DOSEN PENGAMPU :
Anita Puri, S.Kp.,MM.
DISUSUN OLEH:
Kelompok 12
Feni Meliani 1914301085
Riska Amilia 1914301075
Aldo Angga P 1914301086
Ayu Wandira 1914301101
KELAS:
STr TINGKAT 3 REGULER 2
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pada mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
Makalah ini yang berjudul “Menumbuhkan Semangat Anti Korupsi & Tindak
Pidana Korupsi”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami Ibu Anita Puri,
S.Kp.,MM. serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun supaya makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ....................................................................................................................3
2.2 Meningkatkan Kesadaran Untuk Berperilaku Anti Koruptif ......................................4
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah
jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi. Hukum di suatu negara adalah
diperuntukkan untuk melindungi warganegara dari segala ketidak nyamanan
warga negaranya. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia
bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh tumpah darah Indonesia seperti yang tercantum dalam Alinea 4
(empat) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelaksanaan pembangunan nasional menjadi terganggu dengan semakin
merajalelanya korupsi yang terjadi di seluruh aspek lapisan masyarakat dalam
segala bidang yang lambat laun telah menggerogoti hasil pembangunan yang telah
dicapai karena korupsi telah banyak menyebabkan kerugian keuangan negara dan
perekonomian negara.
Korupsi adalah suatu alat pemenuhan kebutuhan bagi kelompok penjahat
terorganisasi dalam melakukan kegiatannya. Selanjutnya, dalam konferensi PBB
Ke-10 dinyatakan bahwa kelompok penjahat terorganisasi yang melakukan
korupsi, kemungkinan dalam bentuk pemerasan, penyuapan atau sumbangan
secara illegal terhadap kampanye politik supaya mendapatkan pembagian
keuntungan. Tindak pidana korupsi biasanya merupakan bentuk kejahatan yang
dilakukan secara sistematis dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalamtatanan
sosial masyarakat.
Oleh karena itu kejahatan ini sering disebut Whitecollar crime atau kejahatan
kerah putih. Dalam praktiknya, korupsi yang telah sedemikian rupa tertata dengan
rapi modus kejahatan dan kualitasnya, menjadikan korupsi ini sulit diungkap.
Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi, maka pemberantasannya harus
dengan cara yang luar biasa melalui keseimbangan langkah-langkah yang tegas
1
dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat, khususnya
pemerintah dan aparat penegak hukum.
1.3 Tujuan
1. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang Menumbuhkan semangat anti
korupsi & Tindak pidana korupsi ?
2. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang Membangun sikap anti korupsi
3. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang Tindak pidana korupsi dalam
perundang-undangan ?
4. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang Lembaga penegak hukum
pemberantasan ?
5. Mahasiwa mampu menjelaskan tentang Pencegahan korupsi?
.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Korupsi berasal dari Bahasa Latin, corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata
kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau
menyogok. Menurut Andi Hamzah dalam bukunya “Pemberantasan Korupsi,”
dari Bahasa Latin itulah kemudian turun ke banyak bahasa di Eropa, seperti
Bahasa Inggris yaitu corruption, corrupt; Bahasa Prancis yaitu corruption; dan
Bahasa Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah, kata itu
turun ke Bahasa Indonesia, korupsi (KPK RI, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri
atau mengutamakan kepentingan pribadi. Tindakan korupsi dapat merugikan
banyak pihak, baik masyarakat maupun negara. Oleh karena itu, korupsi harus
diberantas. Agar kita terhindar dari tindakan korupsi, baiknya kita mengetahui
jenis-jenis tindak pidana korupsi. Seperti yang tercantum pada UU Nomor 31
Tahun 1999, terdapat 30 bentuk/jenis korupsi yang tersebar dalam 13 pasal.
Ketiga puluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis korupsi. Secara lengkap, ketujuh
kategori/jenis tindak pidana korupsi tersebut adalah:
Merugikan keuangan negara;
Suap-menyuap;
Penggelapan dalam jabatan;
Pemerasan;
Perbuatan curang;
Benturan kepentingan dalam pengadaan;
Gratifikasi.
3
2.2 Meningkatkan Kesadaran Untuk Berperilaku Anti Koruptif
Berlandaskan Sembilan Nilai Anti Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa
Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption
dan dalam bahasa Belanda disebut dengan coruptie. Dan dari bahasa Belanda
itulah lahir dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata korupsi.1
Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya).2 Korupsi adalah perbuatan yang buruk
(seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Berani adalah hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya dan kesulitan.
Berani berarti tidak takut atau gentar. Peduli adalah sikap dan tindakan
memperhatikan dan menghiraukan orang lain, masyarakat yang membutuhkan,
dan lingkungan sekitar. Arti nilai kerja keras yaitu sungguh-sungguh berusaha
ketika menyelesaikan berbagai tugas atau amanah dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Kerja keras berarti pantang menyerah dan terus berjuang. Mandiri
adalah dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada orang lain,
juga berarti mampu menyelesaikan, mencari, dan menemukan solusi atas masalah
5
yang dihadapi. Sederhana adalah bersahaja. Sederhana berarti menggunakan
sesuatu secukupnya dan tidak berlebihan.
Sebagai pribadi dan sebagai ASN, kita harus mempunyai sembilan nilai
anti korupsi dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita turut ambil peranan dan andil dalam menegakkan anti korupsi. Sekecil
apapun yang dapat kita lakukan, lakukankan yang terbaik untuk negeri kita
tercinta Indonesia.
6
4. Memiliki nilai-nilai kehidupan yang cukup untuk memperkuat diri
sehingga menjadi pribadi yang tegak, tegas, dan berprinsip sesuai dengan
hati nurani.
5. Memiliki perasaan dan kesadaran akan pentingnya menjaga harga diri,
mampu dengan bijak menerima dan mengolah realita hidup.
6. Memiliki kemampuan untuk menahan diri sehingga mampu
mengendalikan diri.
7. Bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang yang potensial untuk
membangu kebaikan dan mutu kehidupan
7
4. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.
5. Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
6. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas
7. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
8. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan
9. Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
10. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
11. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang No. 31
12. tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
13. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana
14. Korupsi.
15. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation
Convention
16. Against Corruption (UNCAC) 2003.
17. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat
dan
18. Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana
19. Korupsi.
20. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
Banyaknya peraturan perundang-undangan korupsi yang pernah dibuat dan
berlaku di Indonesia menarik untuk disimak tersendiri untuk mengetahui dan
memahami lahirnya tiap-tiap peraturan perundang-undangan tersebut, termasuk
untuk mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
8
1. Delik Korupsi dalam KUHP
KUHP yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 1918 merupakan
warisan Belanda. Ia merupakan kodifikasi dan unifikasi yang berlaku bagi
semua golongan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi, diundangkan
dalam Staatblad 1915 Nomor 752 berdasarkan KB 15 Oktober
1915.Sebagai hasil saduran dari Wetboek van Strafrecht Nederland 1881,
berarti 34 tahun lamanya baru terjelma unifikasi berdasar asas konkordansi
ini. Dengan demikian, KUHP itu pada waktu dilahirkan bukan barang
baru. Dalam pelaksanaannya, diperlukan banyak penyesuaian untuk
memberlakukan KUHP di Indonesia mengingat sebagai warisan Belanda
terdapat banyak ketentuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat Indonesia.Meski tidak secara khusus mengatur mengenai
tindak pidana korupsi di dalamnya, KUHP telah mengatur banyak
perbuatan korupsi, pengaturan mana kemudian diikuti dan ditiru oleh
pembuat undang-undang pemberantasan korupsi hingga saat ini. Namun
demikian terbuka jalan lapang untuk menerapkan hukum pidana yang
sesuai dan selaras dengan tata hidup masyarakat Indonesia mengingat
KUHP yang kita miliki sudah tua dan sering diberi merek kolonial.Dalam
perjalanannya KUHP telah diubah, ditambah, dan diperbaiki oleh bebrapa
undang-undang nasional seperti Undang-undang Nomor 1 tahun 1946,
Undang-undang Nomor 20 tahun 1946, dan Undang-undang Nomor 73
tahun 1958, termasuk berbagai undang-undang mengenai pemberantasan
korupsi yang mengatur secara lebih khusus beberapa ketentuan yang ada
di KUHP.Delik korupsi yang ada di dalam KUHP meliputi delik jabatan
dan delik yang ada kaitannya dengan delik jabatan. Sesuai dengan sifat
dan kedudukan KUHP, delik korupsi yang diatur di dalamnya masih
merupakan kejahatan biasa saja.
9
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor
Prt/ Peperpu/013/1950.
Pendapat yang menyatakan bahwa korupsi disebabkan antara lain oleh
buruknya peraturan yang ada telah dikenal sejak dulu. Dengan demikian
pendapat bahwa perbaikan peraturan antikorupsi akan membawa akibat
berkurangnya korupsi tetap menjadi perdebatan.Peraturan yang secara
khusus mengatur pemberantasan korupsi adalah Peraturan Pemberantasan
Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/Peperpu/013/1950, yang
kemudian diikuti dengan Peraturan Penguasa Militer tanggal 9 April 1957
Nomor Prt/M/06/1957, tanggal 27 mei 1957 Nomor Prt/PM/03/1957, dan
tanggal 1 Juli 1957 Nomor Prt/PM/011/1957.
Hal yang penting untuk diketahui dari peraturan-peraturan di atas adalah
adanya usaha untuk pertama kali memakai istilah korupsi sebagai istilah
hukum dan memberi batasan pengertian korupsi sebagai “perbuatan-
perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara.”
Yang menarik dari ketentuan Peraturan Penguasa Perang Pusat adalah
adanya pembagian korupsi ke dalam 2 perbuatan:
a. Korupsi sebagai perbuatan pidana
Korupsi sebagai perbuatan pidana dijelaskan sebagai,
• Perbuatan seseorang dengan atau karena melakukan
suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau badan yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan keuangan atau perekonomian negara atau daerah atau
merugikan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan
negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan
kelonggarankelonggaran masyarakat.
• Perbuatan seseorang yang dengan atau Karen melakukan suatu
kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau suatu
badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan
atau kedudukan.
10
• Kejahatan-kejahatan tercantum dalam Pasal 41 sampai
dengan Pasal 50 Pepperpu ini dan dalam Pasal 209, 210, 418,
419, dan 420 KUHP.
17
Kapolri, termasuk para Gubernur dan Bupati/Walikota, sesuai peran dan
tanggungjawab masing-masing.
Seiring dengan perkembangan perundang-undangan mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi yang pernah ada dan berlaku di
Indonesia, pernah pula dibentuk beberapa lembaga tertentu baik yang
secara khusus menangani pemberantasan tindak pidana korupsi maupun
lembaga yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi
seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN)
yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 127 tahun 1999.
19
2. Kejaksaan
Kejaksaan adalah lembaga negara yangmelaksanakan kekuasaan negara,
hususnya di bidang penuntutan (Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004)
Sedangkan yang di maksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum
dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
Tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pidana :
1. Melakukan penuntutan
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanputusan pidana
bersyarat, putusan pidanapengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat
4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana
5. Tugas dan Wewenang Lembaga-Lembaga Penanganan ...tertentu
berdasarkan undang- undang
6. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untukitu dapat melakukan
pemeriksaan tambahansebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalampelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
Dengan adanya tugas dan wewenang kejaksaanpada poin 4, yakni
melakukan penyidikan terhadaptindak pidana tertentu berdasarkan Undang
Undang,maka kejaksaan bisa menangani tindak pidanakmorupsi, karena
tindak pidana korupsi merupakansalah satu tindak pidana yang diatur
dalam undangUndang, yakni Undang Undang Nomor 31 tahun i999.Dalam
hal penanganan tindak pidana korupsi,kejaksaan berpedoman pada :
a. Undang-undang No 16 Tahun 2004 tentang KejaksaanRepublik
Indonesia
b. Pasal 91 ayat (1) KUHAP mengatur tentangkewenangan jaksa
untuk mengambil alih berita acarapemeriksaan, Pasal 284 ayat (2)
KUHAP menyatakan: “Dalam waktu dua tahun setelah undang–
20
undang ini di undangkan, maka terhadap semua perkara
diberlakukan ketentuan undang–undang ini, dengan pengecualian
untuk sementara mengenai ketentuan khusus acara pidana
sebagaimana tersebut pada undang–undang tertentu, sampai ada
perubahandan/atau dinyatakan tidak berlaku lagi.
22
2.7 Pencegahan korupsi
Penyebab Korupsi
Hukuman yang Ringan Terhadap Koruptor
Pengawasan yang Tidak Efektif
Pejabat yang Serakah
Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru
Penegakan Hukum Tidak Berjalan
Budaya Masyarakat yang Mengakar
Tidak Ada Keteladanan Pemimpin
Cara Memberantas Korupsi
1. Berikan Hukuman Berat Pada KoruptorKorupsi
Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan
memunculkan efek jera. Hal ini juga dapat menjadi pelajaran bagi
seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa.Tak hanya
di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor dalam
kehidupan sehari-hari juga harus diterapkan.
2. Jadi Pemimpin Yang Berintegritas
Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang
baik bagi setiap anggotanya.Jika seluruh pemimpin suatu negara,
pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak melakukan tindak
korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di
bawahnya melakukan tindak korupsi.
3. Manfaatkan Teknologi Pada Sistem
Teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga
dapat digunakan untuk mempermudah sistem birokrasi baik di
pemerintahan, perusahaan, bisnis maupun lembaga pendidikan.
Dengan memanfaatkan teknologi maka setiap aktivitas dapat
dipantau sehingga meminimalisir kesempatan untuk melakukan
korupsi.
23
4. Bangun Pendidikan Moral Sejak Kecil
Pendidikan moral merupakan pondasi yang harus diberikan sedari
kecil. Dengan pendidikan moral maka setiap insan tidak mudah
tergiur dengan praktik korupsi.Orang yang bermoral tidak akan
berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka menyadari
bahwa perbuatan korupsi akan merugikan orang lain.
5. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensif
Sudah bukan rahasia lagi jika menanamkan nilai-nilai religi maka
dapat berperan memberantas korupsi.Setiap agama pada dasarnya
tidak pernah mengajarkan perbuatan tercela. Maka orang-orang
yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak korupsi.
6. Supremasi Hukum yang Kuat
Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan.
Ketika hukum tidak berfungsi sebagai mana fungsinya, maka
kepercayaan publik akan hilang.
Dengan membangun supremasi hukum yang kuat, maka pelaku-
pelaku koruptor tidak menemukan celah untuk melancarkan aksi
mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah dengan
memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak
ada lagi manusia yang kebal hukum.
7. Menutup Celah Internasional
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi korupsi adalah
dengan menutup celah internasional. Banyak koruptor yang
melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di negara
lain. Dengan menutup celah internasional maka para koruptor akan
lebih mudah dilacak.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Tindak pidana korupsi biasanya merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan
secara sistematis dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan oleh orang-orang
yang mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalam tatanan sosial
masyarakat. Oleh karena itu kejahatan ini sering disebut Whitecollar crime atau
kejahatan kerah putih. Dalam praktiknya, korupsi yang telah sedemikian rupa
tertata dengan rapi modus kejahatan dan kualitasnya, menjadikan korupsi ini sulit
diungkap. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi, maka
pemberantasannya harus dengan cara yang luar biasa melalui keseimbangan
langkah-langkah yang tegas dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam
masyarakat, khususnya pemerintah dan aparat penegak hukum
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-malang/baca
artikel/13948/Meningkatkan-Kesadaran-Untuk-Berperilaku-Anti-Koruptif-
Berlandaskan-Sembilan-Nilai-Anti-Korupsi.html
https://portalmadura.com/membangun-sikap-anti-korupsi-pada-remaja-43125/
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/282435/semangat-antikorupsi-
harus-jadi-budaya-di-masyarakat
Buku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-Tinggi-2017-bagian-3.pdf
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/696-2626-1-PB.pdf
https://www.indozone.id/life/V6sJkXV/7-cara-efektif-memberantas-korupsi/read-
all
26