Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MUNAKAHAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu: Ibu Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Putri Rohmawati 23010200045


2. Muhamad Azka Abdul Afif 23010200056
3. Ika Destiana Nugrahaeni 23010200062

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat
karunia serta kasih sayangNya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Munakahat dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi terakhir, sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi
Muhammad SAW. tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Mushbihah
Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Fiqih Ibadah.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun pengetikan.

Semoga dalam makalah ini dapat bermanfaat dan para pembaca dapat
memahami. Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Salatiga, 29 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Munakahat
B. Dasar Hukum Munakahat
C. Rukun dan Syarat Munakahat
D. Hukum Munakahat
E. Tujuan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munakahat atau pernikahan merupakan sebuah perintah agama yang diatur
oleh Syariat Islam. Pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna bermakna beribadah kepada Allah swt., mengikuti sunnah
Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan dan tanggungjawab.
Islam mensyariatkan munakahat atau pernikahan untuk membentuk
mahligai keluarga sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Munakahat ?
2. Bagaimana Dasar Hukum Munakahat ?
3. Apa Saja Rukun dan Syarat Munakahat ?
4. Apa Hukum Munakahat ?
5. Apa Tujuan Munakahat ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian munakahat.


2. Mengetahui dasar hukum munakahat.
3. Mengetahui rukun dan syarat munakahat.
4. Mengetahui hukum munakahat.
5. Mengetahui tujuan munakahat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munakahat
Menurut bahasa munakahat berarti menghimpun, mengumpulkan.
Perkawinan dalam Fiqih berbahasa arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah
dan zawaj. Kata na-kaha dan za-wa-ja terdapat dalam al-quran dengan arti
kawin yang berarti bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad.
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata kawin yang artinya
membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh.1
Abu Yahya Zakariya Al- Anshary mendefinisikan sebagai berikut.2
‫اح َٔاوْ نَحْ ِو ِه‬ ْ ‫احةَ َو‬
ٍ ‫ط ٍٔى بِلَ ْف ِظ اِ ْن َك‬ َ َّ‫النِّ َكا ُح شَرْ عًا هُ َو َع ْق ٌد يَت‬
َ َ‫ض َّمنُ ِٕاب‬
Artinya : Nikah menurut istilah syara' ialah akad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan
kata-kata yang semakna dengannya.
Menurut Sayyid Sabiq perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang
berlaku pada semua makhluk tuhan, baik pada manusia, hewan maupun
tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi
manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak dan melestarikan hidupnya
setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam
mewujudkan tujuan perkawinan.3
Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 2 perkawinan adalah suatu
pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah
Allah dan pelaksanaannya adalah merupakan ibadah.4
B. Dasar Hukum Munakahat
1. Al-Qur’an
Q.S an Nisa ayat 1

1
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), hlm. 29.
2
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Prenada Media, 2019), hlm. 6.
3
Ibid, hlm. 7.
4
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta:Sinar Grafika, 1995), hlm 43
َّ َ‫ق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِ ْيرًا‬ َ َ‫س وَّا ِح َد ٍة َّو َخل‬ٍ ‫ٰيَٓٔايُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَّ ْف‬
‫ ِٕا َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َرقِ ْيبًا‬،‫ َواتَّقُواهّٰللا َ الَّ ِذىْ تَ َسٓا َءلُوْ نَ بِ ٖه َوأَاْلرْ َحا َم‬،‫َّونُ َسٓا ًء‬
Artinya : hai sekalian manusia bertaqwalah kepada tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.
Q.S Adz Dzariyat ayat 49
َ‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َزوْ َج ْي ِن لَ َعلَّ ُک ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬
Artinya : dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat kebesaran Allah.
2. Hadist
‫ال َح َّدثَنِ ْى ُع َما َرةُ ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ مٰ ِن ب ِْن‬ َ َ‫ث َح َّدثَنَا اَبٍ ْى َح َّدثَنَا أَاْل ْع َمشُ ق‬
ٍ ‫ص ب ِْن ِغيَا‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُع َم ُر ْب ِن َح ْف‬
‫ ُكنَّا َم َع النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم َشبَابًا‬: ِ ‫ت َم َع ع َْلقَ َمةُ َوأَاْل ْس َو ِد َعلَى َع ْب ِد هّٰللا‬ ُ ‫ َدخَ ْل‬: ‫يَ ِز ْي َد قَا َل‬
‫هّٰللا‬
َ َ‫ يَا َم ْع َش َر ال َّشب‬: ‫ فَقَا َل َرسُوْ ُل ِ صلى هللا عليه وسلم‬،‫اَل نَ ِج ُد َش ْئًا‬
ُ‫ فَ ْليَتَ َز َّوجْ فَاِنَّه‬،َ‫اب َم ِن ا ْستَطَا َع ْالبََٔاة‬
‫ج َو َم ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَاِنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء (رواه البخاري‬ ِ ْ‫صنُ لِ ْلفَر‬ َ ْ‫ص ِر َواَح‬ َ َ‫اَغَضُّ لِ ْلب‬

Artinya : telah menceritakan kepada kami Amru bin Hafsh bin Ghiyats
telah menceritakan kepada kami Al A’masy ia berkata; telah menceritakan
kepadaku Umarah dari Abdurrahman bin Yazid ia berkata; Aku, Alqamah
dari Al aswad pernah menemui Abdullah, lalu ia pun berkata; pada waktu
muda dulu kami pernah berada bersama Nabi saw. Saat itu, kami tidak
mendapati sesuatu pun, maka Rasulullah saw. Bersabda kepada kami:
‘’wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian telah mempunyai
kemampuan, maka hendaklah ia menikah karena sesungguhnya
pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara
kemaluan. Namun siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab
hal itu dapat merendahkan nafsunya.’’ (HR. Bukhari)
C. Rukun dan Syarat Munakahat
Akad pernikahan dikatakan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan
syarat-syarat dan rukun-rukun yang sesuai dengan ketentuan agama. Rukun
munakahat atau pernikahan, antara lain :
1. Calon suami
2. Calon istri
3. Wali
4. Dua orang saksi

Adapun syarat-syarat munakahat, yaitu :

1. Kedua mempelai beragama Islam


2. Laki-laki bukan mahrom bagi calon istri
3. Wali akad nikah dari mempelai wanita bersedia menjadi wali
4. Tidak sedang melaksanakan Ihram
5. Penikahan berlangsung bukan karena paksaan
D. Hukum Munakahat atau Pernikahan
1. Wajib
Bagi orang yang sudah mempunyai kemauan dan mampu menikah,
nafsunya telah mendesak dan takut terjerumus dalam perzinaan, maka ia
wajib menikah.5
2. Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah,
tetapi masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina, maka sunnah
baginya menikah.6
3. Mubah
Pernikahan menjadi mubah bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan-
alasan yang mewajibkan segera nikah atau atau karena alasan-alasan yang
mengharamkan untuk nikah.7
4. Makruh
5
Abdul Rahman Al Ghazaly, Fiqih Munakahat, , (Prenada Media, 2019), hlm. 13.
6
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”,
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukun Islam Vol. 5, No. 2, 2014. Hal 294.
7
Wahyu Wibisana, “Pernikahan dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 14, No. 2,
2016. Hal 189.
Pernikahan menjadi makruh bagi orang yang lemah syahwatnya
dan tidak mampu memberi belanja kepada istrinya.8
5. Haram
Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan
batinnya kepada istri serta nafsunya tidak mendesak, maka ia haram
menikah.
E. Tujuan Munakahat
Pernikahan atau munakahat adalah salah satu media untuk
mengembangkan keturunan dan penyaluran insting untuk melakukan untuk
melakukan relasi seksual.9
Tujuan perkawinan antara lain, untuk memenuhi tuntutan naluri manusia
yang asasi, untuk membentengi akhlak yang luhur, untuk menegakkan rumah
tangga yang Islami, untuk meningkatkan ibadah kepada Allah, untuk mencari
keturunan yang shalih.10
Tujuan pernikahan Islam tidak dapat dilepaskan dari pernyataan al-Qur’an.
Al-Qur’an menegaskan bahwa diantara tanda-tanda kekuasaan Allah swt. ialah
bahwa Ia menciptakan istri-istri bagi para lelaki dari jenis mereka sendiri.
Kemudian Allah menjadikan/ menumbuhkan perasaan cinta dan kasih sayang
di antara mereka.11
Tujuan pernikahan, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt. dalam surah
ar-Rum ayat 21
َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا ِالَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَوْ ٍم‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل‬
َ‫يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasakan
tentram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang

8
Ibid.
9
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”,
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukun Islam Vol. 5, No. 2, 2014. Hal 300.
10
Sudarto, Fiqih Munakahat, (Qiara Media, 2020), hlm 11
11
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”,
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukun Islam Vol. 5, No. 2, 2014. Hal 301.
(mawaddah warahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi
tanda-tanda kebesaranNya bagi orang-orang yang berfikir”.
Imam Al-Ghazali dalam Ihyanya, tujuan perkawinan dapat dikembangkan
menjadi lima, yaitu:12
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan kasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak
serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta
kekayaan yang halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
atas dasar cinta dan kasih sayang.

12
Abdul Rahman Al Ghazaly, Fiqih Munakahat, , (Prenada Media, 2019), hlm. 17.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menghalalkan pergaulan laki-laki
dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga dan mendapatkan
keturunan yang sah.
Dalam surah an Nisa, Allah telah menegaskan kepada kita bahwa
hendaknya kita bertaqwa kepada Allah yang telah menciptakan kita dari satu
jiwa. Kemudian dari satu jiwa itu diciptakanlah pasangannya, dan dari
pasangan tersebut lahirlah banyak laki-laki dan perempuan.
Rukun pernikahan antara lain calon suami, calon istri, wali, dua orang
saksi. Adapun syarat munakahan atau pernikahan, yaitu :
1) Kedua mempelai beragama Islam
2) Laki-laki bukan mahrom bagi calon istri
3) Wali akad nikah dari mempelai wanita bersedia menjadi wali
4) Tidak sedang melaksanakan Ihram
5) Penikahan berlangsung bukan karena paksaan

Hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan
boleh ditinggalkan. Meskipun demikian, hukum nikah dapat berubah menjadi
sunah, wajib, makruh, atau haram.

Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia


dunia dan akhirat

B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhaili, Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989).

Atabik, Ahmad dan Khoridatul Mudhiiah, “Pernikahan dan Hikmahnya

Ghazaly, Abdul Rahman Fiqih Munakahat, (Prenada Media, 2019).

Ibid.

Idris Ramulyo, Mohd. Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta:Sinar Grafika,1995).

Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukun Islam Vol. 5, No. 2,
2014.

Rahman Al Ghazaly, Abdul Fiqih Munakahat, (Prenada Media, 2019).

Sudarto, Fiqih Munakahat, (Qiara Media, 2020).

Wibisana, Wahyu “Pernikahan dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.
14, No. 2, 2016.

Anda mungkin juga menyukai