Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Hadits Hukum Keluarga Islam

Disusunoleh :
1. RIZKIYA HUMAENI [200202040]
2. TAUFIK RAHMAN [200202055]

DosenPengampu:Muh.Zamroni, MHI

HUKUM KELURGA ISLAM


FAKULTAS SYRIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN PEMBELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, atas
segala limpahan rahmat dan karuni-Nya kepada kami/kita, sehingga dengan begitu
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Hadits Hukum Keluarga kami
dengan judul: “HADITS-HADITS HUKUM KELUARGA ISLAM”

Kami menyadari bahwasanya di dalam proses pembuatan makalah ini


masih banyak mengalami kendala dan masih jauh dari kata sempurna baik dari
penyusunan kalimat dan kata, penulisanya dan materi yang di bahas dalam
makalah. Kami telah berupaya semampu dan semaksimalkan mungkin untuk
membuat makalah ini dapat mudah dipahami oleh para pembaca dan akhirnya
menyelesaikanya. Dan oleh karena itu dengan senang hati, kami berharap kepada
pembaca yang budiman untuk memberikan masukan, kritik maupun saran yang
bersifat membangun sehingga kedepanya kami akan memaksimalkan dan
berusaha lagi.

Kami berharap dengan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
kepada kami (penulis) dan juga untuk para pembaca

Ampenan, 26 September 2021

pemakalah
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB 1 PEMBAHASAN................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

A. Arti serta pejelasan hadis ke 10........................................................

B. Arti serta penjelasan hadis ke 11......................................................

C. Arti serta penjelasan hadis ke 12......................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran dan Kritik..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Talak merupakan salah satu metode sebab maupun cara berakhirnya suatu
ikatan hubungan perkwainan atau pernikahan atas pengakun/inisiatif dari sang
suaminya. Menurut arti bahasa/terminology, talak berarti suatu yang
dilepaskan/melepaskan. Sedangkan menurut istilahnya talak berarti melepaskan
ikatan penikahan maupun menghilangkan ikatan pernikahan pada saat itu juga
(disebut juga dengan talak ba’in) atau pada saat sang istri sedang dalam masa
iddahnya (disebut juga dengan talak raj’i) dengan ucapan tertentu dari sang
suami yang bersifa untuk melepaskan ikatan pernikahan.
Mengenaihukum talaq, para ulama fiqih berbeda pendapat dalam
menentukan hukum talak. Diantara mereka juga ada yang melarang melakukan
talak tersebut kecuali jika disertai alasan yang benar-benar jelas jelas, artinya jika
tidak mempunyai alasan jelas dalam melakukan talak maka tidak dibenarkan atau
dianjurkan. Karena sesungguhnya suatu ikatan pernikahan merupakan salah satu
nikmat Allah Swt yang artinya jika kita ingkari nikmatnya maka kita melakukan
suatu perbuat yang haram. Sehingga, hukum talak itu haram kecuali dalam
kondisi darurat yang benar-benar mengharuskan untukb ercerai.
. Maka dari itu, sekali lagi talak dalam Islam pada prinsip dasarnya itu
dilarang kecuali benar-benar ada alasan yang tepat.
B. RumusanMasalah
1. Apa isi dari hadis tke 10 beserta dengan penjelasan rincinya?
2. Apa isi dari hadist ke 11 beserta dengan penjelasan rincinya?
3. Apa isi dari hadist ke 12 beserta dengan penjelasan rincinya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa/I mengetahui isi dari hadis tke 10 beserta dgn pnjlsn rincinya.
2. Mahasiswa/I mengetahui isi dari hadsit ke 11 beserta dgn pnjlsn rincinya
3. Mahasiswa/I mengetahui isi dari hadist ke 12 beserta dgn pnjlsn rincinya.
BAB II

PEMBAHASAN
Hadist ke 6

‫ابغض الحالل عند هللا الي هللا الطالق‬

“ perkara hal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak.”


( H.R Abu Dawud dan Ibnu Majjah serta dishahihkn oleh al-Hakim,namun
Abu Hatim menguatkan bahwa hadist ini mursal)

a. Pengertian talaq

Secara etimologis, talak berarti melepas ikatan talak berasal dari kata iṭla>q
yang berarti melepaskan atau meninggalkan.1
Talaq(Perceraian)2 berasal dari bahasa   arab   "‫"اطلق‬ yang artinya lepasnya
ikatan dan pembebasan. Termasuk diantara kalimat talaq adalah kalimat naaqatun
thaaliqun, maksudnya, dilepaskan dengan tanpa kekangan. Juga kalimat asiirun
muthaliqun, yang artinya terlepas ikatannya dan terbebas darinya. Akan tetapi,
tradisi mengkhususkan talaq dengan pengertian lepasnya ikatan secara maknawi
bagi siperempuan. Dan dengan pengertian bebas pada terlepasnya ikatan secara
indrawi pada orang yang selai perempuan. Menurut istilah fiqih talaq adalah
membubarkan ikatan perkawinan denga kata mendatang. Dan juga disebutkan
bahwa talak adalah terlepasnya ikatan pernikahan dengan lafas talaq dan yang
sejenisnya. dan juga dalam pengertian yang sama talak adalah melepaskan atua
membatalkan ikatan tali perkawinan yang sah. Menurut Sayyid Sabiq Talaq
adalah melepaskan ikatan pernikahan dan mengakhiri hubungan perkawinan.

b. Persyariatan thalaq

1Abu Malik kamal, Fikih sunnah Wanita. (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), 230
2 Perceraian dalam kamus besar bahasa indonesia adalah perpisahan,perpecahan,perihal bercerai
antara suami istri,W.J.S.Poerwodarminto,kamus besar bahasa indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka,2008) hlm.261
Talak disyariatkan dalam al-quran, sunnah dan ijmak. Dalam al-qur’an
yang menjelaskan tentang talak apada surah al-baqarah ayat 229:

‫ْر ْي ۢ ٌح بِاِحْ َسا ٍن ۗ َواَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم اَ ْن تَْأ ُخ ُذوْ ا ِم َّمٓا ٰاتَ ْيتُ ُم^^وْ ه َُّن َشئًْـا آِاَّل‬
ِ ‫ف اَوْ تَس‬
ٍ ْ‫ك بِ َم ْعرُو‬ ٌ ۢ ‫ق َمر َّٰت ِن ۖ فَا ِ ْم َسا‬
ُ ‫اَلطَّاَل‬
‫ك ُح^ ُدوْ ُد هّٰللا ِ فَاَل‬ َ ^‫َت بِ ٖ^ه ۗ تِ ْل‬
ْ ‫َاح َعلَ ْي ِه َما فِ ْي َم^^ا ا ْفتَ^د‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اَ ْن يَّخَ افَٓا اَاَّل يُقِ ْي َما ُح ُدوْ َد ِ ۗ فَا ِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل يُقِ ْي َما ُح ُدوْ َد ِ ۙ فَاَل ُجن‬
ٰ ‫ك هُم‬ ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ َ ‫ول ِٕى‬ ‫تَ ْعتَ ُدوْ هَا ۚ َو َم ْن يَّتَ َع َّد ُح ُدوْ َد ِ فَا‬

‘’Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali.(Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik.Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah.Jika kamu (wali) khawatir bahwa
keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya
tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk
menebus dirinya.Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka
itulah orang-orang zalim’’

Dan juga firman Allah surah At-Talaq ayat 1:

‫ص^وا ْال ِع^ َّد ۚةَ َواتَّقُ^^وا هّٰللا َ َربَّ ُك ۚ ْم اَل تُ ْخ ِر ُج^^وْ ه َُّن ِم ۢ ْن‬ ُ ْ‫ٰيٓاَيُّهَ^^ا النَّبِ ُّي اِ َذا طَلَّ ْقتُ ُم النِّ َس^ ۤا َء فَطَلِّقُ^^وْ ه َُّن لِ ِع^ َّدتِ ِه َّن َواَح‬
‫ظلَ َم نَ ْف َسهٗ ۗ اَل تَ ْد ِريْ لَ َع َّل‬ َ ‫ك ُح ُدوْ ُد هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن يَّتَ َع َّد ُح ُدوْ َد هّٰللا ِ فَقَ ْد‬
َ ‫بُيُوْ تِ ِه َّن َواَل يَ ْخرُجْ نَ آِاَّل اَ ْن يَّْأتِ ْينَ بِفَا ِح َش ٍة ُّمبَيِّنَ ۗ ٍة َوتِ ْل‬
‫ك اَ ْمرًا‬ َ ِ‫ث بَ ْع َد ٰذل‬ُ ‫هّٰللا َ يُحْ ِد‬

“Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah


kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya
(yang wajar), dan hitunglah waktu idah itu, serta bertakwalah kepada
Allah Tuhanmu.Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan
janganlah (diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan
keji yang jelas.Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa melanggar
hukum-hukum Allah, maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap
dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali setelah itu Allah
mengadakan suatu ketentuan yang baru’’

Nabi saw juga bersabda:

‫انما الطالق لمن اخذ با لساق‬

“sesungguhnya talaq dimiliki oleh orang yang memiliki hak untuk


menyetubuhinya”

Umar berkata “nabi menalak hafshah kemudian beliau kembali rujuk kepadanya”

c. Hukum talaq

Dilihat dari konteks yang melatar belakanginya,hukum-hukum talak


adalah sebagai berikut :
           
a. Wajib jika terjadi konflik antar pasangan suami-istri, hakim
menugaskan mediator dua orang mediator untuk menilai situasi
konflik tersebut. Lalu, kedua mediator itu merekomendasikan
bahwa sepasang suami-istri tersebut harus bercerai. Maka suami
harus menceraikan istrinya.
b. Sunnah seorang suami dianjurkan untuk melakukan talak dalam
kondisi ketika istrinya kerap tidak menjalankan ibadah-ibadah
wajib, seperti shalat wajib, serta tidak ada kemungkinan memaksa
istrinya itu melakukan kewajiban-kewajiban tersebut. Talak juga
sunnah dilakukan ketika istri tidak bisa menjaga diri dari
perbuatan-perbuatan maksiat.
c. Mubah, talak boleh dilakukan dalam kondisi ketika suami
memiliki istri yang buruk perangainya, kasar tingkah lakunya, atau
tidak bisa diharapkan menjadi partner yang ideal guna mencapai
tujuan-tujuan pernikahan. Makruh bila dilakukan tanpa alasan
yang kuat atau ketika hubungan suami-istri baik-baik saja.
d. Haram apabila seorang istri di ceraikan dalam keadaan haid, atau
keadaan suci dalam keadaan ketika ia telah disetubuhi didalam
masa suci tersebut.3

Abdul Djamali dalam bukunya, hukum Islam, mengatakan bahwa


perceraian merupakan putusnya perkawinan antar suami-istri dalam hubungan
keluarga.4 Dari definisi yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat penulis
simpulkan bahwa yang dimaksud talak adalah melepas adanya tali perkawinan
antara suami istri dengan menggunakan kata khusus yaitu kata talak atau
semacamnya sehingga istri tidak halal baginya setelah di talak.Putusnya
perkawinan denan sebab-sebab yang dapat dibenarkn iti dapat terjadi dalam dua
keadaan.5

1. Kematian salah satu pihak


2. Putus akibat perceraian

Berakhirnya perkawinan dalam keadan suami dan istri masih hidup


(perceraian)dapat terjadi atas kehendak sumami, dapat terjai atas kehendak istri
dan terjadi di luar kehendak suami istri. Menurut hukum Islam, berakhirnya
perkawinan atas inisiatif atau oleh sebab kehendak suami dapat terjadi melalui apa
yang disebut talak, dapat terjadi melalui apa yang disebut ila' dan dapat pula
terjadi melalui apa yang disebut li'an, serta dapat terjadi melalui apa yang disebut
dhihar.6   
              
d. Rukun talaq
3Ibid, Abu Malik kamal, Fikih sunnah Wanita. 236
4Abdul Djamali, Hukum Islam, Bandung: Mandar Maju, 1997, 95
5Ibid. 94
6Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di
Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1978, 73.
      Menurut Imam Maliki rukun thalaq ada empat, yaitu :
1. Mampu melakukannya, maksudnya orang yang menjatuhkannya yang terdiri
dari suami, istri atau walinya.
2. Maksudnya, artinya maksud ucapan dengan lafal yang terang-terangan dan
sindiran
3. Objek, maksudnya perkawinan yang dia miliki.
4. Lafal yang secara jelas-jelasan ataupun secara sindiran.

Sedangkan menurut Imam syafi’i dan hambali, rukun thalaq ada lima yaitu:

1. Laki-laki yang menalaq,


2. Ucapan,
3. Objek,
4.  Kekuasaan,
5.  Dan maksud.

Diperhatikan bahwa perwalian dimaksudkan oleh mazhab Maliki


kedalam rukun pertama adalah perwalian dan mazhab Syafi’i serta Hambali
menambahkan rukun objek.

e. Talaq orang non muslim

            Talaq orang nonmuslim terlaksana, sebagaimana halnya orang muslim


menurut jumhur fuqaha karena menurut jumhur fuqaha selain Hanafi, dia
dibebankan untuk menjalankan cabang-cabang syariat. Mazhab Maliki
berpendapat tidak sah talaq yang dilakukan orang kafir dan disyaratkan islam
untuk terlaksananya talaq orang yang menalaq.

f. Talaq orang yang murtad

            Talaq orang murtad setelah terjadi persetubuhan bergantung pada kondisi
tertentu. Jika dia mauk islam pada masa iddah maka jelas talaqnya terlaksana.
Sedangkan jika dia tidak masuk islam sampai selesai masa iddah, atau dia
melakukan kemurtadan sebelum terjadi persetubuhan, maka talaqnya batil akibat
terfasakhnya akad sebelumnya yang disebabkan oleh perbedaan agama.

g. Talaq orang yang dipaksa

            Terpaksa artinya tidak punya keinginan dan tidak punya piliahan. Menurut
pendapat jumhur, talaq orang yang terpaksa tidak jatuh karena dia tidak
bermaksud menjatuhkan talaq, hanya saja dia menolak aniaya dari
dirinya. Sebagaimana Firman Allah QS An-Nahl; 1063

‫ك َعلَ ْيهَ^^ا ِم ْن د َۤابَّ ٍة و َّٰل ِك ْن يَُّؤ ِّخ ُرهُ ْم اِ ٰلٓى اَ َج^^ ٍل ُّم َس^^ ّم ًۚى فَ^^ا ِ َذا َج^^ ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل‬
َ ‫اس بِظُ ْل ِم ِه ْم َّما تَ^^ َر‬ ‫هّٰللا‬
َ َّ‫َولَ^^وْ يَُؤ ا ِخ^^ ُذ ُ الن‬
‫يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬

‘’Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan
ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi
Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila
ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

             Pendapat ini di pegang oleh Imam Malik, Syafi’i, Ahmad dan Daud Azh-
Zhahiri. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

‫ان هللا تجاوز لي عن امتي الخطا والنسيان وما استكرهواعليه‬

 ‘’sesungguhnya Allah memaafkan kesalahan, kelupaan dan paksaan pada    


umatku demi aku” 7

h. Jenis-jenis talaq

            Jenis-jenis talaq dapat dilihat dari beberapa pembagian dengan ungkapan
yang bermacam-macam yaitu:

7 http://digilib.uinsby.ac.id/1298/5/bab%202.pdf
 Dilihat dari ucapan terbagi menjadi dua :
a) Talaq yang bersifat terang-terangan yaitu talaq terjadi dengan lafal
yang bersifat  secara terang-terangan dengan tanpa membutuhkan niat
atau tanda-tanda kondisi. Jika seseorang laki-laki berkata kepada
istrinya,” kamu ditalaq” maka terjadi talaq, tanpa memperhatikan
klaimnya bahwa dia tidak ingin melakukan talaq.
b) Talaq dengan ucapan sindiran. Jumhur ulama sepakat bahwa sindiran
tidak membuat talaq terjadi kecuali dengan niat.  Tidak ada pengaruh
bagi tanda-tanda keadaan. Si suami tidak dilazimkan talaq kecuali
dengan meniatkannnya. Jika dia berkata dia tidak berniat talaq, maka
perkataannya diterima mengenai hal itu dengan diiringi dengan
sumpah. Menurut Shalih Bin fauzan Al Fauzan, talaq dalam bentuk
sindiran ini terjadi dengan tiga kondisi yaitu: jika melafalkan dengn
sindiran ketika sedang bertengkar dengan istri, jika mengucapkannya
dalam keadaan marah dan jika mengucapkannya ketika menjawab
permintaan cerai dari istri.

       Berikut ini ada beberapa kata kiasan dalam talaq yaitu pertama, yang ada
nashnya, misalnya: “ kembalilah kamu kepada keluargamu”, “ tidak ada jalan lagi
bagiku menuju dirimu”, “ kamu haram bagiku”, “ pergilah dan jika mau
menikahlah”, “ tutuplah rambutmu”, “ kamu bebas”. Kedua, tidak ada
nashnya, ,meskipun kata-kata itu tidak ditetapkan berdasarkan nash, akan tetapi
tetap fungsional, kata kiasan tersebut mempunyai kedudukan hukum yang sama.
Dan ketiga, kata kiasan dengan menggunakan kata-kata yang samar, misalnya:
keluarlah, pergilah, dan lain-lain.
Hadist ke 7

.
ِ ‫ وهَّللا ِ ما َل‬: ‫ فقا َل‬، ُ‫ فت َس َّخطته‬، ‫عير‬
‫ك‬ ٍ ‫ فأرس َل إليها َوكيلُهُ ب َش‬، ٌ‫حفص طلَّقَها البتَّةَ َوه َو غائب‬ ٍ َ‫عمرو بن‬
ِ ‫أن أبا‬َّ
، ٌ‫ك عليه نفقة‬ َ : ‫ فقا َل لها‬، ُ‫ فجا َءت رسو َل هَّللا ِ صلَّى هَّللا ُ علَي ِه وسلَّ َم ف َذ َكرت ذلِكَ لَه‬، ‫علَينا من شي ٍء‬
ِ َ‫ليس ل‬
ٍ ‫ابن أ ِّم َم ْك‬
، ‫توم‬ ِ ‫ت‬ ِ ‫ اعتدِّي في بي‬، ‫إن تِلكَ امرأةٌ يَغشاها أصحابي‬:
َّ ‫ ث َّم قا َل‬، ‫ك‬ ِ ‫وأم َرها أن تعت َّد في بي‬
ٍ ‫ت أ ِّم شري‬
َّ ُ‫رت لَه‬
‫أن معاويةَ بنَ أبي‬ ُ ‫ َذ َك‬، ‫حللت‬
ُ ‫ فل َّما‬: ‫ قالَت‬، ‫ت فآذنيني‬ ِ ‫ وإذا حلَل‬، ‫ك‬ ِ َ‫ تَضعينَ ثياب‬، ‫فإنَّهُ رج ٌل أعمى‬
، ‫ فال يَض ُع عصاهُ عن عاتقِ ِه‬، ‫ أ َّما أبو َجه ٍْم‬: ‫ فقا َل رسو ُل هَّللا ِ صلَّى هَّللا ُ علَي ِه وسلَّ َم‬، ‫سفيانَ وأبا َجه ٍْم َخطباني‬
ٌ ‫وأ َّما ُمعاويةُ فصعلو‬
‫ ان ِكحي أسا َمةَ بنَ زي ٍد‬: ‫ ث َّم قا َل‬، ُ‫ قالَت ف َك ِر ْهتُه‬، ‫ ان ِكحي أسامةَ بنَ زي ٍد‬، ُ‫ك ال ما َل لَه‬
ُ ‫ واغت‬، ‫ فجع َل هَّللا ُ تعالى في ِه خيرًا كثيرا‬، ُ‫فنَ َكحتُه‬
‫َبطت بِ ِه‬

“'sesungguhnya suami Abu Amr bin Hafs menceraikan dirinya durgan


cerai bain (talak tiga) Karena sedang bepergian, Abu Umar bin Hafs lalu
mengirimkan biji gandum kepada mantan istrinya itu lewat wakilnya.
Tetapi hal itu malah membuat Fatimah binti Qais marah. Mendengar
kemarahan istinya itulah, Abu Amr berkata: "Demi AIIah, kamu tidak
akan mendapatkan sesuatu pun dariku".
Wanita itu lalu menemui Rasulullah Saw dan menceritakan hal itu kepada
beliau. Rasulullah saw. bersabda :"Kamu tidak punya hak nafkah atasnya
'"
Lalu beliau kemudian beliau menyuruh wanita malang itu untuk menjalani
,masa iddahnya di rumah Ummu Syarik Tetapi kemudian beliau meralat
"Jangan dirumah Ummu Syarik sebab di situ sering dikanjungi oleh
sahabat-sahabatku. Kamu jalani saja masa iddahmu di rumah lbnu Ummi
Maktum, karena dia adalah seorang lelaki yang tuna netra. Kamu bisa
membuka pakaian seenakmu tanpa takut dilihatnya. Dan apabila telah
selesai masa iddahmu,tolong beritahu aku"- Fatimah binti Qais berkata:
"Maka begitu selesai masa iddahku, segera aku beitahukan kepada Ras
ullah saw. bahwa sesungguhnya Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan Abu
Jaham mengajukan lamaran kepadaku". Rasulullah saw lalu betsabda:
"Mengetahui Abu jahm ia adalah seorang yang ingan tangan memukul
istrinya. Adapun Mua wiyah

adalah orang miskin yang tidak berharta sama sekali- Kamu nikah saja
dengan Usamah bin ZAid". Semula aku enggan, karena aku memang tidak
suka.
Namun beliau mendesakku."Nikahlah dengaa Usanah". Akhirnya aku jadi
menikah dengannya, dah tenyata Allah memberikan kebaikan pada
pernikahanku , dan aku sangat merasa senang sekali- "(H.R. Muslim)

Penjelasan dari hadits di atas :

Dikisahkan Bahwa Abu Amr bin Hafs mentalaq Istrinya yaitu Fatimah bin Qais
dengan Talaq tiga dalam keadaan Abu Amr ini dalam berpergian lantas Abu Amr
mengutus seseorang / wakilnya,agennya untuk menemui Fatima binti Qais dengan
membawa sejumlah Gandum, namun Fatima binti Qais ini marah dengan kiriman
tersebut karena dirasa tidak sesuai dengan haknya yang semestinya dia dapatkan.
Lantas respon balik Abu Amr bin Nafs "Demi Allah sebenarnya saya tidak punya
kewajiban sedikit pun untuk menafkahi mu maka saya kirimkan gandum untuk
makan semata-mata kebaikan dan bukan kewajiban, akhirnya datanglah Fatima
bin Qais menemui Rasulullah Saw dan menyebut kan kasus dengan permasalahan
nya, maka Jawaban Rasulullah " Engkau tidak punya hak nafkah yang wajib
dipenuhi oleh Abu Amr bin Nafs dalam lafazh yang lain tidak pula hak tempat
tinggal.
Akhirnya Nabi Memerintahkan Fatima untuk menjalani masa Iddah dirumah
Ummu Sharek.Dan Ummu Shyarek ini adalah sahabat yang baik dari kalangan
Ansar, dan dia adalah seorang wanita kaya yang menghabiskan banyak uang di
jalan Allah, dan dia memiliki banyak tamu.Setelah itu nabi merubah
keputusannya. Nabi katakan Ummu Shyarek adalah perempuan yang sering
didatangi oleh para sahabat maka nabi menyuruh untuk menjalani masa Iddah
dirumah Ibn Maktum alasannya karena ia seorang yang Rasulullah mengatakan
Engkau bisa meletakkan kainmu dalam keadaan Ibn Maktum tidak melihat mu.
Namun jika masa Iddah mu telah selesai tolong beritahu kan kepada ku. Setelah
masa Iddah nya selesai, Fatima mengatakan ia dilamar oleh Dua orang sekaligus "

Fatimah dilamar oleh dua laki-laki sekaligus yaitu Mu’awiyah dan Abu
Jahn.Kedua laki-laki ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing.Mendengar penuturan Fatimah maka Rasulullah memberikan pendapat
untuk menolak kedua lamaran dari dua laki-laki tersebut karena beberapa sebab
dan pertimbangan.
Rasulullah menjelaskan bahwa Abu Jahn merupakan laki-laki yang tidak pernah
meletakkan tongkat yang dibawanya di pundak.Dengan kata lain Abu Jahn
merupakan laki-laki yang memiliki karakter keras, suka merantau, kejam, dan
sering bepergian sehingga kelak istrinya sering ditinggal untuk bepergian dan
kurang sabar menghadapi istri.Sedangkan Mu’awiyah merupakan orang yang
tidak berharta atau orang miskin sehingga kehidupannya kurang makmur.Lamaran
laki-laki seperti inilah yang boleh ditolak menurut Rasulullah.
Apakah kemiskinan menjadi salah satu sebab penolakan lamaran?Rasulullah tidak
menyebutkan bahwa kemiskinan adalah sebab untuk menolak lamaran
Mu’awiyah. Karena beliau menyarankan Fatimah untuk menikah dengan Usamah
bin Zaid. Rasulullah tidak hanya memberikan nasihat kepada Fatimah tetapi juga
memberikan pilihan laki-laki yang terbaik untuknya yaitu laki-laki yang sesuai
dan cocok dengan karakternya.
Mendengar saran dari Rasulullah, janda ini merasa kurang setuju karena dirinya
tidak menyukai Usamah bin Zaid. Sehingga Fatimah ingin menolak saran
Rasulullah dengan bertanya sekali lagi. Rasulullah menegaskan dan
memerintahkan Fatimah untuk menikah dengan Usamah bin Zaid. Akhirnya
Fatimah menerima perintah Rasulullah yaitu menikah dengan Usamah bin Zaid.

Rasulullah memilih Usamah bin Zaid sebagai suami Fatimah karena laki-laki ini
memiliki kecocokan karakter. Sehingga rumah tangga dapat dibina dengan
bahagia.Selain itu laki-laki ini memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat
kepada Allah SWT.Sehingga dapat menjadi imam yang baik untuk istri dan anak-
anaknya kelak.
Fathimah berkata dengan tangannya yang bergerak-gerak demikian, Fathimah
berkata, “Maka aku pun menikah dengannya dan aku menjadi gembira.” Saya
menikah dengan Usammah bin Zaid, dan “Allah SWT menjadikan banyak
kebaikan padanya”, artinya: pernikahan saya dengan Usammah adalah berkah dan
kebaikan bagi saya, Dari limpahan kebaikan dan berkah setelah menikah dengan
Usamma.
Dan dalam hadits ini ada nya Keutamaan mengikuti perintah Rasulullah Saw Dan
di dalamnya Dorongan untuk memilih yang berkualitas dalam pernikahan. Dan
Penolakan dari memukul wanita.8
Hadits 8

ِ‫رسول هللا‬
َ ْ ‫ت أنَّها جا َء‬
‫ت‬ ْ ‫ فز َع َم‬،‫ت‬ ٍ ‫ث تَطليقا‬ ِ ‫ فطَلَّقَها آ ِخ َر ثال‬،‫فص ب ِن ال ُمغير ِة‬ ِ ‫أ نَّها كانت عن َد أبي ع‬
ِ ‫َمرو ب ِن َح‬
ٍ ‫ت اب ِن ُأ ِّم َم ْك‬
‫توم‬ ْ ‫ فأ َم َرها‬،‫صلَّى هللاُ عليه وسلَّم فا ْستَفتَ ْته في ُخرو ِجها من بَيتِها‬.
ِ ‫أن تَنتَقِ َل إلى بَي‬

“Dia bersama Abi Amr ibn Hafs Ibn al-Mughirah jadi dia menceraikannya
dalam tiga perceraian terakhir,jadi dia mengklaim nya bahwa dia telah
datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya kepada beliau. Beliau
meminta nya untuk meninggalkan rumahnya,dan dia memerintahkan untuk
pindah ke rumah Ibn Ummu Maktum "" ( H.R. Muslim )

Penjelasan dari hadist di atas :

Dalam hadits diatas dijelaskan mengenai Fatimah bin Qais ditalaq tiga oleh
suaminya yaitu Abu Amr ibn Hafs, kemudian ia bertanya kepada Rasulullah
mengenai yg dilakukan oleh Suaminya dan kemudian Rasulullah memerintahkan
nya untuk meninggalkan rumahnya dan memerintahkan untuk pindah ke rumah
Ibn Ummu Maktum.
Disini dijelaskan yaitu agar Fatima bin Qais ini untuk menjalani masa iddah.
dalam agama Islam, masa iddah adalah masa tunggu di mana seorang perempuan
telah diceraikan oleh suaminya karena suaminya meninggal ataupun masih hidup
yang akan menikahi laki-laki lain. Iddah sendiri diambil dari bahasa Arab yang
artinya waktu menunggu.Masa menunggu ini nggak memperbolehkan perempuan
untuk menikah kembali setelah berpisah secara hukum ataupun agama dari
suaminya.
8 https://umma.id/article/share/id/6/14327
Masa iddah diwajibkan agar kedepannya tidak terjadi hal yang meragukan.Misal
jika tidak ada masa iddah, perempuan yang baru bercerai dengan suaminya lalu
tidak lama dalam hitungan minggu menikah lagi dan satu bulan kemudian
memiliki anak, anak yang nanti dilahirkan bisa jadi perselisihan siapa
ayahnya.Selain itu, banyak manfaat dari masa iddah wanita.Yakni memberikan
kesempatan bagi suami dan istri yang mau bercerai jika mereka ingin rujuk
kembali.Selain itu, masa iddah ada untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak
dan sebagai jalan untuk menghargai hubungan suami istri sebelumnya dengan
memberikan masa menunggu sebelum memulai hubungan baru.Masa iddah untuk
perempuan yang ditalak tiga yakni sekali haid.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadist 10

9 https://www.popbela.com/relationship/married/amalia-azizah/masa-iddah-wanita-yang-ditalak
Hadits ini menjelaskan, tentang talaq bahwa sesungguhnya talaqadalah perkara
yang boleh dan selayaknya tidak dilakukan karena dia mengandung pemutusan
rasa dekat, kecuali karena ada sebab. Dan dengan sebab ini maka hukum dari talaq
ini bervariasi yaitu haram, makruh, wajib, dam sunnah.

Hukum Talaq : Wajib,Sunnah,Mubah,Haram

Rukun Talaq

Menurut Imam Maliki rukun thalaq ada empat, yaitu :


-Mampu melakukannya, maksudnya orang yang menjatuhkannya yang terdiri dari
suami,
-istri atau walinya.
Maksudnya, artinya maksud ucapan dengan lafal yang terang-terangan dan
sindiran
- Objek, maksudnya perkawinan yang dia miliki.
- Lafal yang secara jelas-jelasan ataupun secara sindiran.
Sedangkan menurut Imam syafi’i dan hambali, rukun thalaq ada lima
yaitu:Laki-laki yang menalaq,Ucapan,Objek, Kekuasaan, Dan maksud.

Hadist Ke 11

Pada hadits ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa apa yang disuruh oleh
Raulullah adalah yang terbaik seperti Fatimah Bin Qais ini menikahi pria yang
dipilih oleh Rasulullah yaitu Usamah bin zaid, juga kita harus memilih pasangan
dengan kecocokan karakternya dengan kita. Diceritakan pada hadits ini bahwa ada
seorang wanita yang bernama Fatimah Binti Qais yang ditalaq tiga oleh suaminya
yang bernama Abu Amr Hafs kemudian ia mendatangi Rasulullah dan
menceritakan permasalahan nya tersebut dan Rasulullah mengatakan bahwa harus
menjalani masa iddah dan Rasulullah menyuruh ia untuk tinggal dirumah Ibnu
Maktum yang dimana ia adalah seorang tuna netra. Setelah selesai masa iddah nya
maka ia menceritakan bahwa ada dua lamaran dan Rasulullah menyuruh untuk
memilih Usamah bun zaid.

Hadits Ke 12
Pada hadits ini dikatakan seorang wanita apabila di talaq 3 oleh suaminya maka ia
harus menjalani masa iddah, kita ketahui bahwa masa iddah adalah masa tunggu
dimana seorang perempuan telah diceraikan oleh suaminya karena suaminya
meninggal ataupun masih hidup yang akan menikahi laki-laki lain.

B. Saran dan Kritik

Kami tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materi
yang jauh dari kesempurnaan.Jadi memohon kepada para pembaca sekiranya
memberikan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kedepannya kami
dapat membuat makalah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

-Abu Malik Kamal, FIKIH SUNNAH WANITA.(Jakarta: Pena Puni Aksara,


2007)

-Dikutip dari:
Perceraian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Adalah Perpisahan,
Perpecahan, Perihal bercerai antara Suami Istri, W.J.S.Poerwodarminto, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008)

-Ibid, Abu Malik Kamal, FIKIH SUNNAH WANITA

-Abdul Djamil, HUKUM ISLAM. Bandung: Mandar Maju. 1997

-Zahir Hamid, POKOK-POKOK HUKUM PERKAWINAN ISLAM DAN


UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DI INDONESIA. Yogyakarta: Bina Cipta,
1978.

-Dikutip dari:
http://digilib.uinsby.ac.id/1298/5/bab%202.pdf
https://umma.id/article/share/id/6/14327
https://www.popble.com/relationship/married/amalia-azizah/masa-iddah-wanita-
yang-ditalak

Anda mungkin juga menyukai