Anda di halaman 1dari 8

KONSEP TINDAK KORUPSI DALAM PERUNDANG –

UNDANGAN DAN PERKEMBANGANNYA


Dosen Pengajar: Bu AGUSTINA SURYANAH S.ST., M.MKes

Disusun Oleh: Hasby Riesandy (201FI03011)

Kelas A

D4 – Anestesiologi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah tentang
Korupsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan
memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

A. LATAR BELAKANG......................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................3

C. TUJUAN...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5

A. Pengertian tindak pidana korupsi......................................................................5

B. Pengertian tindak pidana korupsi dalam UU....................................................5

C. Perkembangan...................................................................................................5

D. Contoh kasus.....................................................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................7

Kesimpulan...................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan masalah serius karena dapat membahayakan stabilitas dan
keamanan masyarakat, merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas, dan
membahayakan pembangunan ekonomi, sosial politik, dan menciptakan kemiskinan
secara masif sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat serta
lembaga sosial. Salah satu upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalah
upaya pencegahan. Upaya serius KPK dalam memberantas korupsi dengan
pendekatan pencegahan merupakan upaya cerdas. Pendekatan ini menunjukkan bahwa
KPK menyadari bahwa masa depan bangsa yang lebih baik perlu dipersiapkan dengan
orang-orang yang paham akan bahaya korupsi bagi peradaban bangsa. Upaya
pencegahan kejahatan korupsi harus dilakukan sedini mungkin, dan dimulai dari anak.
Salah satu isu penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya mencegah korupsi
adalah menanamkan pendidikan antikorupsi di kalangan anak pra usia sekolah sampai
. Masyarakat, Aparatur Sipil Negara (Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah),
BUMN/BUMD/Sektor Swasta, Masyarakat Politik, dan Masyarakat Umum lainnya.
Perlunya pemahaman terhadap dasar hukum, asas-asas, unsur-unsur, dan modus
operandi tindak pidana korupsi tersebut bagi peserta didik, maka Komisi
Pemberantasan Korupsi menyusun modul mengenai tindak pidana korupsi. Adapun
tujuan penyusunan modul tersebut adalah untuk memberikan pemahaman mengenai
Dasar Hukum, Asas, Unsur Dan Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Mengenal
7 Delik Tindak Pidana Korupsi, Proses Penanganan Tindak Pidana Korupsi Di KPK,
Studi Kasus Perkara Korupsi yang pernah ditangani oleh KPK, dan Kaitan Tindak
Pidana Pencucian Uang Dengan Tindak Pidana Korupsi.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud tindak pidana korupsi?
2. Apa yang dimaksud tindak pidana korupsi dalam UU?
3. Perkembangan apakah dalam tindak pidana korupsi?
4. Berikan 1 contoh kasus tindak pidana korupsi!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tindak pidana korupsi
Secara umum, para akademisi hukum pidana menafsirkan pengertian korupsi dari
beberapa sumber, seperti dari sejarah lahirnya kata korupsi di belahan dunia hingga
melahirkan undang-undang tindak pidana korupsi.”Istilah korupsi berasal dari satu
kata dalam bahasa Latin yakni corruptio atau corruptus yang secara harfiah berarti
kebusukan, kebejatan, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian, ”kata-kata yang menghina atau memfitnah. Dari bahasa latin ini kemudian
”disalin dalam bahasa Inggris menjadi corruption atau corrupt dalam bahasa Perancis
menjadi corruption dan dalam bahasa Belanda disalin menjadi istilah corruptie
(korruptie). Dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia.”
Pengertian tindak pidana korupsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya
diri sendiri atau kelompok, dimana kegiatan tersebut melanggar hukum karena telah
merugikan bangsa dan negara. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi di
Indonesia, yaitu seperti berikut:
a. Faktor politik atau yang berkaitan dengan kekuasaan
Hal ini sesuai dengan rumusan penyelewengan penggunaan uang negara yang
dipopulerkan oleh E. John E merich Edward Dalberg Acton (lebih dikenal dengan
nama Lord Acton) yang menyatakan bahwa “power tend to corrupt, but absolute
power corrupts abslutely” atau “kekuasaan cenderung korupsi, dan kekuasaan
yang absolut menyebabkan korupsi secara absolut”.
b. Faktor yuridis atau yang berkaitan dengan hukum
Lemahnya sanksi hukuman akan menyangkut bunyi pasal-pasal dan ayat-ayat
praturan perundang-undangan tindak pidana korupsi.
c. Faktor budaya
Karena korupsi merupakan peninggalan pandangan feodal yang kemudian
menimbulkan benturan kesetiaan, yaitu antara kewajiban terhadap keluarga dan
kewajiban terhadap negara. Hal tersebut berkaita dengan kepribadian yang
meliputi mental dan moral yang dimiliki seseorang.

B. Pengertian tindak pidana korupsi dalam undang – undang


Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

C. Perkembangan
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Korupsi di Indonesia
sedikit demi sedikit semakin menurun dan perkembangannya semakin naik.

D. CONTOH KASUS
kasus Mantan Ketua DPR Ahmad Gazali yang divonis 15 tahun penjara dan
denda Rp500 juta. Ahmad Gazali dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan korupsi proyek pengadaan KTP Elektronik (e-KTP), yang ditaksir
merugikan negara hingga Rp2,3 triliun.

Ahmad Gazali di meja hakim terbukti melanggar pasal 3 Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan dampak bagi
rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor
dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep
pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi
dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep
pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus sebagai bentuk
mengurangi tindak pidana korupsi.
2. Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para penegak hukum
yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak menjalankan sanksi pidana pemiskinan
koruptor dalam memberantas tindak pidana korupsi. Jaksa dalam menjatuhkan tuntutan
pidana berpegang teguh pada undang-undang begitu juga dengan hakim tipikor dalam
menjatuhkan vonis berpegang teguh pada undang-undang. Pelaksanaan sanksi pidana
pemiskinan koruptor hanya dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi yang
besarnya disesuaikan dengan kerugian keuangan negara. Hal tersebut tidak dapat dikatakan
memiskinkan koruptor karena hanya aset yang berasal dari tindak pidana korupsi saja yang
dirampas dan belum tentu si koruptor akan menjadi miskin. Pemiskinan koruptor dilakukan
dengan

perampasan seluruh benda-benda yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dan/atau
dengan pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai dengan kerugian keuangan
negara yang diambil dan yang timbul dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor belum
menjadi suatu terobosan hukum bagi penegak hukum di Indonesia dalam memberantas tindak
pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai