FIQIH MUNAKAHAT B
KHULU
Oleh
HUSEIN (2021110858)
Kelompok 4
الر ِحيم
َّ الرحْ َم ِن
َّ َِّللا
َّ س ِم
ْ ِب
علَى
َ س ِليْنََ َو َِ َف االَنبِي
َ اء ََو ال ُم ْر َ سالَ َُم
َِ على ا َ ْش َر َّ صالََة ُ َوال َ ّ ِ ُ ا َ ْل َح ْم َد
َّ ِلِ َربَِّ العَالمينََ ََو ال
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
Darmiko Suhendra, Khulu’ dalam Persfektif Hukum Islam, Vol. 1 No. 1, ASY-
SYAR‟IYYAH, Juni 2016, h.219
2
Ibid, h. 219
1
syarat yang ditentukan undang-undang. Oleh karena itu dalam tulisan ini
akan dibahas tentang konsep khulu‟dalam perspektif hukum Islam.3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penugasan
3
Darmiko Suhendra,Vol. 1 No. 1, Op.cit,h.220.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulu’
ۗن
َّ اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآُئِكُمْ ۗ هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّ ُه
عَلِمَ هّٰللاُ اَنَّکُمْ كُنْتُمْ تَخْتَا نُوْنَ اَنْفُسَکُمْ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۗ فَا لْــئٰنَ بَا
َ اْل
ْ ُشِرُوْهُنَّ وَا بْتَغُوْا مَا کَتَبَ هّٰللاُ لَـكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّّى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْط
ُٓسجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ هّٰللاِ ف َََل تَقْرَبُوْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ هّٰللاُ اٰيٰتِه
ٰ َوَاَ نْـتُمْ عٰكِفُوْنَ ۗ فِى الْم
Artinya:
3
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar
mereka bertakwa." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 187)4
4
isteri dengan memberikan iwadh atau tebusan kepada dan atas persetujuan
suami.
1.Syarat khuluk
Bagi suami :
Bagi istri :
6
Darmiko Suhendra,Vol. 1 No. 1, Op.cit,h..222.
5
dibawah pengawasan , dan sudah cerdas bertindak atas
harta.7
2.Rukun khuluk
7
Yurisprudensi Ensiklopedia Sains Islami, jilid 8, Kamil Pustaka,Pebruari 2018,
h.30..
8
Ensiklopedi Hukum Islam, Jiiid 3, PT ICHTIAR BARU VAN HOEVE, Jakarta,
Cet.ke7, 2006, hal. 933.
9
Wahbah Azzuhaili, Alfiqhul Islami Wa Adillatuhu, Juz 7, Darl fikr, Damaskus,
2008, h.31.
6
Yang sangat urgen adalah rukun yang terakhir adalah I‟wadl
(Tebusan), yaitu tebusan yang harus diberikan istri kepada suami. Maka
khulu‟ menjadi tidak sah tanpa adanya tebusan. Namun ulama telah berbeda
pendapat dalam masalah ini; apakah khulu‟ tetap sah walaupun tanpa
adanya tebusan?. Menurut Syafi‟iyyah dan Hanabilah khulu‟ menjadi tidak
sah tanpa adanya tebusan. Sedangkan menurut Hanafiyyah walaupun tanpa
tebusan khulu‟ tetap sah. Adapun ulama Malikiyyah mengatakan khulu‟
tetap sah baik itu dengan tebusan atau tanpa tebusan.(Drs. H. Sudono, M.H.)
Sah khulu' yang dilakukan oleh orang yang sedang sakit parah.10
Karena jika dia menjatuhkan talak yang tidak memiliki 'iwadh, maka sah
10
Wahbah Azzuhaili, Alfiqhul Islami Wa Adillatuhu, Juz 7, Darl fikr, Damaskus,
2008, hal. 469.
7
talaknya, apalagi talak yang memiliki 'iwadh. Juga karena ahli warisnya
tidak akan mendapatkan kerugi-an apa-apa dengan tindakan khulu'nya.11
Menurut pendapat yang masyhur, istri yang dia khulu' pada masa dia
sakit mendapatkan warisan dari suami jika suami meninggal dunia pada
masa khulu' ini akibat penyakit yang mengkhawatirkan. Meskipun masa
iddahnya telah selesai, dan dia kawin lagi dengan orang lain. Sedangkan
istri tidak mewarisi suaminya jika istri meninggal dunia sebelum suami
pada masa suami sakit, meskipun istri tengah sakit pada saat terjadi khulu';
karena suamilah yang membuat hilang apa yang seharusnya berhak untuk
dia dapatkan.
Demikian juga Setiap pasangan suami istri atau salah satu dari
keduanya berhak untuk mewakilkan orang lain dalam khuluk.12
12
Wahbah Azzuhaili, Juz 7, Op.cit,hal. 469.
8
antara suami istri setelah adanya perkawinan (dukhul), maka „iddah-nya tiga
quru‟ sebagaimana perpisahan selain khulu‟.
Tidak ada rujuk bagi seorang suami dari seorang istri yang telah
pisah dengan sebab khulu‟. Baik itu bagi yang menganggap khulu‟ itu
thalaq ba-in maupun faskh. Jika dia menginginkan kembali kepada isterinya
maka harus dengan akad pernikahan dan mahar yang baru.
9
Istri tidak bisa dirujuk, berakhir dengan talak ba‟in, kalau ingin rujuk
harus menikah baru lagi, berlaku pasal 161 Kompasi Hukum Islam.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulu‟ adalah perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagai
iwadh yang diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus diri agar
terlepas dari ikatan perkawinan.
Syarat khulu‟ bagi suami : . Syaratnya adalah akil, baligh,
dan bertindak atas kehendaknya sendiri dengan kesengajaan. Syarat khulu‟
bagi istri : Untuk syarat ini ia harus seorang yang telah baligh, berakal, tidak
berada dibawah pengawasan , dan sudah cerdas bertindak atas harta. Rukun
khuluk menurut jumhur ulama selain Mazhab Hanafi adalah : Adanya ijab
(pernyataan) dari pihak suami atau wakilnya, atau walinya jika suami masih
kecil atau orang bodoh. Status mereka masih suami istri (belum pisah).
Adanya ganti rugi dari pihak istri atau orang lain. Ganti rugi ini tidak harus
dinyatakan secara jelas apabila lafal yang digunakan adalah lafal khuluk,
karena risiko khuluk itu adalah adanya ganti rugi dari pihak istri. Tetapi,
jika yang digunakan adalah lafal selain khuluk, maka ganti rugi harus
Adanya lafal yang menunjukkan pengertian khuluk. Istri menerima khuluk
tersebut sesuai dengan ijab yang dikemukakan suami.
B. Saran
Demikian makalah yang disusun oleh kelompok 4 untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munakahat B. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan,
11
maka dari itu kritik dan saran penulis kami harapkan untuk perbaikan
makalah penulis selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
13