaik,•
- untuk pustul kulit dan pusar bernanah teruskan pemberian antibiotic oral sampai 5 hari.
- untuk mata bernanah, lanjutkan obat tetes/salep mata sampai nanah hilang.
- untuk pusar merah/bernanah, lanjutkan gentian violet 0,5% sampai infeksi membaik.

Diare dehidrasi ringan/ sedang


Diare tanpa dehidrasi.
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
apakah berat badan turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya?•
Tindakan :
jika didapatkan klasifikasi diare dehidrasi berat atau berat badan turun•
≥ 10%, lakukan tindakan/ pengobatan sesuai bagan.
jika tetap klasifikasi diare dehidrasi ringan/ sedang, lakukan rencana terapi b.•
jika didapatkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, lakukan rencana terapi a.•
jika tidak ada diare, pujilah ibu.•

Ikterus
Sesudah 2 hari :
Tanyakan :
apakah kencing ≥ 6 kali sehari semalam?•
apakah sering buang air besar?•
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
jika didapat klasifikasi ikterus berat, lakukan tindakan/ pengobatan sesuai bagan.•
jika tetap klasifikasi ikterus, disertai :•
- kencing ≥ 6 kali sehari semalam, ajari ibu cara merawat bayi yang tidak perlu rujukan dan
kunjungan ulang 2 hari.
- kencing < 6 kali sehari semalam, lakukan penilaian ulang pemberian asi, tindakan/ pengobatan
sesuai bagan.
jika kuning berkurang/ menghilang, puji ibu,•
Kunjungan ulang saat umur bayi 14 hari
Berat badan rendah menurut umur
Sesudah 14 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah?•
lakukan penilaian cara menyusui.•
Tindakan :
lakukan tindakan / pengobatan sesuai klasifikasi yang ditemukan.•

Masalah pemberian asi


Sesudah 2 hari :
Tanya : masalah pemberian asi yang ditemukan saat kunjungan pertama
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
jika bayi sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri motivasi untuk meneruskan
pemberian asi dengan baik.•
jika masih terdapat masalah pemberian asi, rujuk segera.•
Perhatian :
Jika saudara tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian asi atau berat badan bayi
menurun, rujuk segera.

Luka atau bercak putih (thrush) di mulut


Sesudah 2 hari ;
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
penilaian tentang cara menyusui.•
bagaimana keadaan thrush saat ini ?.•
Tindakan :
jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah dalam menyusu, rujuk segera.•
jika• thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji ibu dan lanjutkan pemberian gentian
violet 0,25% atau nistatin suspense sampai seluruhnya 7 hari.
jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu dengan baik, kunjungan ulang 2 hari.•
apabila dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap, rujuk•
Segera.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan
merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian
ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap bayi
muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap
kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara
integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini
di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

SARAN
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi muda dan
mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan kepada petugas
kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi
muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang
lebih sempurna dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008 .


http://www.scribd.com/doc/16592261/Buku-Bagan-MTBSRevisi-2008 (diakses pada tanggal 19
maret 2010)
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Supartini, Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak Cetakan 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
http://sonorapalembang.wordpress.com/2008/07/19/297/ (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://www.kesimpulan.com/2009/05/anak-dengan-diare-akut.html (diakses pada tanggal 19
maret 2010)
http://bidanku.com/index.php?/Bayi-Kuning-Kenali-dan-Waspadai (diakses pada tanggal 19
maret 2010)
http://eprints.undip.ac.id/4339/1/2849.pdf (diakses pada tanggal 19 maret 2010)

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA BY. I DENGAN KASUS

SEPSIS NEONATORUM DIRUANG PERINATOLOGI

RSU Dr. PRATOMO BAGANSIAPIAPI

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

AGUSTRIONO P071202 7442

DEDY MASRUL P071202 7446

ERTATI P071202 7450

GUSNIATI P071202 7454

INTAN HASIBUAN P071202 7458

KHOLIQUL AMRI P071202 7462

MINZAADIYAH P071202 7466

PURWATI P071202 7473

RUFAIZAL P071202 7478


SRI SUNANDANG P071202 7482

SYAHRUL P071202 7487

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES RIAU

JURUSAN KEPERAWATAN

2009

SEPSIS NEONATORUM

1. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

 Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik
dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit
buku kedoktoran, jakarta : EGC).
 Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1
dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

1. ETIOLOGI

Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:

1. Ketuban pecah sebelum waktunya


2. Perdarahan atau infeksi pada ibu.
3. Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri
bervariasi tergantung tempat dan waktu:
1. Streptococus group B (SGB)
2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu
3. Virus herpes simplek
4. Enterovirus
5. E. Coli
6. Candida
7. Stafilokokus.
4. GEJALA
5. Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya
turun-naik.
6. Gejala lainnya adalah: gangguan pernafasan, Kejang, Jaundice (sakit kuning)Muntah,
Diare, Perut kembung.
7. Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

1) Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.

2) Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

3) Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena

4) Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat

5) Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

1. PATOGENESIS
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC)
dan kematian (Bobak, 2005)
Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;

ü Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan
masih banyak yang lain.

ü Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus
masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi
sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

ü Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari
lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.
Selain dari faktor patofisiologi ada beberapa faktor yan menyebabkan yaitu :

ü Faktor predisposisi
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga
dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut
adalah :

 Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan


 Perawatan antenatal yang tidak memadai
 Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus
 Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
 Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
 Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
 Tidak menerapakan rawat gabung
 Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
 Ketuban pecah dini,

PATHWAY

Invasi Bakteri dan kontaminasi sistemik

Pelepasan endotoksi oleh bakteri

Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus

Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator

Gangguan fungsi mitokondria ketidakstabilan suhu

Kekacauan metabolic yang progresif

Kerusakan dan kematian sel

Penurunan perfusi jaringan


Asidosis metabolik

Syok septik insufisiensi

Disseminated Intravasculer coagulation

Sepsis neonatorum

( Bobak : 2005 )

1. MANIFESTASI KLINIS
2. Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema
3. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
4. Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
5. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
6. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
7. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif,
2000)
Bentuk manisfetasi klinis yang lain adalah:

 Tersangka bakteri
 Sepsis neonatorum
 Saluran pernapasan dispnea, takipnea, apnea.
 Tampak tarikan otot pernapasan
 Merintih, dan mengorok
 Mengalami hiportemia
 Aktivitas lemah atau tanpa tidak ada yang sakit
 Dan berat badan menurun secara tiba-tiba.

KOMPLIKASI
Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, dan meningnitis dan
DIC.

PENCEGAHAN
Sepsis neonatarum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa pengobatan yang
memadai, gangguan ini dapat menyebabakan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian.
Tindakan pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Pada Masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, iminisais,
pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penangan
segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera
ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada Saat Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan
diperlukan sebagai tindakan operasi, tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal
mungkin dilakukan. Mengawasi keaadan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan
kulit dan selaput lendir.
3. Pada Masa Sesudah Persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian
ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan agar tetap bersih, setiap bayi
menggunakan peralatan sendir. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip aseptik. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus mencuci tangan
gterlebih dahulu. Dan bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi, dan pemberian
antibotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi.

PENGOBATAN
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan
memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan
mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang
diberikan adalah ampisilin, dan gentasimin, atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin
atau obat lain sesuai hasi tes resistensi.

PROGNOSIS
Tergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit, dan 25% bayi
meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Angka kematian pada
bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar. Dan kira-kira angka kematian kasus adalah
30-60%.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :
Organsisme penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan
mikroskopis maupun pembiakan terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari telinga
dan lambung. Jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
Bila ditemukan satu atau lebih faktor resisko infeksi adalah sebagai berikut ;

1. Ibu selama melahirkan demam ( suhu > 38.5 oC).


2. Ibu leukositosis ( lekosit > 1500/ mm3).
3. Air ketuban keruh dan atau berbau busuk.
4. Ketuban pecah >12 jam sebelum lahir.
5. Partus kasep
Langkah diagnosis :

1. Indikasi faktor resiko infeksi yang didiagnosa tersangkan infeksi.


2. Tetapkan apakah kasus tersangka infeksi berkembang menjadi sepsis neonatarum dengan
mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan hasil pemeriksaan laboratorium
3. Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis dapat dilakukan dengan
identifikasi pemeriksaan secara cermat
4. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,pemeriksaan CRP dan kultur darah.
5. Semua penderita sepsis neonatorum dilakukan lumbal fungsi untuk melihat apakah sudah
terjadi komplikasi, batasan minignitis :
- Usia 0-48 jam > 100
- Usia 2-7 hari > 50
- Usia > 7 hari > 22
6. Bila ada alat ultrasonografi ( USG), maka USG transfontanel bisa membantu
menegakkan diagnosis meningitis.

PENATALAKSANAAN

1. Terapi Suportif
Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi, mengatasi
dehidrasi dan kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapat gangguan
respirasi/sodroma gawat napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto
terapi/tranfusi tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu formula.
2. Terapi Spesifik
Segera berikan anti biotika polifragmasi :

 Tersangka infeksi.

1. Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/ hari.dibagi 2 dosis


2. Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/ 18jam. Im sekali pemberian untuk bayi cukup
bulan.
3. Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24 jam, sekali pemberian, untuk bayi kurang bulan.
4. lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak antibiotika,dapat
dihentikan.

 Sepsis Neonatorum

1. Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.


2. Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv,
tiap 8jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10 hari.

 Sepsis Neonatorum Dengan Meningitis

1. Sama dengan butir dua, dengan catatan : dosis ceftazidim 100 mg/kgBB/hari, dosis
menjadi 40 mg/kgBB/hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga
3. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi
tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan
komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan,
persalinan dgntindakan / komplikasi.
2. Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau
beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung
kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas,
sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus,
hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
4. Riwayat Imunisasi
5. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

1. Palpasi
2. Auskultasi
3. Perkusi

 Studi Diagnosis
Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit,
fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.
 Prioritas masalah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan


metabolism
2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan kedalam
intersisial
4. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya pengiriman
oksigen kedalam jaringan,
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
6. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
7. kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi
(Doenges, 2000)

1. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi,
peningkatan metabolism

Tujuan : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )


Intervensi :

1) pantau suhu pasien


Rasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut

2) pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi


Rasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

3) berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol


Rasional : membantu mengurangi demem

4) kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen


Rasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus

1. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

Tujuan / Kriteria hasil

Intervensi :

1) pertahankan tirah baring


Rasional : menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen

2) pantau perubahan pada tekanan darah


R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah

3) pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia


R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
4) kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada
pusat pernapasan didalam otak

5) catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya


R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal

6) kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan


R: mengetahui status syok yang berlanjut

7) kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral


R: mempertahankan perfusi jaringan

8) kolaborasi dalam pemberian obat


R: mempercepat proses penyembuhan

1. resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial

Tujuan / Kriteria hasil

Intervensi :

1) catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya


R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan
hipovolemia

2) pantau tekanan darah dan denyut jantung


R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah

3) kaji membrane mukosa


R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi

4) kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid


R: cairan dapat mengatasi hipovolemia

1. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam
jaringan

Tujuan /Kriteria hasil :

Intervensi

1) pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
R: meningkatkan ekspansi paru-paru
2) pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin

3) auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi


R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti
pulmona/ edema intersisial

4) catat adanya sianosis sirkumoral


R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate

5) selidiki perubahan pada sensorium


R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi

6) sering ubah posisi


R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.


2. Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.
3. Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.
4. Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

LAPORAN KASUS

Tanggal masuk : 15 J uli 2009

Jam masuk : 14.30 Wib

Diagnosa Medis : Sepsis Neonatorum

No. RM : 04-15-58

Tanggal pengkajian : 16 Juli 2009

1. Data Biografi
1. Identitas pasien
1. Nama lengkap : By. I
2. Tempat / tanggal lahir : Bagansiapiapi / 21 Juni 2009
3. Umur ( hr / bl / thn ) : 23 Hari
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Suku Bangsa : Melayu / Indonesia
6. Bahasa yg digunakan :–
7. Agama : ( Orang tua Islam )
8. Pendidikan :–

1. Identitas orang tua


1. Nama ayah / ibu / wali : Tn. H
2. Umur : 34 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Nelayan
5. Agama : Islam
6. Suku : Melayu
7. Alamat : Kampung Pasir, Bagan
Punak
8. Bahasa yg digunakan : Melayu

1. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sianosis sentral, Apnoe, Reflek hisap kurang / lemah kejang

1. Keluhan utama :

- Bibir membiru

- Menangis kurang

- Reflek hisap lemah

- Demam ( suhu 38,5 oC )

Riwayat kehamilan dan kelahiran

Prenatal :–

Natal : Os lahir ditolong oleh dukun bayi tanggal 21 Juni 2009, umur

Kehamilan aterm, tidak segera menangis, Afgar score : ?


1. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala

Bentuk : Simetris

Sutura : Cekung

Konjungtiva : Tampak Anemis

Sklera : Ikterik

Telinga : Simetris

Hidung : Simetris

Mulut : Simetris

Palatum : Utuh

Reflek hisap : Lemah

Reflek telan : Lemah

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar


tyroid

1. Dada

Bentuk dada : Simetris

1. Perut

Bentuk :

Tali Pusat : Sudah lepas

1. Genitalia
Laki-laki :

Perempuan : Labio mayora menutup

1. Anus : Ada, paten

1. Ekstremitas

Atas dan bawah : Jari-jari tangan dan kaki lengkap.

Kelembaban : Dingin

1. Sistem pernafasan

Usaha Nafas :

Tipe nafas : Pernafasan dada

Inspeksi : Terlihat adanya tarikan iga

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi : Ronchi

1. Sistem cardiovaskuler

Bunyi Jantung :–
Nadi : 148 X/ menit

Suhu : 38,5 oC

Akral : Dingin

Capilari refill : > 2 detik

1. Sistem Neurologi

Kesadaran : CM

Pupil : Ada reflek

Reflek

Moro menggenggam : Ada menggenggam

Palmer Grasp :

Roting : Lemah

Pergerakan kaki : Lemah

Pergerakan tangan : Lemah

Kejang : Berulang-ulang, lama kejang 3-5 detik

10. Sistem Gastroinstestinal

Buang Air Besar

Pola : 1 X / 2 hari

Konsistensi : Lembik

Warna : Kuning
11. Sistem Perkemihan

Pola : Ganti Pampers 3 X Sehari

Konsistensi : Cair

Warna : Kekuningan.

12. Nutrisi

Status Gizi : Kurang

BBL : 2400 Gram

Intake Enteral / Oral : 140 cc / 24 Jam

PASI :

ASI : 50 cc / 24 Jam

OGT : 15 cc / 3 jam

13. Sistem Integumen

Warna : Kuning ( ikterik )

Turgor : Kering / Keriput

14. Psikososial

Status anak : Anak kandung

Respon Orang Tua : Cemas

Hub orang tua dgn anak : Baik


1. Data Penunjang

Pemeriksaan Bilirubin tgl 15/07/2009, hasil : 7,9 mg/ dl

Glukosa : 69 mg/dl

Haemoglobin : 13,5 gr %

Erytrocit : 3,72

1. Therapi

- Inj Viccilin 100 mg / 12 Jam

- Inj Cefotaxim 100 mg / 12 Jam

- Foto Therapie continue sejak tanggal 15 Juli 2009

1. Data Fokus

DS :

- Keluarga mengtakan bayi demam selama 2 hari ini

- Keluarga mengatakan bayi tidak mau minum

- Keluarga mengatakan bayi menangisnya lemah

- Keluarga mengatakan cemas dengan keadaan bayinya.

DO :

- Keadaan Umum bayi lemah

- Sianosis
- Apnoe

- Pernafasan 68 X / Menit

- Nadi 148 X / menit

- O² Nasal Canula terpasang 0,5 – 1 L / menit

- Hypertermi, suhu 38,5 oC

- Kejang berulang, lama kejang 3-5 detik

- Ikterik, Kadar bilirubin 7,9 mg/dl

- Foto therapie sejak 15/07/2009

- Keluarga tampak gelisah dan sering bertanya tentang perkermbangan kesehatan bayinya.

Bagansiapiapi, 16 Juli 2009

PERAWAT

…………………………………..
1. ANALISA DATA

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


Data Subjektif :

1 - Keluarga mengatakan bibir bayi - Berkurangnya - Perfusi cerebral


membiru sejak tadi pagi. suplai oksigen ke otak

Data Objektif :

- Bayi tampak sianosis

Data Subjektif :

- Keluarga mengatakan bayi - Proses Invasi


2 demam sudah 2 hari bakteri didalam darah

- Peningkatan suhu
tubuh
Data Objektif :

- Hypertermi, Suhu : 38,5 ºC

- Nadi : 148 X / Menit

- Pernafasan : 68 X / menit

Data Subjektif - Defisit


pengetahuan tentang
- Keluarga mengatakan cemas penyakit
dengan keadaan bayinya.
3
- Cemas

Data Objektif :
- Keluarga tampak gelisah / cemas
dan sering bertanya tentang
perkembangan kesehatan bayinya.

Prioritas Diagnosa :

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke


otak.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi
temperature,dehidrasi, peningkatan metabolisme.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

1. INTERVENSI

NO
TUJUAN / KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
DX
1 Setelah dilakukan tindakan - Observasi Tanda Tanda Vital - Untuk mengetahui
keperawatan selama 1 x 24 keadaan Umum bayi
jam diharapkan perfusi
jaringan kembali normal,
dengan kriteria :

- Sianosis berkurang - Pantau frekwensi dan irama


jantung,perhatikan disritmia - Disritmia jantung dapat
- RR 30 – 60 x / menit terjadi sebagai akibat dari
hipoksia

- Kaji frekwensi nafas, - Peningkatan pernafasan


kedalaman dan kwalitas terjadi sebagai respon terhadap
efek-efek langsung endotoksin
pada pusat pernafasan didalam
otak.

- Mengetahui status syok


yang berlanjut

- Kaji perubahan warna kulit, - Mempertahankan perfusi


suhu, kelembaban jaringan.

- Kolaborasi dalam pemberian - Mempercepat proses


cairan parenteral penyembuhan

- Kolaborasi dalam pemberian


obat
- Suhu diatas 38ºC
menandakan proses penyakit
infeksi akut.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan, suhu tubuh - Pantau suhu pasien
dalam keadaan normal - Suhu ruangan harus
dengan kriteria : diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
- Temp : 36,5 – 37,2ºC
2
- Tidak ada kejang - Agar kebutuhan cairan
terpenuhi
- Dehidrasi berkurang - Pantau suhu ruangan

- Mengurangi demam
dengan aksi sentral pada
hipotalamus.

- Beri asupan minuman sesuai


kebutuhan dan jadwal - Dengan mengetahui
keadaan penyakit dan
perawatan yang akan dilakukan
keluarga dapat menerima segala
- Kolaborasi dalam pemberian tindakan yang diberikan.
obat-obatan

- Informasi yang jelas


akan mengurangi kecemasan
keluarga.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam, keluarga mengerti - Beri penyuluhan tentang
tentang penyakit dan penyakit dan perawatan bayinya - Komunikasi secara
perawatan yang akan terbuka dalam memecahkan
diberikan kepada bayinya masalah akan mengurangi
dengan kriteria : kecemasan.

3 - Keluarga tampak
tenang
- Hubungan yang baik
- Keluarga mengerti akan meningkatkan partisipasi
tentang penyakit bayinya. keluarga dalam merawat bayi.
- Berikan penjelasan setiap akan
dilakukan tindakan perawatan

- Diskusikan tentang keadaan


dan program2 pengobatan yang akan
dilakukan di Rumah Sakit.

- Ciptakan hubungan yang baik


dengan keluarga klien
1. IMPLEMENTASI

No
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Paraf
DX
Jumat/17.7.2009/ 10.00 - Memantau Tanda Tanda Vital :

1 Temp : 38ºC

Nadi : 148 x / menit

RR : 68 x / menit

- Mengamati perubahan warna kulit, kelembaban

- Mengatur posisi bayi sedikit lebih ekstensi


dengan mengganjal bantal dibawah bahu.

- Memantau intake dan output


Pukul 11.00 wib
Mengecek residu lambung
2
Memberi bayi minum PASI 15 cc

Mengobservasi tetesan infuse : D5 ¼ NS

- Memberikan penyuluhan / penjelasan kepada


Pukul 13.30 wib keluarga klien tentang penyakit yang diderita bayinya
dan tindakan keperawatan yang diberikan.
3
1. EVALUASI

No
Hari / Tanggal / Jam Evaluasi ( Formatif ) Paraf
DX
Jumat/17.7.2009/16.30 S : Keadaan umum bayi masih lemah

O: Sianosis berkurang, apnoe berkurang, reflek hisap

Mulai membaik,fekwensi kejang berkurang

A: Sebagian masalah sudah teratasi

P: Tindakan keperawatan dilanjutkan :

- Memberikan O², NC : 0,5 – 1 L/menit

- Mengobservasi TTV

- Pertahankan posisi ektensi

- Melanjutkan therapy hasil kolaborasi

Pukul 17.00 wib S : Keadaan Umum bayi masih lemah

2 O: Suhu : 37ºC. Nadi 148 x/menit, RR 60 x/ menit

A: Sebagian masalah sudah teratasi

P: Tindakan keperawatan dilanjutkan :

- Pemberian asupan cairan yang sesuai kebutuhan


dan jadwal

Sabtu / 18.7.2009 / 10.30 Subjektif :

3 - Keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit


anaknya

Objektif :

- Keluarga tampak tenang

- Cemas berkurang

Analisa :

- Masalah teratasi

Planning :

- Pertahankan hubungan baik antara perawat dan


keluarga klien
ASKEP SEPSIS NEONATORUM

1. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam
600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap
infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan
oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah
septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga
saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan
dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat
dibagi menjadi dua yaitu,

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

2. Epidemiologi
Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
2.3 Etiologi
Bakteria seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, Salmonella, dan Streptococcus
grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai
dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada
neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
Perdarahan
Demam yang terjadi pada ibu
Infeksi pada uterus atau plasenta
Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
Proses kelahiran yang lama dan sulit.
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil,
yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani
perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum
berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus
jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan
kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat
seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia
tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber
infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah
demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami
demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari
mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus
pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus
bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
4. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat
infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi
konginetal virus rubella, protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis.
Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses
persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau
secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi
Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari
tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta
antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh
bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan
terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara
tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa
kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan
N.gonorrea.
Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus (AsriningS.,2003)

5. Manifestasi Klinik

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi


5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan


atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan


sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang optimal,
nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari 85%,
Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value (NPV) mendekati
100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda
diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk
untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan
prognosis.

Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung
neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikro
Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang
dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk
deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.

Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai berikut:
IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF,
TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF dan
hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk memonitor
respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji
laboratorium.

7. Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian


antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,
terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,
plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

8. Askep sepsis neonatorum

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
Kriteria Hasil
Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat pada Kompres pada aksila, leher dan lipatan
aksila, leher dan lipatan paha, hindari paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
penggunaan alcohol untuk kompres. besar yang akan membantu menurunkan
demam. Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
Kolaborasi Pemberian antipiretik juga diperlukan
untuk menurunkan panas dengan segera.
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan
jika panas tidak turun.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi Kompres air hangat lebih cocok digunakan
hipertermi, dan pertimbangkan untuk pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
langkah kolaborasi dengan memberikan menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
antipiretik. secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu
lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan
panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume


bersirkulasi akibat dehidrasi

a. Kriteria Hasil

1. Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular

2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi
jaringan
b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa 1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
nadi perifer,edema, pengisian perifer,
warna, dan suhu ekstremitas)
2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan 2. mengetahui sensasi perifer,
panas/dingin kemungkinan parestesia
3. pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara
asupan dan haluaran

4. PK: Trombositopenia

a. Tujuan

Perawat akan menangandi dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi Nilai ini membantu mengevaluasi respon
dan jumlah trombosit klien terhadap pengobatan dan resiko
terhadap pendarahan akibat dari sepsis.
2. Pantau tanda tau gejala pendarahan Pemantauan secara konstan sangat
spontan atau perdarahan hebat : ptekie, dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini
ekimosis, hematoma spontan, adanya episode perdarahan
perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau tanda perdarahan sisemik atau Perubahan pada oksigen sirkulasi akan
hipovolemia, seperti peningkatan mempengaruhi fungsi jantung, vascular
frekuensi nadi, napas dan tekanan dan fungsi neurologis
darah, perubahan status neurologis
Daftar pustaka

Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-


1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html
Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallink.gif

disusun oleh Indri Diyah bersama kelompok 5A keperawatan maternitas FKP UNAIR

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka


Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di
http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/

Anda mungkin juga menyukai