Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PKN

MAKALAH PEMBERANTASAN TINDAK


PIDANA KORUPSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :

 DIKDIK
 ALFAH
 ALYA
 TYARA
 DAHLAN
 DENDA
 GUMILAR

MA YASYFIY
JL. KOMODOR UDARA SUPADIO NO. 45/72 RT/RW 06/06

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB.

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. 
Terimakasih kepada Ibu Tuti Nurhayati S.Ag. M.Pd dan anggota kelompok III
yang telah berusaha dan bekerja keras dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini selain diperuntukkan dalam pemenuhan tugas PKN, juga berguna dalam
memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan kepada pembaca
tentang “PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga saja makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Terimakasih.

1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
A. PENDAHULUAN................................................................................................3
B. TINDAK PIDANA KORUPSI...........................................................................4
C. LUASNYA MASALAH KORUPSI DI NEGARA INDONESIA.....................6
D. PENTINGNYA PENANGANAN KORUPSI OLEH PEMERINTAH..............7
E. KEBIJAKAN DALAM MASALAH KORUPSI ...............................................8
F. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG KORUPSI.........................................9
G. LEMBAGA PEMERINTAH YANG BERTANGGUNG JAWAB TENTANG KORUPSI. 10
KESIMPULAN.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15

2|Page
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi yang popular disebut sebagai penyalahgunaan

kekuasaan untuk keuntungan pribadi pada dasarnya merupakan masalah


keadilan sosial. Salah satu unsur penting dari teori keadilan sosial ini adalah
bahwa kesejahteraan umum masyarakat tidak boleh dilanggar, artinya bahwa
kesejahteraan umum tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan pribadi.

Korupsi merupakan masalah serius. Tindak pidana ini dapat


membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan
pembangunan sosial ekonomi dan politik, serta merusak nilai-nilai
demokrasi dan moralitas, sebab lambat laun perbuatan ini seakan menjadi
sebuah budaya.

Oleh karena itu, korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita


menuju masyarakat yang adil dan makmur. Secara sederhana, tindak pidana
korupsi dapat dipahami sebagai suatu perbuatan curang, yaitu dengan
menyelewengkan atau menggelapkan keuangan negara yang dimaksudkan
untuk memperkaya diri sendiri yang dapat merugikan negara atau
penyelewengan atau penggelapan uang Negara untuk kepentingan pribadi
dan orang lain.

Tindak pidana korupsi juga merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan


secara sistematis dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan oleh orang-
orang yang mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam tatanan sosial
masyarakat. Oleh karena itu,kejahatan ini sering disebut dengan istilah white

3|Page
collar crime. atau kejahatan kerah putih serta ruang lingkupnya bersifat
lintas negara

1.2 Rumusan Masalah


Kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa luas masalah korupsi di Negara Indonesia?
2. Mengapa korupsi harus ditangani pemerintah?
3. Adakah kebijakan tentang masalah korupsi tersebut?
4. Adakah perbedaan pendapat tentang korupsi, siapa organisasi yang
berpihak pada masalah ini?
5. Pada tingkat atau lembaga pemerintah apa yang bertanggung jawab
tentang korupsi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam membuat makalah ini diantaranya:
1. Menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi tindak pidana
korupsi ?

B. TINDAK PIDANA KORUPSI


Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan, demi
kepentingan pribadi. Hal itu merugikan semua orang yang kehidupan,
pekerjaan atau kebahagiaannya bergantung pada integritas para pemegang
wewenang.
Pemerintahan boleh saja berganti, tapi upaya memerangi korupsi tidak
akan pernah padam. Berbagai landasan dan instrumen hukum telah dibentuk
di Indonesia untuk memberangus dan memberantas tindak pidana korupsi.
Berbekal undang-undang dan peraturan pemerintah, korupsi berusaha
dicegah dan pelakunya diberi hukuman yang setimpal.

4|Page
Indonesia memiliki dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana
korupsi yang menjadi pedoman dan landasan dalam pencegahan dan
penindakan. Salah satunya menjadi dasar pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menjadi penggawa pemberantasan
korupsi di tanah air.Dasar-dasar hukum ini adalah bukti keseriusan
pemerintah Indonesia dalam memberantas korupsi.
Dalam perjalanannya, berbagai perubahan undang-undang dilakukan
untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini penindakan kasus korupsi.
Menyadari tidak bisa bekerja sendirian, pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah juga mengajak peran serta masyarakat untuk mendeteksi dan
melaporkan tindak pidana korupsi. 
Berikut beberapa dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi
di Indonesia.
1. UU No. 3 tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
2. Ketetapan MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas KKN
3. UU NO 30 TAHUN 2022
4. UU NO 19 2019
5. UU NO 30 TAHUN 2022

C. LUASNYA MASALAH KORUPSI DI


NEGARA INDONESIA
Masalah korupsi di Negara Indonesia bukanlah hal yang kecil lagi,
korupsi ini merupakan salah satu masalah yang besar yang harus di berantas.
5|Page
Tindak pidana korupsi tidak saja terbatas di sektor publik, namun juga di
sektor swasta dan bahkan lembaga dan perusahaan internasional yang
beroperasi di suatu negara. Patut dicatat bahwa di Indonesia, definisi
korupsi tidak hanya terbatas untuk sektor publik mengingat demikianlah
batasan definisi korupsi sesuai dengan UU Antikorupsi (UU no 31/1999 jo
UU 20/2001). Sesuai dengan UNCAC (United National Convention Against
Corruption) definisi korupsi tidak saja mencakup korupsi di sektor publik,
namun juga di sektor swasta maupun lembaga/organisasi/perusahaan asing
yang beroperasi di suatu negara.

Terdapat 1.218 perkara korupsi baik yang diadili di Pengadilan


Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah
Agung, dengan total 1.298 terdakwa,” jelas peneliti ICW, Lalola Easter
dalam diskusi virtual ICW. Akibat tindak pidana korupsi itu, ICW juga
melaporkan kerugian negara mencapai Rp 56,7 triliun dan total kerugian
negara akibat tindak pidana suap mencapai Rp 322,2 miliar.

60 persen publik menilai tingkat korupsi di Indonesia meningkat


dalam dua tahun terakhir. Survei ini menggunakan kontak telepon kepada
responden. Ada 1.200 responden dan dilakukan penambahan sampel di 4
provinsi, yakni Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Utara, masing-masing 400 responden.

Responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei


tatap muka langsung yang dilakukan pada rentang Maret 2018 hingga Juni
2021. Survei ini menggunakan metode simple random sampling, ukuran
sampel basis sebanyak 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan

6|Page
(margin of error atau MoE) kurang lebih 2,88% pada tingkat kepercayaan
95%.

D. PENTINGNYA PENANGANAN KORUPSI


OLEH PEMERINTAH
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi korupsi
di Indonesia. Upaya tersebut antara lain meliputi pembuatan perundangan
untuk kepastian hukum perilaku korupsi dan pembentukan lembaga-lembaga
anti korupsi. Kebijakan hukum yang dibuat pemerintah untuk mencegah dan
menangani perilaku korupsi yaitu UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN. Lembaga anti korupsi
diawali dengan dibentuknya Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TGPTPK) tahun 2000, dan pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) pada tahun 2006.

KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen dalam


melaksanakan tugas dan kewenangannya dalam penanganan korupsi.
Landasan hukum bagi KPK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Tugas KPK antara lain
mengkoordinasi lembaga penegak hukum lainnya melalui koordinasi dan
supervisi, melaksanakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pencegahan
tindak pidana korupsi, dan pemantauan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara (Tim Penyusun Laporan Kinerja KPK, 2015).

Komisi Pemberantasan Korupsi (2006) memberikan penjelasan


mengenai bentuk-bentuk korupsi utamanya perbuatan melawan hukum
memperkaya diri sendiri dan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan,
dan sarana yang menyebabkan kerugian keuangan negara. Bentuk perilaku
7|Page
korupsi termasuk suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.

E. KEBIJAKAN DALAM MASALAH KORUPSI


Kebijakan hukum yang dibuat pemerintah untuk mencegah dan
menangani perilaku korupsi yaitu UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN. Lembaga anti korupsi
diawali dengan dibentuknya Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TGPTPK) tahun 2000, dan pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) pada tahun 2006 (Elwina, 2011 ; Karsona, 2011).

Upaya Penegakan Hukum Bagi Masyarakat Khususnya Dalam


Pemberantasan Korupsi :

1. Upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pemberantasan


korupsi di daerah yakni dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004
tentang percepatan pemberantasan korupsi. Dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas KK sebagaimana tertuang dalam visi
dan misi strategi nasional dan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi
(Stranas dan RAN PK) 2010-2005. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 yang
diarahkan pada perbaikan tata kelola pemerintah yang baik melalui 7 (tujuh)
strategi berkaitan upaya pemberantasan, upaya pemberantasan korupsi
massive dan semakin efektif. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menetapkan 6
(enam) strategi yaitu Strategi bidang pencegahan, penindakan harmonisasi
peraturan perundang-undangan, penyelamatan aset hasil korupsi, kerjasama
internasional dan strategi bidang pelaporan. Berbagai instrumen tersebut
8|Page
menunjukkan komitmen pemerintah dalam upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi.

2. Upaya kebijakan penegakan hukum dalam meningkatkan kesadaran


dan pemahaman hukum bagi masyarakat khususnya dalam pemberantasan
korupsi yakni, tindakan represif. Pendekatan represif berupa penindakan dan
penanganan terhadap terjadinya tindak pidana korupsi dilakukan secara
profesional dan proporsional. Upaya Preventif, berupa sanksi pidana
terhadap pelaku kejahatan, yang mengedepankan pada aspek keseimbangan
kepentingan dan pemulihan keadaan yang diakibatkan adanya pelanggaran
hukum.

F. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG


KORUPSI
Dalam hal ini sangat kecil untuk mencari perbedaan tentang kasus
korupsi, karna pada dasarnya korupsi merupakan perbuatan yang merugikan
banyak pihak. Kami sepakat bahwa perbedaan tentang kasus korupsi tidak
ada karna korupsi sangatlah merugikan seluruh pihak, jikapun ada yang
setuju tentang korupsi itu karna orang atau Lembaga tersebut rakus sehingga
keinginan untuk korupsi uangnya sangat tinggi.

Maka dengan ini kami menyatakan tidak ada perbedaan pendapat


tentang kasus korupsi.

G. LEMBAGA PEMERINTAH YANG


BERTANGGUNG JAWAB TENTANG KORUPSI

9|Page
Terdapat tiga lembaga yang berwenang dalam kasus korupsi, yaitu
kepolisian, kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”). Ketiga
lembaga tersebut memiliki wewenang dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan kasus tindak pidana korupsi, sesuai dengan porsi masing-masing
yang diatur di dalam peraturan perundang-udnagan.

Kewenangan Polisi dalam Kasus Korupsi.

Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf g UU Kepolisian, kepolisian bertugas


melakukan penyelidikan dan penyidikan semua tindak pidana sesuai hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Artinya, kepolisian
memiliki wewenang untuk menyelidiki dan menyidik kasus tindak pidana
korupsi. Wewenang kepolisian dalam penyidikan juga berdasarkan Pasal 6
KUHAP yang menyatakan bahwa penyidik adalah:

a) Pejabat polisi negara Republik Indonesia;


b) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.

Kewenangan penyidik Polri diatur dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP antara lain:

1) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak


pidana;
2) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6) mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
7) mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
10 | P a g e
8) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
9) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
10) mengadakan penghentian penyidikan;
11) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Wewenang KPK.

Selanjutnya, kewenangan KPK untuk menangani kasus korupsi diatur dalam


Pasal 6 huruf e UU 19/2019, bahwa KPK mempunyai tugas melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.

Hal ini diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU 19/2019 yang menyatakan
bahwa KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan tindak pidana korupsi apabila:

a) Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan


orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara
negara; dan/atau
b) Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1 miliar.

Adapun alasan pengambilalihan oleh KPK tersebut diatur di dalam


Pasal 10A ayat (2) UU KPK yang berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

1) Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindak


lanjuti;
2) Proses penanganan tindak pidana korupsi tanpa ada penyelesaian
atau tertunda tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;

11 | P a g e
3) Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku
tindak pidana korupsi yang sesungguhnya;
4) Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur tindak pidana
korupsi;
5) Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari
pemegang kekuasaan eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
6) Keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit untuk dilaksanakan secara baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.

12 | P a g e
KESIMPULAN
Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan, demi
kepentingan pribadi. Hal itu merugikan semua orang yang kehidupan,
pekerjaan atau kebahagiaannya bergantung pada integritas para pemegang
wewenang.
Masalah korupsi di Negara Indonesia bukanlah hal yang kecil lagi,
korupsi ini merupakan salah satu masalah yang besar yang harus di berantas.
Tindak pidana korupsi tidak saja terbatas di sektor publik, namun juga di
sektor swasta dan bahkan lembaga dan perusahaan internasional yang
beroperasi di suatu negara.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi korupsi
di Indonesia. Upaya tersebut antara lain meliputi pembuatan perundangan
untuk kepastian hukum perilaku korupsi dan pembentukan lembaga-lembaga
anti korupsi. Kebijakan hukum yang dibuat pemerintah untuk mencegah dan
menangani perilaku korupsi yaitu UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN. Lembaga anti korupsi
diawali dengan dibentuknya Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TGPTPK) tahun 2000, dan pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) pada tahun 2006.

Terdapat tiga lembaga yang berwenang dalam kasus korupsi, yaitu


kepolisian, kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”). Ketiga
lembaga tersebut memiliki wewenang dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan kasus tindak pidana korupsi, sesuai dengan porsi masing-masing
yang diatur di dalam peraturan perundang-udnagan.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/04/09/18483491/icw-sepanjang-2020-ada-1298-
terdakwa-kasus-korupsi-kerugian-negara-rp-567

https://www.hukumonline.com/klinik/a/polisi-korupsi-lt50269adb024b6/

https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=213:kinerja-penanganan-tindak-pidana-
korupsi-sda

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/15292

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/padang/id/data-publikasi/berita-terbaru/3057-pentingnya-
penerapan-budaya-anti-korupsi-dalam-pelayanan.html

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai