Pengertian Talak
Pengertian talak dapat ditinjau dari dua segi yaitu bahasa (etimologi) dan
dari segi istilah. Dari segi bahasa, kata “talak” berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk mashdar dari fi’il madhi طالق- یطلق- طلق. Secara bahasa, talak berarti:
َر ْفِع َقْيِد الِّنَك اِح ِفى الَح اِل أو المآِل بَلفٍظ َم ْخ ُصْو ٍص َأْو َم ا َيُقْو ُم َم َقاَم ُة
Artinya: “Membuka ikatan pernikahan baik berlaku saat itu juga atau pun di
masa yang akan datang, dengan menggunakan lafadz tertentu atau hal-hal yang
senilai dengannya.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan talak
adalah lepas atau putusnya hubungan suami istri dalam ikatan perkawinan dengan
menggunakan kata-kata talak atau kata-kata yang semakna dengannya.
1
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h.135
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1992), juz II, h. 206.
Adapun yang menjadi dasar hukum talak adalah menuju pada Al-Quran
dan Hadits, yaitu :
ٰٓيَاُّيَها الَّنِبُّي ِاَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس ۤا َء َفَطِّلُقْو ُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن َو َاْح ُصوا اْلِع َّد َۚة َو اَّتُقوا َهّٰللا َر َّبُك ْۚم
َأْبَغ ُض اْلَح الِل: َع ِن اْبِن ُع َم َر َر ِض َى ُهللا أًّن َر ُسْو َل ِهللا َص َلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقَل
)ِإَلى ِهللا َالَّطالُق (رواه أبو داود
Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwasannya, Rasulullah bersabda:“perbuatan yang
halal, namun dibenci Allah adalah talak”.(HR. Abu Dawud).3
َأُّيَم ا اْمَر َأٍة: َقاَل َر ُسْو َل ِهللا َص َلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َو َع ْن َثْو َباْن َر ِض َى ُهللا َع ْنُه َقاَل
َس َأَلْت َز ْو َجَها َطالًقا ِفي َغْيِر َم ا َبْأٍس َفَحَر اٌم َع َلْيَها َر اِئَح ُة اْلَج َّنة
Artinya: “Dari Tsauban ra. Berkata: sabda Rasulullah saw: “wanita mana pun
yang menuntut talak dari suaminya tanpa alasan, maka haram atasnya bau
syurga4
3
Muhammad bin Ismā`īl al-Kahlāny, Subul as-Salām (Bandung: Dahlan), Jil III, h.168
4
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqah Wanita, (Kuala Lumpur: Asy-Syifa Darulfikir), h. 386
Hukum asal dari thalaq adalah makruh, namun melihat keadaan tertentu
dalam situasi tertentu, maka hukum thalaq itu adalah sebagai berikut:
1. Nadab atau sunnah; yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat
dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang lebih
banyak timbul.
2. Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian dan
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan
manfaatnya juga ada kelihatannya.
3. Wajib atau mesti dilakukan. Yaitu perceraian yang mesti dilakukan oleh
hakim terhadap seorang yang telah bersumpah untuk tidak menggauli
istrinya sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau pula membayar
kafarah sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakannya itu
memudaratkan istrinya.
4. Haram thalaq itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan
haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli5
C. Macam-macam Talak
Talak yang dilakukan suami kepada istrinya berbeda jenis dan macamnya,
tergantung bagaimana ia mengucapkan dan kapan ucapan talak itu dilakukan.
Kesemua ini akan mengakibatkan berbeda-beda pula hukumnya sesuai dengan
jenis dan bentuk talak yang dilakukan suami.
1. Talak Sunni,
Talak Sunni yaitu talak yang pelaksanannya telah sesuai dengan petunjuk
agama dalam al-Qur‟an dan sunnah Nabi. Bentuk thalaq sunni yang disepakati
oleh ulama adalah thalaq yang dijatuhkan oleh suami yang mana si istri waktu itu
tidak dalam keadaaan haid atau dalam masa suci yang pada masa itu belum pernah
dicampuri oleh suaminya. Sejak saat berhentinya dari haid ini, menjatuhkan talak
jika ia hendak menceraikannya. Fuqaha sepakat membolehkan seorang suami
5
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan Pernikahan, (Jakarta: Rumah Fiqih Indonesia, 2012), h.411
menjatuhkan talak sunni terhadap isterinya, yaitu apabila ia menjatuhkan talak
kepada isterinya ketika dalam keadaan suci dan belum digauli.
2. Talak Bid’i
Talak bid’i adalah talak yang berbeda dengan yang disyariatkan seakan-akan ia
menceritakan tiga kali dalam satu kata. Atau ia menceraikan tiga kali berbeda-
beda pada satu tempat. Seakan-akan ia berkata: “engkau aku ceraikan, engkau aku
ceraikan, engkau aku ceraikan.” Atau juga ia menceraikan waktu haidh dan nifas,
atau dalam waktu suci namun telah berhubungan dengannya. Para ulama telah
sepakat bahwa talak bid‟i haram, sedangkan orang yang melakukannya berdosa
3. Talak Raj’i