Anda di halaman 1dari 13

PERNIKAHAN DINI DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Oleh:
Dr. Nazaruddin, S.Sy., M.H.I
(Dosen IAIM Sinjai)

Arallae, Sabtu 12 Maret 2022


DALIL TENTANG PERNIKAHAN

ٍ ۢ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس ُك ْم َأ ْز ٰ َو ۭ ًجا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّد ۭةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذلِ َك َل َءا ٰي‬
َ ‫ت لِّقَ ْو ۢ ٍم يَتَفَ َّكر‬
• ‫ُون‬
• “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21]

ۡ َ‫وا فُقَ َرٓا َء ي ُۡغنِ ِه ُم ٱهَّلل ُ ِمن ف‬


‫يم‬ٞ ‫ضلِ ِۗۦه َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َع ِل‬ ْ ُ‫ين ِم ۡن ِعبَا ِد ُكمۡ َوِإ َمٓاِئ ُكمۡۚ ِإن يَ ُكون‬ َّ ٰ ‫ُوا ٱَأۡل ٰيَ َم ٰى ِمن ُكمۡ َوٱل‬
َ ‫صلِ ِح‬ ْ ‫َوَأن ِكح‬
• Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui,” (QS An-Nur: 32)
ِ ْ‫ص ُن لِ ْلفَر‬
• ُ‫ َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالص َّْو ِم فَِإنَّهُ لَه‬،‫ج‬ َ ْ‫ص ِر َوَأح‬َ َ‫ فَِإنَّهُ َأ َغضُّ لِ ْلب‬، ْ‫طا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوج‬ ِ ‫يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
َ َ‫ب َم ِن ا ْست‬
‫ِو َجا ٌء‬
• Artinya: “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah,
maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi
farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa),
karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi)
• ‫ َو ْال ُم َكاتَبُ ي ُِري ُد اَأْل َدا َء‬،‫ف‬
ُ ِ‫ َوالنَّا ِك ُح ْال ُم ْستَ ْعف‬،ِ‫ق َعلَى هللاِ َع ْونُهُ ْال ُم َجا ِه ُد ِفي َسبِي ِل هللا‬ ٌّ ‫ث ُكلُّهُ ْم َح‬
ٌ ‫ثَاَل‬
• Artinya: ”Ada tiga kelompok manusia yang pasti ditolong oleh Allah: (1) mujahid di jalan
Allah; (2) pemuda yang menikah untuk menjaga kehormatan diri; dan (3) budak yang berusaha
memerdekakan diri (agar lebih leluasa beribadah).” (HR. Ahmad no. 7416)
• Dari Abu Hurirah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alahi wa Salllam
bersabda,’Perempuan itu dinikahi karena 4 (empat hal), yaitu: harta, keturunan, kecantikan,
dan agamanya, Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan
berbahagia.” (Muttafaq Alaihi)
PERNIKAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

• Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa pernikahan adalah


ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Adapun batas usia pernikahan dalam Undang-Undang Perkawinan bab II Pasal 7
ayat 1 disebutkan bahwa pernikahan hanya diijinkan jika pihak pria mencapai umur
19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Kebijakan
pemerintah dalam menetapkan batasan usia minimal pernikahan ini tentunya sudah
melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah
pihak benar-benar siap dan matang dari aspek fisik, psikis, dan mental.
• Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
bahwa untuk melangsungkan pernikahan seseorang yang belum mencapai usia 21
tahun harus mendapat ijin dari kedua orang tuanya.
Menurut istilah hukum Islam, yang disampaikan Abu Yahya Zakariya Al-Anshari mendefinisikan
sebagai berikut: “Nikah menurut istilah syara`/agama adalah: akad yang mengandung ketentuan hukum
kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.
Pasal 2 dalam Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya
merupakan ibadah. Kemudian Pasal 3 menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
 
APA ITU PERNIKAHAN DINI..??

• Yang dimaksud pernikahan dini disini ialah pernikahan yang dilakukan antara seorang mempelai perempuan dan mempelai laki-laki

dengan usia yang masih dibawah umur. Dibawah umur dalam hukum perdata dikatakan usia dibawah 17 tahun. Beda dengan hukum

Islam yang kreterian dibawah umur atau sudah dewasa itu dikriteriakan dengan baliq dan mumayyiz. Perempuan jika sudah mengalami

menstruasi itu sudah dikatakan baliq, sedang laki-laki jika ia sudah mengeluarkan mani (mimpi basah) itu juga sudah baliq. Dalam hal ini

umur tidak bisa menjadi patokan perempuan ataupun laki-laki sudah menginjak usia baliq. Namun ada sebuah rentan umur yang biasanya

terjadi pada laki-laki ataupun perempun mengalami hal diatas. Bagi laki-laki biasanya diusia antara 14-17 tahun, sedang bagi perempuan

sekitar usia 12-15 Tahun.

• Pengertian mumayyiz atau baligh bisa dikatakan dewasa seperti penjelasan menurut Sulaiman Rasjid. Beliau menjelaskan bahwa anak-

anak dianggap baligh (dewasa) apabila padanya sudah ada salah satu sifat dibawah ini: Telah berumur 15 tahun; Telah keluar mani; Telah

haid bagi anak perempuan.


• Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan batasan umur
bagi orang yang dianggap baligh. Ulama Syafi'iyyah dan Hanabilah
menyatakan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan dianggap
baligh apabila telah menginjak usia 15 tahun. Ulama Hanafiyyah
menetapkan usia seseorang dianggap baligh yaitu anak laki-laki
dianggap baligh bila berusia 18 tahun dan 17 tahun bagi anak
perempuan. Sedangkan ulama dari golongan Imamiyyah menyatakan
bahwa anak laki-laki dianggap baligh bila berusia 15 tahun dan 9
tahun bagi anak perempuan.
FAKTOR PERNIKAHAN DINI
1. Ekonomi
Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk cepat-cepat menikahkan anaknyadengan harapan
beban ekonomi keluarga akan berkurang, karena anak perempuan yang sudah nikah menjadi tanggung jawab suami.

2. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya
kecenderungan untuk menikahkan anaknya yang masih dibawah umur dan tidak dibarengi dengan pemikiran yang
panjang tentang akibat dan dampak permasalahan yang dihadapi.

3. Orang tua
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah sehingga pola piker orang tuapun bersifat pasrah dan menerima, kepasrahan
inilah maka orang tua kurang memahami adanya UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

4. Adat istiadat/Lingkungan
Menurut adat-istiadat pernikahan sering terjadi karena sejak kecil anak telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

5. Married By Accident (MBA)


Seketat apapun orang tua melindungi anaknya dari dunia luar, tetap saja akan kena imbasnya walau sedikit. Dengan
perkembangan jaman yang cepat, internet atau sarana media yang lain yang mudah diakses membuat anak terjatuh dalam
pergaulan bebas.
DAMPAK PERNIKAHAN DINI
1.Terjadi resiko buruk saat melahirkan karena kondisi fisik dari alat reproduksi belum matang
secara penuh
2.Kematangan psikologis : Perbedaan pendapat dari dua otak yang berbeda, tentu ini sangat
sering terjadi entah dengan siapapun itu, karna tidak mungkin ada dua otak yang persis sama.
Di sini merupakan tantangan cukup berat dalam mengontrol diri dan pasangan, bukan tak
jarang terjadi perceraian karna perbedaan pendapat yang tidak menemukan titik temu.
3.Para wanita muda yang tidak terbiasa mengatasi urusan rumah tangga dan pekerjaannya,
akan lebih mudah mengalami depresi sehingga banyak yang berakhir dengan pernikahan tidak
bahagia.
4.Kesulitan dalam membina tumbuh kembang anak, karena belum siap untuk menjadi orang tua.
5.Seringkali menjadi beban orang tua maupun keluarga, karena belum mapan secara ekonomi.
6.Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi
kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta menjadi sebuah aib bagi
keluarga di lingkungan masyarakat setempat.
• Cepat menghalalkan pasangan lawan jenis
• Terhindar dari perilaku seks bebas (zina) karena kebutuhan seksual terpenuhi
• Dapat mengurangi beban orang tua karena dengan menikahkan anaknya maka semua
kebutuhan anaknya akan dipenuhi oleh suami
• Adanya anggapan jika menikah muda menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang
masih kecil
APA YANG PERLU DIPERSIAPKAN…??

1.Kematangan Biologi/ Fisik


2.Kematangan Psikis/ Mental
3.Kesiapan Intelektual/ Pendidikan
4.Kematangan Ekonomis
5.Kematangan Sosial kemasyarakatan
6.Kematangan Spiritual/ Agama
• Bagi Masyarakat Harus ada kesadaran dari masyarakat setempat arti penting pendidikan,
alangkah baiknya dengan mengikuti wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh
pemerintah yaitu melanjutkan pendidikan ketingkat selanjutnya
• Bagi sekolah Agar sekolah lebih meningkatkan kerja sama dengan dinas kesehatan setempat,
tokoh agama, serta pihak yang berwenang untuk memberikan penyuluhan ke sekolah-
sekolah tentang dampak negatif dari perkawinan usia muda serta membentuk kelompok
sebaya untuk memberikan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.
• Bagi Para Orang Tua Diharapkan para orang tua memberikan dukungan kepada putra
putrinya untuk tetap melanjutkan atau menyelesaikan pendidikannya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai