Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH RESIKO BUNUH DIRI

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 10
Sri Wahyuni Lubis 1914301074
M. Alfan Alkausar 1914301076
Rara Suci Ariati 1914301077
Evitha Adhe Rahma Efendi 1914301079
Novita Aji Rahayu 1914301080
Sri Wahyuni Lubis 1914301074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Makalah ini yang berjudul “Resiko Bunuh Diri.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, serta teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 23 Agustus 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan: bunuh
diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja, banyak factor
yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan timbulnya keinginan
untuk bunuh diri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban yang dirasa berat.
Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat
miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan,
semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua
kali lebih besar daripada mereka yang menikah. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri
yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena
mereka menggunakan metode-metode yang lebih letal (mematikan). (Roy, 200) dalam.

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada sebagai berikut ;
a. Apa itu bunuh diri?
b. Apa yang menjadi penyebab bunuh diri?
c. Apa motif yang mendasari klien bunuh diri?
d. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri?
e. Bagaimana tanda dan gejala pada klien tersebut?
f. Bagaimana penatalaksaan dalam kasus tersebut?
g. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Resiko Bunuh Diri?

1.3         Tujuan
Mampu menerapkanasuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Menurut Beck (1994) mengemukakan
rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif. Bunuh diri adalah
setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart,
2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004.)

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga
menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian.

2.2 Rentang Respon
Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk taking destruktive
behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya :  Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara
umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.: Individu yang tidak berhasil memecahkan
masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan
koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa
gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri
c. Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari
keadaan depresi berat
d. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
e. Mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

2.3  Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)


a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.                         
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
l. Umur 15-40 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.

2.4  Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri
adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana
spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi
menjadi 4 kategori :

a. Isyarat Bunuh Diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau”
segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

b.  Ancaman bunuh diri


Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan  seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman
bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri.

c. Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh
diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri
dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut
mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.

d. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
ASKEP RESIKO BUNUH DIRI

I.       Contoh Kasus

Tn. R berusia 36 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Aksara. Status


menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah,
akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
termasuk salah satunya Tn. R. Akibatnya kondisi keuangan Tn. R memburuk, sehingga
membuat istrinya meminta cerai karena Tn. R tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada
istrinya. Dan Tn. R pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri.

a. Pengkajian

1.  Identitas Klien


Nama Lengkap            : Tn. R
Usia                             : 36 tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Status                          : Kawin
Alamat                        : Sumatera Utara, Medan

2.  Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi
rumah pasien

3.  Faktor Predisposisi


Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh
perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga
yang juga mengalami gangguan jiwa.

4. Faktor Presipitasi

Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
1.      Resiko bunuh diri
2.      Risiko perilaku kekerasan
3.      Harga diri rendah

5.      Fisik

Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 55 Kg
dan TB 165 cm.

II.        Catatan perawatan dan perkembangan

N TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O KEPERAWATAN
1.      Tanda dan gejala S :
1. Keputusasaan Klien mengatakan sudah mencoba
1. 15/11/2017 Resiko Bunuh 2. Celaan terhadap belajar berkenalan namun masih enggan
Pkl.10.00 Diri diri sendiri, untuk dilakukan
WIB. perasaan gagal dan
tidak berguna O:
3. Alam perasaan Klien aktif dan memperhatikan selama
depresi latihan berkenalan dengan perawat
4. Agitasi dan
gelisah Dalam resiko bunuh diri :
5. Insomnia yang
menetap 1.     1.  Perilaku bunuh diri
6. Penurunan BB DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin
7. Berbicara mati saja, tak ada gunanya hidup.
lamban, keletihan, DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide
menarik diri dari bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
lingkungan sosial. 2.     2.  Koping maladaptif
8. Petunjuk DS: menyatakan putus asa dan tak
psikiatrik berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
a. Upaya bunuh diri DO: nampak sedih, mudah marah,
sebelumnya gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan A:
penyalahgunaan Klien sudah tahu cara berkenalan dengan
obat menyebutkan nama,asal,hobi
d. Kelaianan
tindakan dan P:
depresi mental pada Lanjutkan berkenalan dengan orang lain.
remaja
e. Dimensia dini/
status kekacauan
mental pada lansia
f. Riwayat
psikososial
1. Baru berpisah,
bercerai/ kehilangan
2. Hidup sendiri
3. Tidak bekerja,
perbahan/
kehilangan
pekerjaan baru
dialami

4. Faktor-faktor
kepribadian
a. Implisit, agresif,
rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif
dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e.Batasan/gangguan
kepribadian
antisocia

2.      Tind.
Keperawatan :

a.       Pada Pasien :
1)      Sp I Pasien
1.      Membina
hubungan saling
percaya dengan
klien
2.      Mengidentifikasi
benda-benda yang
dapat
membahayakan
pasien
3.      Mengamankan
benda-benda yang
dapat
membahayakan
pasien.
4.      Melakukan
kontrak treatment
5.      Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri

2)      Sp II Pasien

1.      Mengidentisifikasi
aspek positif pasien
2.      Mendorong pasien
untuk berfikir
positif terhadap diri
sendiri
3.      Mendorong pasien
untuk menghargai
diri sebagai individu
yang berharga

3)      Sp III Pasien


1.      Mengidentisifikasi
pola koping yang
biasa diterapkan
pasien
2.      Menilai pola
koping yng biasa
dilakukan
3.      Mengidentifikasi
pola koping yang
konstruktif
4.      Mendorong pasien
memilih pola
koping yang
konstruktif
5.      Menganjurkan
pasien menerapkan
pola koping
konstruktif dalam
kegiatan harian

4)      Sp IV Pasien
1.      Membuat rencana
masa depan yang
realistis bersama
pasien
2.      Mengidentifikasi
cara mencapai
rencana masa depan
yang realistis
3.      Memberi
dorongan pasien
melakukan kehiatan
dalam rangka
meraih masa depan
yang realistis

SP 1 Keluaga
1.      Mendiskusikan
massalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat
pasien
2.      Menjelaskan
pengertia, tanda dan
gejala resiko bunuh
diri, dan jenis
prilaku yang di
alami pasien beserta
proses terjadinya
3.      Menjelaskan cara-
cara merawat pasien
resiko bunuh diri
yang dialami pasien
beserta proses
terjadinya.

SP II Keluarga
1.      Melatih keluarga
mempraktekan cara
merawat pasien
dengan resiko
bunuh diri
2.      Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
resiko bunuh diri.

SP III Keluarga
1.      Membantu
keluarga membuat
jadual aktivitas
dirumah termasuk
minum obat\
2.      Mendiskusikan
sumber rujukan
yang bias dijangkau
oleh keluarga

BAB III

PENUTUP
3.1    Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh diri egoistic, Bunuh
diri altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistic
Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri,yaitu :
1.      Etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur :
2.      Faktor determinan, meliputi : Kebudayaan, Jenis kelamin,Umur, Status sosial.
Asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri Pengkajian,Diagnosa
keperawatan, Perencanaan, Tindakan keperawatan, Evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri,  Edisi I. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book.( Fitria, Nita (2009)

Anda mungkin juga menyukai