Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata
Kuliah Fiqih di Madrasah/Sekolah II
Dosen Pengampu: Sobirin, S.Pd. M.Pd
Oleh :
Muhammad Fauzi A 12520.0046
Wardah Nurkhalida 12520.005
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan penulisan.......................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian mahram....................................................................................2
B. Dasar hukum mahram...............................................................................2
C. Macam-macam mahram menikah.............................................................4
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat sakral, para ulama fiqih
mendefinisikan pernikahan itu adalah memiliki sesuatu melalui jalan yang
disyariatkan agama, dengan tujuan untuk melanjutkan keturunan dan
memakmurkan bumi. Dalam Islam, pernikahan adalah sesuatu perkara yang
wajib di laksanakan oleh penganutnya dimana pernikahan inilah yang
mempererat tali silahturahmi pada setiap insan, namun dalam Islam pernikahan
mempunyai aturan dimana laki-laki tidak boleh menikahi wanita-wanita yang
sudah di tetapkan oleh hukum Allah SWT
Pelaksanaan pernikahan yang sesuai dengan ajaran islam terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an dan Hadist terdapat ketentuan-
ketentuan yang mengatur masalah pernikahan, salah satu diantaranya mengenai
perempuan yang haram untuk dinikahi. Menurut hukum Islam terdapat
ketentuan-ketentuan bahwa orang tidak boleh mengikat tali pernikahan dengan
perempuan yang haram dinikahi atau disebut dengan istilah mahram karena
akan menimbulkan permasalahan. Maka dari itu dalam penulisan makalah ini
akan terfokus membahas materi perempuan yang haram untuk dinikahi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian mahram ?
2. Apa dasar hukum mahram perempuan yang haram untuk dinikahi ?
3. Apa saja macam-macam mahram menikah ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian mahram.
2. Untuk mengetahui dasar hukum mahram perempuan yang haram untuk
dinikahi.
3. Untuk mengetahui macam-macam mahram menikah.
1
BAB
PEMBAHASAN
A. Pengertian mahram
Mahram berasal dari kata harama yang artinya tidak boleh atau
terlarang. Dari asal kata ini kemudian terbentuk istilah mahram, yang
pengertiannya perempuan atau laki-laki yang haram untuk dinikahi. Dengan
demikian, maka mahram secara istilah adalah orang yang haram, dilarang
atau dicegah untuk dinikahi.1
Dalam ilmu fiqh, mahram ( )مح@@رمadalah semua orang yang haram
untuk dinikahi karena sebab keturunan, persusuan dan pernikahan dalam
syariat islam. Sedangkan mahram dimasyarakat lebih dikenal dengan istilah
khusus yaitu haram dinikahi karena masih termasuk keluarga dan dalam
mazhab Syafi’i dengan tambahan tidak membatalkan wudhu bila disentuh.
Mahram menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perempuan
atau laki-laki yang masih termasuk sanak saudara dekat karena keturunan,
sesusuan, atau hubungan perkawinan sehingga tidak boleh menikah. Selain
itu, mahram juga diartikan orang laki-laki yang dianggap dapat melindungi
perempuan yang akan melakukan ibadah haji.2
B. Dasar hukum mahram
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar hukum dalam mahram,
yaitu terdapat dalam firman Allah Q.S An-Nisa : 22-23.
َلف ۚ إَنۥُه َكا@ َ ح َش ما ءا ؤكُ ’من ٓاء َل و َل نكحو
ِ
ف ما ’َنَكح@ َبا@ م ٱل ِن ˚ا
ن
ومقْت˝ا@ و ء َس ِبيل
@َسا
وخ ٰ ت ا @اُ@م َب ُٰنت و خ ٰوتُ@ م م ُت َلْيُكم ح
ٰلتُ@ُكم ن ْْلَ ِّخ م و ٰهتُ@كُم م و َا ’رمت
و
َب
2
BAB
َن م خ م ’من@ ضا و م ٰهت و َب ا ْْلُخ ت م ال ي
الر@ َعة ُا ض وا ٰوت ت وا ٰهت @ ّ ِّت َار ٰن
ك
َّن ف خل@ْ ُت@ ْم رك ’من ِٕ الّٰ ِّت ي
ُ َب ۤا ُم ي حج ِّن
ِّان@ م الّٰ ِّت ِّفي ْو م ِّن’ ى
ِّبه َس ۤا ِٕى
ٕىبُ م
ۤا
ور
1
Qomarudin Sholeh. (2002). Ayat-Ayat Larangan Dan Perintah. Bandung : CV Diponegoro. Hal.
146
2
Tri, Kurnia Nurhayati. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Eksa Media Press.
Hal. 444
3
4
4
pendapat para ulama’ mahram nikah dibagi menjadi dua, yaitu mahram
muabbad dan mahram ghair muabbad.
1. Mahram muabbad
Mahram muabad adalah mahram yang berlaku selamanya dalam arti
sampai kapan pun dan dalam keadaan apa pun laki-laki dan perempuan itu
tidak boleh melakukan pernikahan3 Keharaman yang menghalangi seorang
laki-laki menikahi seorang perempuan selamanya karena tidak bisa hilang atau
dihilangkan, ia akan terus melekat pada diri masing-masing, baik laki-laki
maupun perempuan.4
a) Hubungan keturunan atau nasab.
Dalam memilih pasangan hidup berkeluarga, Nabi Muhammad
SAW telah menentukan beberapa kriteria seseorang untuk dapat dinikahi,
diantaranya tidak ada pertalian darah, sudah dewasa, berakal,
berkemampuan material maupun immaterial.5 Hal ini mempertegas bahwa
adanya larangan atau kemahraman menikah dengan perempuan atau laki-
laki yang mempunyai hubungan nasab. Perempuan yang haram untuk
dinikahi karena adanya hubungan keturunan atau nasab, diantaranya yaitu
:6
1) Ibu
2) Anak perempuan
3) Saudara perempuan
4) Bibi (dari ayah)
5) Bibi (dari ibu)
6) Anak perempuan dari saudara laki-laki
7) Anak perempuan dari saudara perempuan
Ketentuan perempuan yang haram dinikahi karena faktor nasab,
semua kerabat seorang laki-laki yang mempunyai hubungan nasab,
haram
3
Ahmad Sarwat. (2018). Wanita Yang Haram Dinikahi. Jakarta : Rumah fiqih publishing. Hal. 10
4
Rusdaya Basri. (2019). Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah . Sulawesi : Cv.
Kaaffah Learning Center Hal. 110
5
Tihami. (2014). Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap . Jakarta : Rajawali Pers. Hal. 64
6
Muhammad Utsman Al-Khasyt. Fikih Wanita Empat Madzhab. Mesir : Daar Al-Kitaab Al-Arabi.
Hal. 236
7
ada hubungan nasab”. (HR Bukhari dan Muslim, Abu Dauwud, Nasa‟I,
dan Ibnu Majah)
Maka perempuan yang haram dinikahi karena hubungan susuan,
diantaranya yaitu :7
1) Perempuan yang menyusui
Perempuan yang secara langsung menyusui bayi orang lain secara
otomatis menjadi mahram terhadap bayi tersebut. Jumlah perempuan yang
menyusui tidak harus satu orang saja, tetapi mungkin ada beberapa orang.
Contohnya adalah Rasulullah SAW, beliau pernah disusui oleh setidaknya
dua perempuan, yaitu Tsuwaibah Al-Aslamiyah budak Abu Lahab dan
juga Halimah As-Sa'diyah.
2) Anak perempuan dari perempuan yang menyusui
Bila perempuan yang menyusui itu punya anak perempuan, maka
anak perempuan itu otomatis menjadi saudari sesusuan dengan bayi itu,
sehingga hubungan mereka menjadi mahram selamalamanya. Dalam hal
ini, Rasulullah SAW punya saudari perempuan sesusuan, yaitu puteri dari
Halimah As-Sa'diyah, yang bernama Syaima'.
3) Saudari perempuan dari perempuan yang menyusui
Apabila perempuan yang menyusui bayi itu punya saudari
perempuan, baik sebagai kakak ataupun adik, maka dia pun ikut jadi
mahram juga.
4) Ibu dari perempuan yang menyusui
Meski tidak menyusui langsung bayi itu, tetapi ibu dari perempuan
yang menyusui juga berstatus mahram kepada bayi itu.
5) Ibu dari suami perempuan yang menyusui
Kemahraman karena adanya hubungan persusuan ini juga menjalar
kepada kerabat suami dari perempuan yang menyusui, yaitu ibunya suami
serta saudarinya.
6) Saudari dari suami perempuan yang menyusui
7
Ahmad Sarwat. (2018). Wanita Yang Haram Dinikahi. Jakarta : Rumah fiqih publishing. Hal. 22-
24
9
8
Ahmad Sarwat. (2018). Wanita Yang Haram Dinikahi. Jakarta : Rumah fiqih publishing. Hal. 19
1
9
Ahmad Sarwat. (2018). Wanita Yang Haram Dinikahi. Jakarta : Rumah fiqih publishing. Hal. 19-
20
1
10
Alfi Nabila dan Mutia Anis Asliyah. (2017). Wanita Yang Haram di Nikahi. Jakarta : STIS Al
Mana. Hal. 7
1
kesaksian seorang perempuan saja tetapi membolehkan pemisahan jika
10
Alfi Nabila dan Mutia Anis Asliyah. (2017). Wanita Yang Haram di Nikahi. Jakarta : STIS Al
Mana. Hal. 7
1
ِإن ُد حَتى َتن كح@ ْ جا ر حل َل ۥ لَق ها َف ِإن
غ ْي ۥ
َ و من ل
ز
و َد ِّلل ُي َنا@ أَن
جا ل م أ َ ن َت @جنَا طل ََقها@ فَل
َ
ٱح @ِقي ما ِإن را ٓح@ ْيه ا
@’نُه ا@ ِ ق ْو لَ @مون ِّلل
„م َب ي
13
Iffah Muzzamil. (2019). Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam). Tanggerang : Tira
Smart. Hal. 56
1
حُدوُد ٱ و ِت لْك
Artinya :
“Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami
yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka
tidak
11
Alfi Nabila dan Mutia Anis Asliyah. 2017. Wanita Yang Haram di Nikahi. STIS Al Mana. Ha l. 8
12
Rusdaya Basri. (2019). Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah. Sulawesi : Cv.
Kaaffah Learning Center. Hal. 21
13
Iffah Muzzamil. (2019). Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam). Tanggerang : Tira
Smart. Hal. 56
1
ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin
kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum
yang (mau) mengetahui”
2) Perempuan yang masih menjadi isteri orang lain tidak boleh dinikahi,
kecuali setelah cerai atau meninggal suaminya dan telah selesai masa
iddahnya. Sesuai yang terdapat dalam Q.S. Al-Nisa :24 dan Al-Baqarah :
23514
ص
Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang
bersuami” (QS. An-Nisa : 24)
14
Iffah Muzzamil. (2019). Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam). Tanggerang : Tira
Smart. Hal. 57
15
ibid
1
17
Iffah Muzzamil. (2019). Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam). Tanggerang : Tira
Smart. Hal. 57
18
Atmo Prawiro. (2020). Fikih MA Kelas XI. Jakarta : Kementrian Agama RI. Hal. 104
1
16
Tihami. (2014). Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap . Jakarta : Rajawali Pers. Hal. 74
17
Iffah Muzzamil. (2019). Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam). Tanggerang : Tira
Smart. Hal. 57
18
Atmo Prawiro. (2020). Fikih MA Kelas XI. Jakarta : Kementrian Agama RI. Hal. 104
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khasyt. Muhammad Utsman Fikih Wanita Empat Madzhab. Mesir : Daar Al-
Kitaab Al-Arabi.
Basri, Rusdaya. 2019. Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah.
Sulawesi : Cv. Kaaffah Learning Center
Muzzamil, Iffah. 2019. Fiqh Munakahat (Hukum Pernikahan dalam Islam).
Tanggerang : Tira Smart.
Nabila, Alfi dan Asliyah Anis Mutia. 2017. Wanita Yang Haram di Nikahi. Jakarta
: STIS Al Manar.
Prawiro, Atmo. 2020. Fikih MA Kelas XI. Jakarta : Kementrian Agama RI
Sarwat, Ahmad. 2018. Wanita Yang Haram Dinikahi. Jakarta : Rumah fiqih
publishing.
Sholeh, Qomarudin. 2002. Ayat-Ayat Larangan Dan Perintah. Bandung : CV
Diponegoro.
Tihami. 2014. Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta : Rajawali
Pers.
Nurhayati, Kurnia Tri. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta :
Eksa Media Press.