ANGGOTA:
1. ARIL PERMANA
2. FAUZI FAJAR
3. HAIRA NURJIHAD
4. LAVENY CITRA NURHAYATI
5. MUHAMMAD AZKA SYATILA
6. PUTRI DIANA SARI
7. RICHA ROMADHONI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di SMA NEGERI 2 MAJALAYA.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari guru mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada
mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami
umumnya para pembaca makalah ini.
2. Hukum Nikah
A. Pengertian Hukum Nikah
Hukum menikah adalah mubah atau sesuatu yang dibolehkan, Namun
hukum ini bisa berubah jika dilihat dari situasi dan kondisi serta niat
seseorang yang akan menikah. Hukum menikah bisa sebagai wajib, sunah,
mubah, makruh, bahkan haram, bergantung pada kondisi dan situasi orang
hendak menikah.
ۤ
َكثِ ۡيرًا ث ِم ۡنهُ َما ِر َجااًلَّ َق ِم ۡنهَا َز ۡو َجهَا َوب َ َس وَّا ِح َد ٍة َّو َخلٍ ٰيـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ۡوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ ۡى َخلَقَ ُكمۡ ِّم ۡن نَّ ۡف
َرقِ ۡيبًا َّۡونِ َسٓا ًء ۚ َواتَّقُوا هّٰللا َ الَّ ِذ ۡى تَ َسٓا َءلُ ۡونَ بِ ٖه َوااۡل َ ۡر َحا َم ؕ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلَ ۡي ُكم
ار ِه َّن َويَ ۡحفَ ۡظنَ فُر ُۡو َجه َُّن َواَل ي ُۡب ِد ۡي َـن ِز ۡينَتَه َُّن ِااَّل َما ظَهَ َر ِم ۡنهَا ِ ص َ ُضنَ ِم ۡن اَ ۡب ۡ ت يَ ۡغض ِ َوقُلْ لِّ ۡـل ُم ۡؤ ِم ٰن
ن َواَل ي ُۡب ِد ۡي َـن ِز ۡينَتَه َُّن اِاَّل لِبُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو ٰابَ ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو ٰابَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو ۖ
َّ ـض ِر ۡبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن ع َٰلى ُجي ُۡوبِ ِه ۡ ََو ۡلي
اَ ۡبن َِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو اَ ۡبنَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اَ َخ ٰوتِ ِه َّن اَ ۡو نِ َس ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو َما َملَـ َك ۡت
ت النِّ َسٓا ِۖء ِ اَ ۡي َمانُه َُّن اَ ِو ال ٰتّبِ ِع ۡينَ غ َۡي ِر اُولِى ااۡل ِ ۡربَ ِة ِمنَ ال ِّر َجا ِل اَ ِو الطِّ ۡف ِل الَّ ِذ ۡينَ لَمۡ يَ ۡظهَر ُۡوا ع َٰلى ع َۡو ٰر
ۡض ِر ۡبنَ بِا َ ۡر ُجلِ ِه َّن لِي ُۡـعلَ َم َما ي ُۡخفِ ۡينَ ِم ۡن ِز ۡينَتِ ِه َّن ؕ َوتُ ۡوب ُۡۤوا اِلَى هّٰللا ِ َج ِم ۡيعًا اَيُّهَ ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ لَ َعلَّ ُكم ۡ ََواَل ي
َتُفلِح ُۡون ۡ
ق َل ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡنفُ ِس ُكمۡ اَ ۡز َواجًا لِّت َۡس ُكنُ ۡۤوا اِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكمۡ َّم َو َّدةً َّو َر ۡح َمةً ؕ اِ َّن فِ ۡى ٰذ
َ ََو ِم ۡن ٰا ٰيتِ ٖ ۤه اَ ۡن َخل
ٍ ك اَل ٰ ٰي
َت لِّقَ ۡو ٍم يَّتَفَ َّكر ُۡون َ ِل
هّٰللا
ِ َو ُ َج َع َل لَـ ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡنفُ ِس ُكمۡ اَ ۡز َواجًا َّو َج َع َل لَـ ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡز َوا ِج ُكمۡ بَنِ ۡي َـن َو َحفَ َدةً َّو َرزَ قَ ُكمۡ ِّمنَ الطَّي ِّٰب
ؕت
َت هّٰللا ِ هُمۡ يَ ۡكفُر ُۡو ۙن
ِ اَفَبِ ۡالبَا ِط ِل ي ُۡؤ ِمنُ ۡونَ َوبِنِ ۡع َم
3. Tujuan Nikah
Tujuan Pernikahan dalam Islam
Terjadinya suatu pernikahan yang ditandai dengan adanya ijab dan qabul
memiliki beberapa tujuan. Beberapa tujuan dari pernikahan berdasarkan Al-
Quran dan Hadist, yaitu:
ُ صلِ ِح ْينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َم ۤا ِٕى ُك ۗ ْم ِا ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا فُقَ َر ۤا َء يُ ْغنِ ِه ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه َوهّٰللا
ّ ٰ َواَ ْن ِكحُوا ااْل َيَامٰ ى ِم ْن ُك ْم َوال
َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم
Artinya:
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan
juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui.
2. Melaksanakan Sunah Rasul
Selain melaksanakan perintah Allah, tujuan menikah berikutnya adalah
melaksanakan sunah Rasul. Dengan melaksanakan sunah Rasul, maka
seorang hamba dapat terhindar dari perbuatan zina. Tidak hanya itu, seorang
yang menikah juga mendapatkan pahala karena sudah melaksanakan sunah
Rasul.
Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa dengan menikah
berarti sama halnya menjaga kehormatan diri sendiri, sehingga kita bisa
untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama Islam. Selain itu, suatu
pernikahan bisa membuat diri kita bisa menjaga pandangan dan terhindar
dari perbuatan zina, sehingga kita bisa menjalani ibadah pernikahan lebih
baik.
Oleh sebab itu, menikah bisa membuat laki-laki dan perempuan (suami istri)
bisa menjaga kemaluan dan perutnya agar terhindar dari perbuatan zina.
5. Mendapatkan Keturunan
Setiap umat Muslim yang melakukan pernikahan pasti memiliki tujuan
untuk memiliki keturunan dengan harapan dapat menjadi penerus keluarga.
Memiliki keturunan akan menambah kebahagiaan bagi rumah tangga yang
sedang dibangun. Selain itu, memiliki keturunan bisa menjadi bekal pahala
untuk suami istri di kemudian hari.
Pernikahan Menurut Pandangan Islam – Menghabiskan hidup dan menua
bersama kekasih idaman bisa dikatakan sebagai suatu impian bagi setiap
orang, sehingga sudah banyak yang melakukan pernikahan. Oleh karena itu,
hampir setiap pasangan laki-laki dan perempuan ingin sekali untuk
mewujudkan suatu pernikahan yang di mana pernikahan bisa membuat
kedua pasangan hidup bersama. Terlebih lagi suatu pernikahan akan lebih
bahagia ketika memiliki si buah hati.
Maka dari itu, perkawinan atau pernikahan bisa dikatakan sebagai salah satu
perilaku manusia yang baik atau terpuji yang telah diciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dengan tujuan untuk membuat hidup manusia menjadi lebih
baik lagi. Selain itu, pernikahan yang baik juga bisa membuat hubungan
suami istri menjadi lebih harmonis dan kebahagiaan akan menghampiri.
Setiap terlaksananya suatu pernikahan pasti berdasarkan perkembangan
zaman dan perkembangan budaya yang ada di dalam kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh
masyarakat sederhana akan berbeda dengan masyarakat maju. Masyarakat
sederhana, biasanya akan menyelenggarakan pernikahan dengan budaya
pernikahan yang sederhana dan tertutup. Sementara itu, masyarakat yang
lebih modern (maju) umumnya penyelenggaraan pernikahan dilakukan
dengan budaya yang modern dan terbuka.
Pada dasarnya, tujuan pernikahan bukan hanya menyatukan laki-laki dan
perempuan untuk untuk membangun rumah tangga yang harmonis agar bisa
hidup bersama dan menua bersama, tetapi ada beberapa tujuan pernikahan
lainnya. Di dalam agama Islam ada beberapa tujuan pernikahan yang perlu
dimengerti dan dipahami bagi umat Muslim agar pernikahan bisa
memberikan kebahagiaan sekaligus pahala karena sudah melaksanakan
ibadah.
Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang secara
syar'i untuk menikah
Ada wali dari calon pengantin perempuan
Dihadiri dua orang saksi laki-laki yang adil untuk menyaksikan sah tidaknya
pernikahan diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang
mewakilinya diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang
mewakilinya. Persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadis secara
marfu: "Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil."
(HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i).
Syarat Nikah
Pernikahan harus memenuhi unsur sebagai berikut:
1. Beragama Islam
Syarat calon suami dan istri adalah beragama Islam serta jelas nama dan
orangnya. Bahkan, tidak sah jika seorang muslim menikahi nonmuslim
dengan tata cara ijab kabul Islam.
2. Bukan mahram
Bukan mahram menandakan bahwa tidak terdapat penghalang agar
perkawinan bisa dilaksanakan. Selain itu, sebelum menikah perlu
menelusuri pasangan yang akan dinikahi.
Misalnya, sewaktu kecil dibesarkan dan disusui oleh siapa. Sebab, jika
ketahuan masih saudara sepersusuan maka tergolong dalam jalur mahram
seperti nasab yang haram untuk dinikahi.
Jika wali nasab dari keluarga tidak ada, alternatifnya adalah wali hakim
yang syarat dan ketentuannya pun telah diatur.
4. Dihadiri saksi
Syarat sah nikah Syarat selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang
saksi yang menghadiri ijab kabul, satu bisa dari pihak mempelai wanita dan
satu lagi dari mempelai pria.
Hal ini juga ditegaskan seorang ulama bermazhab Syafii dalam kitab Fathul
Qarib al-Mujib yang menyebut salah satu larangan dalam haji adalah
melakukan akad nikah maupun menjadi wali dalam pernikahan:
( بوكالة أو والية )و،الثامن (عقد النكاح) فيحرم على المحرم أن يعقد النكاح لنفسه أو غيره
6. Bukan paksaan
Syarat nikah yang tak kalah penting adalah mendapat keridaan dari masing-
masing pihak, saling menerima tanpa ada paksaan. Ini sesuai dengan hadis
Abu Hurairah ra:
Demikian rukun dan syarat nikah yang perlu diketahui pasangan yang
hendak melangsungkan pernikahan.
5. Mukhrim
Menurut pengertian bahasa muhrim berarti yang diharamkan. Menurut Istilah
dalam ilmu fiqh muhrim adalah wanita yang haram dinikahi. Penyebab wanita
yang haram dinikahi ada 4 macam :
1. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan
a. Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari
ayah).
b. Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan
seterusnya).
c. Saudara perempuan sekandung (sekandung, sebapak atau seibu).
d. Saudara perempuan dari bapak.
e. Saudara perempuan dari ibu.
f. Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.
g. Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.
ࣖ َواَل تَ ْن ِكحُوْ ا َما نَ َك َح ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً َّو َم ْقتً ۗا َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang
telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah
lampau. Sungguh, perbuatan itu sangat keji dan dibenci (oleh Allah)
dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).”
d. Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.
4. Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim
dengan istri. Misalnya haram melakukan poligami (memperistri
sekaligus) terhadap dua orang bersaudara, terhadap perempuan
dengan bibinya, terhadap seorang perempuan dengan kemenakannya.
(lihat An-Nisa : 23)
ت َواُ َّم ٰهتُ ُك ُم ٰالّتِ ْٓي ِ ت ااْل ُ ْخ ُ خ َوبَ ٰن ُ ت َعلَ ْي ُك ْم اُ َّم ٰهتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ُك ْم َواَ َخ ٰوتُ ُك ْم َو َع ٰ ّمتُ ُك ْم َو ٰخ ٰلتُ ُك ْم َوبَ ٰن
ِ َ ت ااْل ْ حُرِّ َم
ت نِ َس ۤا ِٕى ُك ْم َو َربَ ۤا ِٕىبُ ُك ُم ٰالّتِ ْي فِ ْي ُحجُوْ ِر ُك ْم ِّم ْن نِّ َس ۤا ِٕى ُك ُم ٰالّتِ ْيُ ضا َع ِة َواُ َّم ٰه َ ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخ ٰوتُ ُك ْم ِّمنَ ال َّر َ ْاَر
َ ۙ ُ َ َّ ُ ۤ َ ۤ
َدخَ ْلت ْم بِ ِه َّن فَا ِ ْن ل ْم تَكوْ نوْ ا َد َخلت ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح َعل ْيك ْم ۖ َو َحاَل ِٕى ُل ا ْبنَا ِٕىك ُم ال ِذ ْينَ ِم ْن اصْ اَل بِك ْم َوا ْن
ُ َ ُ ْ ُ ُ َّ ۖ ُ
هّٰللا
ِ تَجْ َمعُوْ ا بَ ْينَ ااْل ُ ْختَ ْي ِن اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِ َّن َ َكانَ َغفُوْ رًا ر
َّح ْي ًما ۔
6. Wali Nikah
A. wali nikah adalah sebutan bagi pihak laki-laki dari keluarga perempuan
yang bertugas mengawasi keadaan dan kondisi mempelai dalam prosesi
perkawinan. Perwalian, secara syariat merupakan perkataan pada orang
lain dan pengawasan atas keadaan si perempuan yang dinikahkan.
Pemenuhan rukun nikah untuk mendatangkan wali ini dirujuk dari hadis
yang diriwayatkan oleh Jabir, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak [sah] pernikahan kecuali dengan wali yang berakal dan adil," (H.R.
Ahmad).
menjadi wali nikah adalah ayah mempelai perempuan. Jika ayah tidak bisa
atau tidak memenuhi syaratnya, baru bisa digantikan dengan wali nikah
yang lain sesuai urutan yang berlaku.
Urutan wali nikah di atas ditarik dari nasab (jalur keturunan) dari pihak
ayah, dan bukan saudara seibu. Pernikahan seorang perempuan tidak sah
kecuali dinikahkan oleh wali yang dekat dari jalur keturunan tersebut. Jika
tidak ada, maka keadaan ini diampu oleh wali jauh, dan jika masih tidak
ada, maka mempelai dinikahkan oleh penguasa atau wali hakim.
2). Wali hakim menjadi berlaku ketika semua urutan di atas sudah tidak
bisa dipenuhi lagi karena sebab-sebab tertentu. Misalnya, tidak memenuhi
syarat menjadi wali nikah. Bagaimanapun juga, tidak semua orang bisa
menjadi wali dalam pernikahan, kecuali memenuhi syarat-syaratnya.
Oleh sebab itu, Kantor Urusan Agama (KUA) pun biasanya menyarankan
untuk mendahulukan wali nasab di atas, sebelum memutuskan untuk
menggunakan jasa wali hakim dari KUA.
Hal ini tertera dalam aturan pasal 23 ayat 1 dan 2 KHI: "Wali hakim baru
dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak
mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau
gaib atau adlal atau enggan. Dalam hal wali adlal atau enggan, maka wali
hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan
Pengadilan Agama tentang wali tersebut."
"Dan kewajiban bapak memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya...."
menyakiti.
1. Menaati suami
Kewajiban pertama istri pada suami adalah taat pada suami. Contoh taat
Misalnya, istri patuh ketika suami menyuruhnya untuk beribadah,
menutup aurat, dan lain-lainnya. Namun, istri wajib taat kecuali dalam
hal-hal yang melanggar aturan agama dan/atau kesusilaan. Dalam al-
Quran, surat An-Nisa ayat 34, terjemahannya berbunyi sebagai berikut:
Dalam Islam, ketaatan seorang istri pada suami disebut setara nilainya
dengan jihad laki-laki. Tetapi, ada kalanya istri dapat mendiskusikan
sesuatu sebelum membuat keputusan, seperti membahas pekerjaan,
keluarga, pendidikan anak, dan sebagainya.
8. Hikmah Pernikahan
Penjelasan :
Dalil tentang pernikahan
Q.S. yaasin : 36
َت ٱَأْلرْ ضُ َو ِم ْن َأنفُ ِس ِه ْم َو ِم َّما اَل يَ ْعلَ ُمون
ُ ِق ٱَأْل ْز ٰ َو َج ُكلَّهَا ِم َّما تُ ۢنب
َ َُسب ٰ َْحنَ ٱلَّ ِذى َخل
ِ ََوٱهَّلل ُ َج َع َل لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس ُك ْم َأ ْز ٰ َو ۭ ًجا َو َج َع َل لَ ُكم ِّم ْن َأ ْز ٰ َو ِج ُكم بَنِينَ َو َحفَ َد ۭةً َو َر َزقَ ُكم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب
ۚت
ِ َأفَبِ ْٱل ٰبَ ِط ِل يُْؤ ِمنُونَ َوبِنِ ْع َم
َت ٱهَّلل ِ هُ ْم يَ ْكفُرُون
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”.
Q.S. An-Nisa : 1
۟ ٓ
ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًۭل َكثِي ۭ ًرا َّ َق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب ٍ ۢ ٰيََأيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذى َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ْف
َ َس ٰ َو ِح َد ۢ ٍة َو َخل
۟
َونِ َسٓا ۭ ًء ۚ َوٱتَّقُوا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذى تَ َسٓا َءلُونَ بِ ِهۦ َوٱَأْلرْ َحا َم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ۭبًا
9.Talak
A. Pengertian Talak
1. Dalam terminologi
pemutusan itu terjadi pada masa kini (jika talak itu berupa talak bain)
maupun
pada masa mendatang, yakni setelah iddah (jika talak berupa talak
raj’i)
Makruh bila dilakukan tanpa alasan yang kuat atau ketika hubungan
suci dalam keadaan ketika ia telah disetubuhi didalam masa suci tersebut.
2. Abdul Djamali dalam bukunya, hukum Islam, mengatakan bahwa
keluarga.
terjadi melalui apa yang disebut talak, dapat terjadi melalui apa yang
disebut
ila' dan dapat pula terjadi melalui apa yang disebut li'an, serta dapat
terjadi
oleh sebab kehendak istri dapat terjadi melalui apa yang disebut
khiyar aib,
dapat terjadi melalui apa yang disebut khulu' dan dapat terjadi melalui
apa
suami dapat terjadi atas inisiatif atau oleh sebab kehendak haka>m,
dapat
terjadi oleh sebab kehendak hukum dan dapat pula terjadi oleh sebab
matinya
perceraian dapat terjadi dengan cara: talak, khulu, fasakh, li'an dan ila'.
7 Oleh
1. Kematian
2. Perceraian
3. Putusan Pengadilan
pasal 113 sampai dengan pasal 148 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Dengan
belah pihak‛.
dan diatur dalam dua sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an dan
Hadist. Hal
ini dapat dilihat pada sumber-sumber dasar hukum berikut ini, seperti
dalam
dan diatur dalam dua sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an dan
Hadist. Hal
ini dapat dilihat pada sumber-sumber dasar hukum berikut ini, seperti
dalam
9. Iddah
Secara bahasa Iddah berarti ketentuan bilangan. Menurut istilah, Iddah ialah
masa menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia
menikah dengan laki-laki lain. Masa Iddah dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.
ٰۤ ٰۤ
الِ ِض ۗنَ َواُواَل تُ ااْل َ ْح َم ْ َس ۤا ِٕى ُك ْم ا ِِن ْار َت ْب ُت ْم َفعِدَّ ُت ُهنَّ َث ٰل َث ُة ا
ْ ش ُه ۙ ٍر َّوالّـ ِْٔي لَهّٰللاْم َيح ِ َوالّـ ِْٔي َي ِٕى ْسنَ مِنَ ا ْل َم ِح ْي
َ ض مِنْ ِّن
ض ْعنَ َح ْملَ ُه ۗنَّ َو َمنْ َّي َّت ِق َ َي ْج َعلْ لَّ ٗه مِنْ اَ ْم ِرهٖ ُي ْس ًرا َ اَ َجلُ ُهنَّ اَنْ َّي
Artinya : Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara
istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah
tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.
Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.
234)
ش ًرا ۚ ف ِا َذا َبلَ ْغنَ اَ َجلَ ُهنَّ فَاَل ْ َصنَ ِبا َ ْن ُفسِ ِهنَّ اَ ْر َب َع َة ا
ْ ش ُه ٍر َّو َع ً َوالَّ ِذ ْينَ ُي َت َو َّف ْونَ ِم ْن ُك ْم َو َي َذ ُر ْونَ اَ ْز َو
ْ اجا َّي َت َر َّب
ُ هّٰللا ْ ُ ْ َ َ
َ
َف َو ُ ِب َما ت ْع َمل ْون ۗ ْ َ ٓ ُ
ِ ُجنا َح َعل ْيك ْم ِف ْي َما ف َعلنَ ف ِْي انفسِ ِهنَّ بِال َم ْع ُر ْو َ
َخبِ ْي ٌر
Artinya : Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-
istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada dosa
bagimu mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka menurut
cara yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
maka masa iddahnya 3 kali quru’ (tiga kali suci). (lihat Q.S. al-
Baqarah/2 : 228)
هّٰللا
ْ َواهّٰلل ْل ُم َطلَّ ٰقتُ َي َت َر َّب
َّصنَ ِبا َ ْنفُسِ ِهنَّ َث ٰل َث َة ُق ُر ۤ ْو ۗ ٍء َواَل َي ِحل ُّ لَ ُهنَّ اَنْ َّي ْك ُت ْمنَ َما َخ َلقَ ُ ف ِْٓي اَ ْر َحا ِم ِهنَّ اِنْ ُكنَّ ُيْؤ مِن
ِِي َعلَ ْي ِهنَّ ِبا ْل َم ْع ُر ْو ۖفِصاَل ًحا َۗولَ ُهنَّ ِم ْثل ُ الَّذ ٰ
ْ ِبا ِ َوا ْل َي ْو ِم ااْل ٰ خ ۗ ِِر َو ُب ُع ْولَ ُت ُهنَّ اَ َحقُّ ِب َر ِّدهِنَّ ف ِْي ذلِ َك اِنْ اَ َراد ُْٓوا ا
ْ ٌ هّٰللا
ال َعلَ ْي ِهنَّ َد َر َجة ۗ َو ُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم ِ ِلر َجِّ ࣖ َول
Artinya : Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa
yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada
mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Dan mereka
(para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka.
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
4.) Wanita yang tidak haid atau belum haid masa iddahnya selama
ٰۤ ٰۤ
الِ ِض ۗنَ َواُواَل تُ ااْل َ ْح َم ْ َس ۤا ِٕى ُك ْم ا ِِن ْار َت ْب ُت ْم َفعِدَّ ُت ُهنَّ َث ٰل َث ُة ا
ْ ش ُه ۙ ٍر َّوالّـ ِْٔي لَهّٰللاْم َيح ِ َوالّـ ِْٔي َي ِٕى ْسنَ مِنَ ا ْل َم ِح ْي
َ ض مِنْ ِّن
ض ْعنَ َح ْملَ ُه ۗنَّ َو َمنْ َّي َّت ِق َ َي ْج َعلْ لَّ ٗه مِنْ اَ ْم ِرهٖ ُي ْس ًرا َ اَ َجلُ ُهنَّ اَنْ َّي
س ْوهُنَّ َف َما لَ ُك ْم َعلَ ْي ِهنَّ مِنْ ِع َّد ٍة ِ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْٓوا ِا َذا َن َك ْح ُت ُم ا ْل ُمْؤ م ِٰن
ُّ ت ُث َّم َطلَّ ْق ُت ُم ْوهُنَّ مِنْ َق ْب ِل اَنْ َت َم
احا َج ِم ْياًل
ً س َر
َ َّس ِّر ُح ْوهُن َ ۚ
َ َت ْع َتد ُّْو َن َها ف َم ِّت ُع ْوهُنَّ َو
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum
kamu mencampurinya maka tidak ada masa idah atas mereka yang perlu kamu
perhitungkan. Namun berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik-baiknya.
a. Pengertian Rujuk
Rujuk menurut bahasa artinya kembali, Rujuk dalam pengertian fikih menurut
al-Mahalli sebagaimana dikutip oleh Amir Syarifuddin ialah kembali ke
dalam hubungan perkawinan dari cerai yang bukan ba>’in, selama dalam
masa iddah. Pengertian rujuk ini juga diisyaratkan dalam pasal 163 KHI
yaitu:seorang suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah.Dengan
demikian jelas bahwa rujuk hanya dapat dilakukan ketikamantan istri dalam
masa iddah, bukan dari talak ba>’in.
Dasar hukum tentang penetapan sahnya rujuk, firman Allah SWT dalam
“Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat”.
Dengan demikian, Islam masih memberi jalan bagi suami yang telah
menjatuhkan talak raj’i kepada istrinya untuk merujuk kembali selama dalam
masa iddah. Akan tetapi jika masa iddahnya telah habis maka tidak ada jalan
bagi suami atas istrinya kecuali dengan akad pernikahan baru. Hukum rujuk
ada lima, yakni:
1) Wajib, apabila Suami yang menceraikan salah seorang istrinya dan dia
belum menyempurnakan pembagian waktunya terhadap istri yang diceraikan
itu.
Ketentuan rujuk itu ada karena adanya ketentuan talak. Dalam pasal 163 ayat
2 huruf a Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa rujuk dapat dilakukan
dalam hal-hal putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah
jatuh tiga kali atau talak yang dijatuhkan qabla al-dukhu>l.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rujuk tidak akan terjadi jika tidak
ada talak raj’i terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa talak merupakan
salah satu penyebab adanya rujuk.
1. Hak Rujuk
Rujuk adalah hak bagi suami selama dalam masa iddah. Oleh karena itu
suami tidak berhak membatalkannya, sekalipun suami semisal berkata: “Tidak
ada Rujuk bagiku” namun sebenarnya suami tetap mempunyai hak rujuk
terhadap istrinya.
2. Syarat Rujuk
Rujuk dapat terjadi selama istri masih dalam masa iddah talak raj’i, maka
apabila mantan suami hendak merujuk istrinya, maka hendaklah memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
d) Talak yang dijatuhkan oleh suami tidak disertai iwad dari istri
3. Rukun Rujuk
1) Istri
a) Sudah dicampuri
b) Istri yang tertentu (bagi suami yang punya istri lebih dari satu)
2) Suami
Suami meminta rujuk atas kehendaknya sendiri, bukan paksaan dari pihak
lain.
a) Ada saksi
b) Lafaz rujuk
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 167 sampai dengan pasal 169
dijelaskan mengenai tata cara melaksanakan rujuk. Adapun bunyi
pasal tersebut adalah:
Pasal 167:
Pasal 168:
Pasal 169:
12.Perkawinan Menurut UU
Dasar Hukum: