REPUBLIK INDONESIA
PROMOSI KESEHATAN
DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN
DAN KEPULAUAN
Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
PROMOSI KESEHATAN
DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN
DAN KEPULAUAN
Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya, maka buku Promosi
Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
telah selesai disusun. Buku ini berisi informasi mengenai
kegiatan serta langkah-langkah promosi kesehatan yang
dapat diaplikasikan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan
Kepulauan (DPTK). Buku ini disusun sebagai salah satu upaya
dalam pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang, yang diselenggarakan berdasarkan
pemberdayaan, kemandirian, adil dan merata serta
mengutamakan perhatian pada penduduk rentan seperti
ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
PROMOSI KESEHATAN.
• Langkah-langkah Promosi Kesehatan
di Puskesmas.
• Langkah-langkah Promosi Kesehatan
di Masyarakat.5
INDONESIA MEMILIKI 33 PROVINSI YANG
MENGALAMI PERKEMBANGAN
5
LANGKAH KONKRIT TERPENTING YANG
DILAKUKAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DALAM RANGKA AKSELERASI
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DTPK
ADALAH PENGADAAN DAN PENEMPATAN
TENAGA KESEHATAN STRATEGIS.
6
7
.
SELAYANG PANDANG
5
pembangunan. Masyarakat di kawasan tersebut umumnya
miskin dan lebih berorientasi ke negara tetangga yang lebih
mudah dijangkau dan kondisinya lebih baik. Sedangkan
daerah terpencil dan sangat terpencil adalah daerah-daerah
yang oleh bupati/ walikota setempat ditetapkan sebagai
daerah yang perlu mendapat penanganan khusus akibat letak
geografisnya yang sulit dijangkau, sehingga relatif juga kurang
tersentuh oleh pembangunan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa daerah-daerah yang disebut sebagai DTPK
ini adalah daerah yang kondisinya, termasuk kondisi
kesehatan masyarakatnya, masih jauh di bawah rerata
nasional.
6
sulit dijangkau, keterbatasan prasarana dan sarana
kesehatan, serta ketersediaan dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) kesehatan. Terkait dengan itu, maka upaya
mendasar yang dilakukan adalah peningkatan infrastruktur
kesehatan antara lain berupa pembangunan dan pengadaan
prasarana dan sarana kesehatan, pengadaan dan
penempatan tenaga kesehatan strategis yang terlatih,
pemberdayaan masyarakat, serta dukungan pendanaan yang
memadai. Masalah kesehatan masyarakat di DTPK pada
hakikatnya merupakan masalah semua komponen atau
pemangku kepentingan pembangunan, sehingga harus
menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya, pengembangan pelayanan kesehatan
tersebut dilakukan secara bertahap, terpadu dan
berkesinambungan, melalui koordinasi lintas program dan
lintas sektor.
8
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
0
.
PROMOSI KESEHATAN
DI DAERAH TERTINGGAL,
PERBATASAN DAN KEPULAUAN
PENGERTIAN Sebagaimana disebutkan di atas,
PROMOSI ujung tombak dari percepatan
KESEHATAN pembangunan kesehatan di DTPK
adalah Puskesmas, dan salah satu
dari upaya kesehatan wajib
Puskesmas yang harus
ditingkatkan kinerjanya adalah
promosi kesehatan. Sebagaimana
tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, promosi
kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan
masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
SASARAN PRIMER
SASARAN TERSIER
6
STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
MASYARAKAT
ADVOKASI PERILAKU
MENCEGAH
DAN
KEMITRAAN PEMBERDAYAAN MENGATASI
MASALAH
KESEHATAN
BINA
SUASANA
7
PEMBERDAYAAN
8
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan
berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang
seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk
itu, sejumlah individu dan keluarga yang telah mau, dihimpun
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan
kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih
juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah
atau dari dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi
promosi kesehatan dengan program kesehatan yang
didukungnya dan program-program sektor lain yang berkaitan.
Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program
kesehatan dan program lain sebagai bantuan, hendaknya
disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu
hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana
individu, (b) bina suasana kelompok, dan (c) bina suasana publik.
KEMITRAAN
KESETARAAN
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat
hirarkhis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima
bahwa masingmasing berada dalam kedudukan yang sama
(berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat
dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan
hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian
dibentuk struktur hirarkhis (misalnya sebuah tim), adalah
karena kesepakatan.
ADVOKASI ADALAH UPAYA ATAU PROSES YANG STRATEGIS DAN
TERENCANA UNTUK MENDAPATKAN KOMITMEN DAN DUKUNGAN
DARI PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT (STAKEHOLDERS).
PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT INI BERUPA TOKOH-TOKOH
MASYARAKAT (FORMAL DAN INFORMAL) YANG UMUMNYA
BERPERAN SEBAGAI NARASUMBER (OPINION LEADER), ATAU
PENENTU KEBIJAKAN (NORMA) ATAU PENYANDANG DANA.
5
KETERBUKAAN
Oleh karena itu, di dalam setiap langkah
diperlukan adanya kejujuran dari masing-
masing pihak. Setiap usul/saran/komentar
harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutuptutupi sesuatu. Pada
awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan
diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”.
Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya
solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
SALING MENGUNTUNGKAN
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang didapat oleh semua
pihak yang terlibat. PHBS dan kegiatan-
kegiatan kesehatan dengan demikian harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya
(baik langsung maupun tidak langsung) bagi
semua pihak yang terkait.
Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.
6
PELAKSANA PROMOSI KESEHATAN
0
PETUGAS KHUSUS
PROMOSI KESEHATAN
MUSYAWARAH KERJA
PELAKSANAAN KEGIATAN
50
Pemberdayaan
Pemberdayaan dilaksanakan oleh para petugas
kesehatan yang melayani pasien/pengunjung
(dokter kecil, perawat, bidan, laboran, penata
rontgen, apoteker, dan lain-lain).
Pemberdayaan dilaksanakan di berbagai
kesempatan, terintegrasi dalam pelayanan
masing-masing petugas kesehatan kepada
pasien/ pengunjung.
Bina Suasana
Bina suasana di Puskesmas selain dilakukan oleh
fasilitator, juga oleh pemuka/tokoh yang
diundang untuk menyampaikan pesan-pesan.
Para pemuka/ tokoh berperan sebagai
motivator/kelompok pendorong (pressure
group) dan juga panutan dalam mempraktikkan
PHBS di Puskesmas.
5
televisi dan internet; serta (2) advokasi secara
berjenjang dari dari tingkat provinsi ke tingkat
kabupaten/kota dan dari tingkat kabupaten/kota ke
kecamatan.
• DATA KESEHATAN :
- Jumlah kejadian sakit akibat berbagai penyakit (Diare,
Malaria, ISPA, Kecacingan, Pneumonia, TB, penyakit
Jantung, Hipertensi, dan penyakit lain yang umum
dijumpai di Puskesmas).
- Jumlah kematian (kematian ibu, kematian bayi, dan
kematian balita).
- Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui,
bayi baru lahir dan balita.
5
- Cakupan upaya kesehatan (cakupan pemeriksaan
kehamilan, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
cakupan Posyandu, imunisasi dasar lengkap, sarana air
bersih dan jamban).
- Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang tersedia (
Poskesdes, Puskesmas Pembantu, klinik ).
- Jumlah dan jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang ada seperti Posyandu,
kelompok pemakai air, kelompok arisan jamban,
tabulin, dasolin.
- Jumlah kader kesehatan/kader PKK, ormas/LSM yang
ada.
MUSYAWARAH DESA/KELURAHAN
56
• Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau
kelurahan untuk mendukung pengembangan kesehatan
masyarakat desa/kelurahan.
• Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya
Forum Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di mana
para pemuka masyarakat desa/kelurahan berkumpul secara
rutin untuk membahas perkembangan dan pengembangan
kesehatan masyarakat desa/kelurahan.
• Dari segi PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan
untuk menjadikan masyarakat desa/kelurahan menyadari
adanya sejumlah perilaku yang menyebabkan terjadinya
berbagai masalah kesehatan yang saat ini dan yang
mungkin (potensial) mereka hadapi.
PERENCANAAN PARTISIPATIF
58
57
PELAKSANAAN KEGIATAN
60
Pemberdayaan
62
termotivasi untuk mendorong
anggotaanggotanya agar mempraktikkan PHBS.
64
sepenuhnya digantikan oleh kaderkader kesehatan, dengan
supervisi dari Puskesmas.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan kesehatan
masyarakat desa/kelurahan, sudah berjalan baik dan rutin serta
terintegrasi dalam proses perencanaan pembangunan desa atau
kelurahan dan mekanisme Musrenbang. Kemitraan dan
dukungan sumber daya serta sarana dari pihak di luar
pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga.
6
6
5.
PENUTUP
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
DTPK sangat bergantung pada peran aktif petugas kesehatan
di Puskesmas sebagai koordinator sekaligus motivator
pemberdayaan masyarakat di DTPK. Hal ini didasari oleh
adanya kenyataan bahwa pada umumnya masalah-masalah
kesehatan sangat berkaitan dengan aspek perilaku. Oleh
karena itu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di DTPK diperlukan upaya perubahan perilaku masyarakat
secara terencana dan berkesinambungan melalui
penyelenggaraan Promosi Kesehatan di DTPK.
6
LAMPIRAN
DI DAERAH TERTINGGAL
65
72
PEMBINAAN PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT DI RUMAH TANGGA
PENDATAAN
• Mendata dan mencatat jumlah ibu hamil termasuk ibu
hamil yang mempunyai risiko pada kehamilannya.
• Mendata jumlah ibu bersalin dan nifas.
• Mendata jumlah ibu yang mempunyai bayi dan balita.
• Menganalisis data cakupan program kesehatan ibu dan
merumuskan permasalahan yang menyangkut kesehatan
ibu.
• Stikerisasi P4K.
74
Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat diketahui
permasalahan kesehatan ibu yang dihadapi untuk setiap
desa guna dibahas dalam musyawarah desa.
PENYEBARLUASAN INFORMASI
Materi penyuluhan tentang:
• Tanda dan bahaya kehamilan.
• Pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin kepada
Bidan Poskesdes minimal 4 kali selama hamil.
• Pendampingan suami dalam pemeriksaan dan
persalinan.
• Tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas antara lain
perdarahan lewat jalan lahir, demam, wajah, tangan atau
kaki bengkak, nyeri/panas di daerah tungkai, payudara
bengkak,
berwarna kemerahan, sakit dan lain- lain.
• Inisiasi Menyusu Dini.
• Cara merawat bayi baru lahir dan cara menyusui yang
benar serta cara menyimpan ASI khususnya bagi ibu bayi
yang bekerja
• Pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia 0- 6 bulan, yaitu
bayi hanya diberikan ASI saja sebagai makanan dan
minuman utama.
76
agar menyiapkan persalinan seperti mencatat perkiraan
persalinan, bidan yang akan menolong persalinan,
golongan darah ibu hamil dan calon pendonor darah yang
selanjutnya akan dicatat pada Stiker P4K.
• Penerapan P4K.
• Penggerakan Kelas Ibu hamil yang telah ada di
Puskesmas .
• Mendorong masyarakat membentuk upaya kesehatan
berbasis masyarakat, seperti Kelompok Sayang Ibu,
Tabungan ibu bersalin (Tabulin), dana sosial ibu
bersalin (Dasolin) Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
meningkatkan opersionalisasi Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Gerakan Sayang Ibu dan Bayi, Donor
Darah di Desa, Pos Obat Desa, Taman Obat Keluarga
dan lainnya.
• Mendorong masyarakat untuk menyediakan ambulan
desa sesuai dengan karakteristik transportasi daerah.
PEMBINAAN
• Melakukan orientasi dan pelatihan kader dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu.
• Membina kader dalam membuat pencatatan dan
melaporkan ibu hamil di setiap desa/kelurahan
melalui Dasawisma.
• Membahas permasalahan kesehatan ibu secara rutin
dalam forum desa (MMD).
• Pemantauan dan evaluasi penerapan P4K.
• Menyelenggarakan lomba-lomba yang menyangkut
kesehatan ibu, seperti lomba Kesehatan Ibu hamil,
lomba Desa Sayang Ibu dan lain-lain.
78
7
PEMBINAAN KESEHATAN ANAK
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas
kesehatan di bidang kesehatan anak:
PENDATAAN
• Jumlah bayi baru lahir, bayi, dan balita di tahun berjalan.
• Jumlah kelompok sasaran yang perlu diimunisasi di tahun berjalan.
• Jumlah cakupan Posyandu : jumlah balita yang ditimbang, cakupan
imunisasi, Kapsul Vitamin A dan status gizi balita.
• Jumlah kematian bayi dan penyebabnya di tahun berjalan.
• Jumlah kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di tahun berjalan.
• Jumlah kasus gizi buruk di tahun berjalan.
7
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
• Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada
saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat
warga berkunjung ke Puskesmas.
• Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan
desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah
jumat, khotbah minggu, kunjungan Posyandu,
pertemuan PKK, pertemuan Karang Taruna.
• Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya
pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film,
ceramah umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan
massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media
massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat
keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai
desa, Posyandu, Poskesdes, Puskesmas, dan lain-lain).
PEMBINAAN
• Menyelenggarakan pelatihan bagi kader-kader
posyandu.
• Memfasilitasi pertemuan rutin Forum Peduli KIA.
• Peningkatan kerja sama lintas program dan sektoral di
bidang kesehatan anak.
• Monitoring dan evaluasi secara rutin.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga,
tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan
tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
7
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
BERBAGAI JENIS PENYAKIT DAN MASALAH
KESEHATAN
DIARE
PENDATAAN
• Mengetahui data kesehatan yang ada di wilayah kerja
petugas kesehatan. Data ini dapat diperoleh dengan cara
melakukan kegiatan pemantauan dan pencatatan kasus
Diare. Data yang dimaksud yaitu:
• Data kasus Diare dan kasus dehidrasi berat di tahun berjalan
dan berdasarkan kelompok umur.
• Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang ada.
• Jumlah KK yang telah dan belum memiliki sarana air bersih
dan jamban.
• Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang
memenuhi syarat.
• Perilaku masyarakat terkait sanitasi dasar dan hygiene
perorangan, terutama yang menyangkut kebiasaan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS), memasak air minum atau
menyediakan makanan dan minuman di rumah tangga.
75
86
77
PEMETAAN
Melakukan pemetaan wilayah potensial KLB Diare, kemudian
disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil
pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa (MMD),
termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan
kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah/limbah dan lain-lain) melalui berbagai
sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat
maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah,
serta cara menanggulangi Diare, termasuk didalamnya cara
mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), cara
mengobati dehidrasi, cara pemberian makanan bagi penderita
Diare, serta informasi rujukan bagi penderita Diare.
88
PEMBERDAYAAN DAN PENGGERAKAN
MASYARAKAT • Mengajak masyarakat untuk
melakukan PHBS.
• Gerakan masyarakat untuk kesehatan lingkungan.
• Gerakan cuci tangan di tatanan rumah tangga dan
tatanan sekolah.
• Melakukan Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM), misalnya dengan cara arisan jamban bila di
wilayah tersebut banyak masyarakat yang belum
memiliki jamban atau membentuk Kelompok
Pemakai Air ( Pokmair) bila di wilayah tersebut sulit
air bersih.
• Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
Untuk menyampaikan pesan-pesan ke teman sebaya
dan orang tuanya.
• Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama
mencegah dan menanggulangi Diare.
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk
membahas permasalahan kesehatan terkait Diare.
• Membina kader untuk melakukan pemantauan di
setiap wilayah, terutama di wilayah potensial KLB
Diare.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah
tangga dan tatanan sekolah dengan berkoordinasi
dengan pihakpihak terkait.
90
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )
PENDATAAN
• Data kasus ISPA di tahun berjalan.
• Status imunisasi dan gizi anak.
• Lingkungan yang dapat memicu kejadian kasus ISPA.
• Jumlah rumah yang memenuhi kriteria Rumah Sehat.
• Perilaku masyarakat terkait kebiasaan merokok di dalam
rumah, memasak dalam ruang yang sama untuk tidur.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian ISPA,
kemudian disandingkan dengan data –data yang ada. Data dan
hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa
(MMD), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi
pemenuhan kriteria Rumah Sehat melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun
bantuan stimulan/dana bergulir.
92
PENYEBARLUASAN INFORMASI KESEHATAN
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara
mencegah, serta cara menanggulangi ISPA,
termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan
cairan tubuh (dehidrasi), cara mengobati dehidrasi,
cara pemberian makanan bagi penderita ISPA, serta
informasi rujukan bagi penderita ISPA.
8
gotong-royong membersihkan lingkungan.
• Gerakan untuk mensukseskan program
imunisasi, baik di tatanan rumah tangga
maupun di tatanan sekolah.
• Gerakan peningkatan gizi seimbang di tatanan
rumah tangga dan tatanan sekolah.
• Mengajak masyarakat untuk membuang
kebiasaan yang buruk, misalnya kebiasaan
membuang ludah sembarangan dan tidak
menutup mulut ketika bersin, terutama ketika
berada di tempat umum.
• Mengaktifkan Posyandu dan Poskesdes.
• Menjadikan anak sekolah sebagai agent of
change.
• Melakukan mobilisasi massa untuk
bersamasama mencegah dan menanggulangi
ISPA.
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader
untuk membahas permasalahan kesehatan
terkait ISPA.
• Membina kader untuk melakukan
pemantauan
di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial
kejadian ISPA.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan
rumah tangga, tatanan sekolah dan tatanan
tempattempat umum dengan berkoordinasi
dengan pihak-pihak terkait.
8
PENYAKIT GIGI DAN MULUT
Penyakit gigi dan mulut antara lain karang gigi, karies gigi, dan
radang gusi.
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas
kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit gigi
dan mulut:
PENDATAAN
• Data kasus penyakit gigi dan mulut di tahun berjalan.
• Jumlah dan jenis sarana air bersih.
• Perilaku masyarakat terkait kebiasaan makan makanan
manis.
• Perilaku masyarakat terkait kebiasaan menggosok gigi.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian penyakit gigi
dan mulut, kemudian disandingkan dengan data-data yang
ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan
masyarakat desa (MMD), termasuk mengupayakan
bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan fasilitas air bersih melalui
berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya
masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk
membahas permasalahan kesehatan terkait penyakit gigi
dan mulut.
• Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap
wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian penyakit
gigi dan mulut.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga dan
tatanan sekolah dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
86
MALARIA
PENDATAAN
• Data kasus Malaria di tahun berjalan (penemuan kasus).
• Screening Malaria pada ibu hamil.
• Status ANC.
• Tempat potensial perindukan nyamuk.
• Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
• Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk
penular Malaria, dalam hal ini penggunaan kelambu atau
repellant di masyarakat.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular Malaria,
kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan
hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah
desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi
pengadaan kelambu atau repellant melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun
bantuan stimulan/dana bergulir.
87
88
PENYEBARLUASAN INFORMASI KESEHATAN
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala,
cara mencegah, serta cara menanggulangi
Malaria, termasuk didalamnya informasi rujukan
bagi penderita Malaria.
PEMBINAAN
PENDATAAN
• Data kasus DBD di tahun berjalan.
• Tempat potensial perindukan nyamuk.
• Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
• Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk
penular DBD, dalam hal ini penggunaan obat anti
nyamuk/repellant.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular DBD,
kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan
hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah
desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pengadaan obat
anti nyamuk atau repellant melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun
bantuan stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara
mencegah, serta cara menanggulangi DBD, termasuk
didalamnya mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
serta informasi rujukan bagi penderita DBD.
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
• Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada
saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga
berkunjung ke Puskesmas.
• Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa,
forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat,
khotbah minggu, kunjungan Posyandu, pertemuan PKK,
pertemuan Karang Taruna.
• Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya
pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah
umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan massa juga
dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti
poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang
sesuai dengan kelompok sasaran ( balai desa, Posyandu,
Poskesdes, Puskesmas dan lain-lain ).
CACINGAN
PENDATAAN
• Data kasus Cacingan di tahun berjalan.
• Ketersediaan air bersih dan jamban keluarga (MCK).
• Perilaku berisiko masyarakat terhadap penularan Cacingan.
• Pemeriksaan tinja rutin pada anak sekolah.
• Pemberian obat cacing pada anak sekolah.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan daerah endemis Cacingan, kemudian
disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil
pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah desa,
termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi kegiatan
pencegahan dan
5
pengobatan Cacingan melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat
maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala,
cara mencegah, serta cara menanggulangi
Cacingan, termasuk didalamnya mengenai
informasi rujukan bagi penderita Cacingan.
6
PEMBERDAYAAN DAN PENGGERAKAN
MASYARAKAT
• Mengajak masyarakat untuk melakukan
PHBS.
• Arisan jamban bila di wilayah tersebut
banyak masyarakat yang belum memiliki
jamban.
• Pembentukan Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), bila di wilayah tersebut sulit air
bersih.
• Gerakan cuci tangan di tatanan rumah tangga
dan tatanan sekolah.
• Menjadikan anak sekolah sebagai agent of
change.
• Mengaktifkan Posyandu dan Poskesdes.
• Melakukan mobilisasi massa untuk
bersamasama mencegah dan menanggulangi
Cacingan.
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader
untuk membahas permasalahan kesehatan
terkait Cacingan.
• Membina kader untuk melakukan
pemantauan
di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial
kejadian Cacingan.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan
rumah tangga dan tatanan sekolah dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
7
KAKI GAJAH (FILARIASIS)
PENDATAAN
• Data kasus kronis Filariasis di tahun berjalan.
• Tempat potensial perindukan nyamuk.
• Penemuan kasus kronis Filariasis.
• Pelaksanaan pemberian obat massal pencegahan (POMP)
Filariasis.
• Penatalaksanaan kasus klinis Filariasis sesuai prosedur/SOP.
• Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
• Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular
Filariasis, dalam hal ini penggunaan kelambu.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan daerah endemis Filariasis dengan
survey darah jari atau dengan RDT, kemudian disandingkan
dengan datadata yang ada. Data dan hasil pemetaan ini
dibahas pada pertemuan musyawarah desa, termasuk
mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi kegiatan pencegahan
dan pengobatan Filariasis melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun
bantuan stimulan/dana bergulir.
8
PENYEBARLUASAN INFORMASI KESEHATAN
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara
mencegah, serta cara menanggulangi Filariasis, termasuk
didalamnya mengenai POMP Filariasis serta informasi
rujukan bagi penderita Filariasis.
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader
untuk membahas permasalahan kesehatan
terkait
Filariasis.
• Membina kader untuk melakukan
pemantauan
di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial
kejadian Filariasis.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan
rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan
tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja,
dan tatanan institusi kesehatan dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
00
FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
PENDATAAN
• Data kasus Flu Burung pada manusia dan unggas, terutama
di tahun berjalan.
• Perilaku berisiko masyarakat terhadap penularan Flu
Burung.
• Melakukan tata laksana kasus Flu Burung sesuai
prosedur/SOP.
PEMETAAN
Melakukan pemetaan daerah endemis Flu Burung pada
manusia dan unggas serta pemetaan kelompok berisiko
tinggi, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada.
Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan
musyawarah desa, termasuk mengupayakan
bantuan/fasilitasi bagi kegiatan pencegahan dan pengobatan
Flu Burung melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang
bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan
stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah,
serta cara menanggulangi Flu Burung, termasuk didalamnya
mengenai penggunaan desinfektan dan pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD)
0
0
ketika mengolah hasil unggas serta informasi rujukan bagi
penderita Flu Burung.
PENDATAAN
• Data kasus HIV dan AIDS, terutama di tahun berjalan.
• Data jumlah pengguna narkoba suntik di wilayah potensial
kejadian HIV dan AIDS (kelompok berisiko tinggi).
• Data jumlah pekerja seks komersial di wilayah potensial
kejadian HIV dan AIDS (kelompok berisiko tinggi).
• Perilaku berisiko masyarakat di wilayah potensial kejadian
HIV dan AIDS.
0
05
PEMETAAN
Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian HIV
dan AIDS serta pemetaan kelompok berisiko tinggi,
kemudian disandingkan dengan data-data yang ada.
Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan
rembug desa (MMD), termasuk mengupayakan
bantuan/fasilitasi bagi kegiatan pencegahan dan
pengobatan HIV dan AIDS melalui berbagai sumber
pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat
maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara
mencegah, serta cara menanggulangi HIV dan AIDS,
termasuk didalamnya mengenai penggunaan jarum
suntik yang steril dan kondom bagi kelompok berisiko
tinggi serta informasi rujukan bagi penderita HIV dan
AIDS.
06
massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media
massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat
keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai
desa, Posyandu, Poskesdes, Puskesmas, dan lain-lain).
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk
membahas permasalahan kesehatan terkait HIV dan AIDS.
• Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap
wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian HIV dan
AIDS.
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga,
tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-
tempat umum, dan tatanan institusi kesehatan dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
07
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PENDATAAN
Mengetahui data kesehatan lingkungan yang ada di DTPK. Data
ini dapat diperoleh dengan cara melakukan kegiatan Inspeksi
Sanitasi atau pemantauan dan pencatatan kondisi sarana air
bersih dan sanitasi, termasuk lingkungan sekitar rumah. Data
yang dimaksud yaitu:
• Data jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang ada
di wilayahnya.
• Jumlah KK yang telah dan yang belum memiliki sarana air
bersih dan jamban.
• Jumlah sarana air bersih dan jamban yang telah memenuhi
syarat kesehatan.
• Pendataan keluarga yang belum memiliki sarana air bersih
dan jamban.
• Sumber-sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh
warga.
• Perilaku masyarakat terkait sanitasi dasar dan hygiene
perorangan.
08
0
PEMETAAN
Melakukan pemetaan terhadap sebaran KK
yang telah memiliki sarana air bersih dan
jamban, termasuk keberadaan fasilitas umum
MCK. Data dan hasil pemetaan serta masalah
sarana sanitasi dasar ini dibahas pada
pertemuan rembug desa (MMD), termasuk
mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi
pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar
(air bersih, jamban, pembuangan
sampah/limbah dan lain-lain) melalui berbagai
sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya
masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.
0
maupun pada saat warga berkunjung ke
Puskesmas.
• Penyuluhan kelompok, seperti pada saat
pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah
minggu, kunjungan Posyandu, pertemuan
PKK, pertemuan Karang Taruna.
• Penyuluhan massa, pada saat digelarnya
pesta rakyat, kesenian tradisional,
pemutaran film, ceramah umum. Selain itu,
penyuluhan massa juga dapat dilakukan
melalui pemasangan media massa seperti
poster dan spanduk di tempattempat
keramaian yang sesuai dengan kelompok
sasaran (balai desa, Posyandu, Poskesdes,
Puskesmas dan lain-lain).
PEMBINAAN
• Melakukan pertemuan rutin dengan para kader kesehatan
lingkungan untuk membahas berbagai masalah kesling
yang dijumpai.
• Melibatkan para kader dalam kegiatan SMD, MMD,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi intervensi kesling.
• Memotivasi kader kesling untuk senantiasa mendukung
upaya penyuluhan kesehatan, penggerakan masyarakat
dan pengembangan UKBM.
• Menyampaikan berbagai informasi baru terkait program
kesehatan lingkungan.
• Membahas perilaku yang akan diubah, metode
penyuluhan yang akan diterapkan dan media promkes
yang akan digunakan.
• Melakukan kunjungan rumah, inspeksi santasi,
pemantauan, supervisi dan kunjungan lapangan bersama
para kader.
• Melakukan pembinaan kesehatan lingkungan di tatanan
rumah tangga, tatanan sekolah, tempat-tempat umum,
institusi kesehatan, tempat kerja.
PENGARAH
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
TIM PENYUSUN
KONTRIBUTOR
Dr. Bambang Hartono, SKM
5
KEMENTERIAN KESEHATAN RI Lantai 10 Gedung Prof. Dr. Sujudi
PUSAT PROMOSI KESEHATAN JL. HR Rasuna Said Blok X5 Kav.4-9
Jakarta, 12950