Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM PERDATA ISLAM

HADIST TENTANG TALAK

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Talak merupakan salah satu sebab dan cara berakhirnya perkawinan yang
terjadi atas inisiatif suami menurut arti bahasa, talak berarti melepaskan.
Sedangkan menurut istilah talak berarti melepas ikatan pernikahan, atau
menghilangkan ikatan pernikahan pada saat itu Juga (melalui talak ba’in) atau
pada masa mendatang setelah iddah (melalui talak raj’i) dengan ucapan
tertentu. Mengenai hukum talak, para ulama fikih berbeda pendapat. Di
antara mereka ada yang melarang melakukan talak kecuali jika disertai
dengan alasan yang dibenarkan (syari’at). Bercerai merupakan bagian dari
pengingkaran atas nikmat Allah SWT, karena pernikahan adalah salah satu
nikmat Allah SWT, sementara mengingkari nikmat Allah SWT hukumnya
adalah haram. Karena itu, bercerai hukumnya haram kecuali dalam kondisi
darurat. Untuk lebih jelas di makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal
tersebut termasuk hadist dan hukum-hukumnya secara lengkap.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa saja hadist yang mengatur
tentang talak dan bagaimana hukum tentang talak?

3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja hadist yang
mengatur tentang talak dan bagaimana hukum tentang talak
BAB II
PEMBAHASAN

‫ َر َو اُه َأُبو َداُوَد َو إْبُن‬. ‫ َأْبَغُض اْلَح الِل ِإَلى ِهللا َالَّطالُق‬:‫ قاَل َر ُسْو ُل ِهللا ﷺ‬: ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َرِض َى ُهللا َع ْنُهَم ا قاَل‬

4 ‫َم اَج ه َو َص َّح َح ُه اْلَح اِكُم‬


Terjemahan Hadis
Dari Ibn Umar r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:” Perbuatan halal yang sangat
dibenci Allah adalah talak. H.R.Abū Dāwud, Ibn Majah dan hadis tersebut
diṣaḥīḥkan oleh Hākim.
Hadis di atas diṣaḥīḥkan oleh al-Ḥākim. Abū Ḥātim mengatakan bahwa hadis
tersebut mursal. demikian juga ad-Dāru Quṭny dan al-Baihaqy mengatakan bahwa
hadis itu mursal.9
Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa talak merupakan perbuatan halal
tetapi dimurkai oleh Allah. Dari hadis tersebut juga timbul pemahaman-
pemahaman tentang hukum talak.
Mengenai hukum talak ini ada beberapa perbedaan pendapat. Ulama Hanafiyah
seperti Ibn` Ābidīn, berpendapat bahwa talak itu hukumnya mubāh. Adapun yang
menjadi dalil bahwa talak itu hukumnya mubāh ialah:
‫ۖ َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس اَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن َو َأْح ُصوا اْلِع َّدَة‬
Artinya:”Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) `iddahnya (yang
wajar) dan hitunglah waktu iddah itu.
Kemudian firman Allah swt:
‫اَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم ِإْن َطَّلْقُتُم الِّنَس اَء‬
Artinya: ”Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu
menceraikan isteri-isteri kamu.
Disamping itu Rasulullah saw juga pernah mentalak isterinya Hafsah bukan
karena kesombongan dan tuduhan apa-apa kepadanya dan demikian juga para
sahabatNabi saw, bahkan Hasan bin `Ali r.a. yang banyak nikah dan juga banyak
menceraikan.12 Sayyid Sābiq mengatakan bahwa hukum talak yang paling sahīh
ialah apa yang dikemukakan oleh mazhab Hanafi dan Hanbali yang mengatakan
bahwa talak itu merupakan perbuatan yang dilarang yang seharusnya dihindari
kecuali memang ada sesuatu kebutuhan. Mereka beralasan dengan satu hadis,
yaitu:
‫َلَع َن ُهللا ُك َّل ذَّواٍق ُم َطّالٍق‬
Artinya:”Allah melaknat orang yang tukang mencicipi dan mentalak.
Mereka juga beralasan, bahwa menjatuhkan talak berarti mengkufuri nikmat
Allah, sebab perkawinan termasuk nikmat Allah, sementara mengkufuri nikmat
Allah itu dilarang, oleh sebab itu talak juga demikian.14 Mayoritas ulama fikih
yaitu Syāfi`iyah, Mālikiyah, dan Hanābilah mengatakan bahwa hukum talak
adalah jā`iz (boleh), namun sebaiknya dihindari agar jangan melakukan talak.

Ulama Hanabilah memperinci hukum talak itu sebagai berikut.


1. Wajib, misalnya talak dari hakam dalam perkara syiqāq yakni perselisihan
suami isteri yang sudah tidak bisa didamaikan lagi, dan kedua belah pihak
memandang perceraian sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan
persengketaan mereka. Termasuk talak wajib ialah talak dari orang yang
melakukan ila` terhadap istrinya setelah lewat waktu empat bulan.
2. Haram, yaitu talak yang tidak diperlukan, talak ini dihukumi haram karena
akan merugikan suami istri dan tidak ada manfaatnya.
3. Mubah, yaitu talak yang apabila diperlukan, misalnya karena kelakuan istri
jelek, pergaulannya jelek, atau tidak dapat diharapkan adanya kebaikan dari
pihak istri.
4. Mandub (sunnah), yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang sudah
keterlaluan dalam melanggar perintah Allah, misalnya meninggalkan salat
atau kelakuannya sudah tidak dapat diperbaiki lagi, atau istri sudah tidak
menjaga kesopanan dirinya

Talak adalah hak suami, karena dialah yang berminat melangsungkan perkawinan,
dialah yang berkewajiban memberi nafkah, dia pulalah yang wajib membayar
mahar, mut‘ah, nafkah dalam `iddah.
, ‫ َفَأَم َر َها‬: ‫ َقاَل‬, ‫ َو َأَخ اُف َأْن ُيْقَتَح َم َع َلَّي‬, ‫ َياَر ُسوَل ِهلل! إَّن َز ْو ِج ي َطَّلَقِني َثاَل ًث‬: ‫َو َع ْن َفاِط َم َة ِبْنِت َقْيٍس َقاَلْت‬
‫ َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬. ‫َفَتَحَّو َلْت‬
Terjemahan Hadis
Dari “Fathimah Binti Qais berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah, suamiku
telah mentalakku dengan tiga talak, aku takut ada orang mendatangiku. Maka
beliau menyuruhnya pindah dan ia kemudian pindah. H.R. Muslim.
Hadis di atas termasuk hadis ṣaḥīḥ yang tersebut dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim.
Apabila terjadi perceraian dengan talak yang dilakukan suami dengan
mengucapkan talak tiga sekaligus pada satu waktu, seperti katanya: kutalak
engkau dengan talak tiga. Apakah talak ini jatuh talak tiga yang mengakibatkan
mereka tidak dapat rujuk lagi, atau jatuh talak satu yang memungkinkan mereka
dapat rujuk.

Dalam masalah ini para ulama maupun para sahabat Nabi berbeda pendapat.
Mayoritas tabi`īn, sahabat Nabi dan imam-imam mazhab yang empat, yaitu Abū
Hanīfah, Mālik, Syāfi`i dan Ahmad dan mazhab Zāhiriyah mengatakan bahwa
talak tiga sekaligus jatuh tiga. `Ali, Ibn `Abbās, Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim
berpendapat bahwa talak tiga sekaligus tidak jatuh tiga tetapi jatuh satu. Abū
Ahmad Ibn Hazm, Syī`ah Imāmiyah dan kelompok ar-Rāfid mengatakan bahwa
talak tiga sekaligus tidak jatuh satupun. Sementara jama`ah para sahabat Ibn
`Abbās dan Ishāq bin Rāhawaih mengatakan bahwa talak tiga sekaligus, jika
sudah disetubuhi jatuh tiga dan jika belum jatuh satu.

Al-Hasan berkata:`Abd Allah bin `Umar berkata kepadaku bahwa ia menceraikan


isterinya sewaktu haid, kemudian ia bermaksud akan menceraikannya dengan dua
talak lainnya pada masa dua kali suci. Masalah tersebut disampaikan kepada
Rasulullah saw, beliau berkata:”Hai Ibn `Umar: bukan begitu perintah Allah
kepadamu, engkau menentang sunnah, sunnahnya agar engkau menanti masa suci
kemudian engkau menceraikannya pada setiap kali suci. Ibn `Umar berkata:
Rasulullah saw menyuruh saya agar merujuki isteriku. Nabi bersabda: Kalau
sudah suci, ceraikan atau rujuklah. Ibn `Umar bertanya:
‫َر َو اُه الَّد اُر ُقْطِنى‬.‫ال َكاَنْت َتِبْيُن ِم ْنَك َو َتُك ْو ُن َم ْع ِص َّيًة‬: ‫َاَر َاْيَت َلْو َطَّلْقُتَها َثالًثا َاَك اَن َيِح ُّل ِلى َاْن ُاَر اِج َعَها؟ َقاَل‬
Artinya:“Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu, jika saya menceraikannya
dengan talak tiga, apakah halal bagiku untuk merujukinya? Beliau menjawab:
Tidak, ia sudah lepas darimu dan ia jadi ma`siyat. H.R.Ad-Dāru Qutny.
Hadis riwayat Al-Bukhāri yang berasal dari Sahal bin Sa`ad, sesudah ia selesai
meli`ān `Uwaimir al-`Ajalān ia berkata:
‫َك ّذ ْبُت َع َلْيَها َيا َر ُسْو َل ِهللا ِاْن َاْمَس ْكُتَها َفَطَّلَقَها َثَالًثا‬
Artinya:“Aku telah berbohong kepadanya wahai Rasulullah jika ia kutahan, lalu ia
menceraikannya dengan talak tiga.
Dalam hadis diatas Rasulullah saw tidak melarang `Uwaimir al-`Ajalān
menjatuhkan talak tiga sekaligus, berarti talak tiga sekaligus sah dan jatuh tiga.
Hadis riwayat Tabrāni.
‫ َطَلَق َج ِّدى ِاْمَر َاًة َاْلَف َتْطِلْيَقٍة َفاْنَطَلَق ِاَلى َر ُسْو ِل ِهللا ﷺ َفَذ َك َر َذ ِلَك َفَقاَل َص َّلى ُهللا‬: ‫َع ْن ُع َباَد َة ْبِن الَص اِمِت َقاَل‬
‫ َاَّم ا ُثالُث َفَلُه َو َاَّم ا ِتْسُع ِم اَئٍة َو َس ْبَع َوِتْس ُعْو َن َفُع ْد َو اٌن َو ُظْلٌم ِاْن َش اَء ُهللا َع َّذ َبُه َو ِاْن‬, ‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ِاَّتَقى َهللا َج ُّد َك‬
‫َش اَء َغ َفَر َلُه‬.
Artinya:“Dari `Ubādah bin as-Sāmit, ia berkata: Kakek saya telah menceraikan
isterinya dengan seribu talak, kemudian ia pergi menghadap Rasulullah saw dan
mengungkapkan masalahnya, lalu Rasulullah saw bersabda: Kakekmu itu tidak
takut kepada Allah. Tiga talak itu haknya, sementara yang sembilan ratus
sembilan puluh sembilan itu adalah permusuhan dan kezaliman, jika Allah
menghendaki ia menghukumnya dan jika ia mau akan diampuninya.
Hadis riwayat Ahmad.
‫َر َو اُه َاْح َم ُد‬.‫ َلْيَس َلَها ُس ْك َنى َو ال َنَفَقَة‬: ‫َع ْن َفاِط َم َة ِبْنِت َقْيٍس َع ِن الَنِبِّى ﷺ ِفى الُم َطَّلَقِة َثالًثا َقاَل‬

Artinya:“Dari Fātimah binti Qais, dari Nabi saw tentang perempuan yang ditalak
tiga, ia bersabda:” Tidak ada baginya tempat tinggal dan nafkah. H.R.Ahmad.

Ijmā`. Telah sepakat para ulama salaf bahwa talak tiga sekaligus jatuh tiga. Ulama
yang mengatakan bahwa masalah tersebut sudah ijmā`, yaitu Abū Bakr ar-Rāzi,
al-Bājy, Ibn al-`Arabi dan Ibn Rajab.30
Disamping hadis-hadis tersebut, masih ada hadis-hadis lain yang sama yang
menunjukkan jatuhnya talak tiga sekaligus.

Aśār.Telah diriwayatkan dari para sahabat bahwa mereka menjatuhkan talak tiga
sekaligus jatuh tiga.
Aśār yang diriwayatkan oleh Abū Dāwud dari Mujāhid, ia berkata: ” Aku ada
bersama Ibn `Abbās, lalu datang seorang laki-laki yang mentalak isterinya dengan
talak tiga sekaligus, lalu ia terdiam, hingga aku mengira ia menolaknya, lalu ia
berkata: Salah seorang kamu telah mentalak lalu ia terperangkap kepada
kebodohan, kemudian laki-laki tersebut berkata: Wahai Ibn `Abbās, sesungguhnya
Allah telah berfirman:
‫َو َم ْن َيَّتِق َهللا َيْج َع ْل َلُه َم ْخ َر ًجا‬
Artinya: ”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.
Sesungguhnya engkau tidak bertaqwa kepada Allah, tidak ada kudapati jalan
keluar untukmu, engkau telah berbuat ma`siyat kepada Allah dan ia menjadi talak
bā`in bagimu.
Aśār yang diriwayatkan oleh Mālik dalam kitab Muwattā`, datang seorang laki-
laki kepada Ibn Mas`ūd, kemudian ia berkata:” Sesungguhnya aku telah mentalak
isteriku dengan delapan talak, bagaimana pendapatmu? Kemudian ia berkata: ”Ia
menjadi bā`in untukmu.
Aśār yang diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah didalam Musannafnya, bahwa
datang seorang laki-laki kepada `Uśmān bin `Affān, kemudian ia berkata:” Aku
telah mentalak isteriku dengan seratus talak, lalu ia berkata:” Tiga menjadi haram
untukmu dan menjadi musuhmu.
Aśār, Seorang laki-laki datang kepada `Ali bin Abi Tālib kemudian ia berkata:
”Aku telah mentalak isteriku dengan seribu talak, lalu ia berkata:” Ia menjadi
bā`in untukmu.

Dalam masalah talak tiga sekalugus ini, al-Qurtubī mengatakan bahwa dalil-dalil
yang dikemukakan oleh mayoritas ulama sangat jelas sekali bahwa talak tiga
sekaligus akan menyebabkan tidak halal bagi suami yang mentalaknya, sehingga
ia nikah dengan laki-laki lain.
Kelompok yang berpendapat talak tiga sekaligus jatuh satu, beralasan dengan ayat
Alquran tersebut diatas dan dengan beberapa hadis.
Firman Allah swt:
‫الَّطاَل ُق َم َّرَتاِن ۖ َفِإْمَس اٌك ِبَم ْعُروٍف َأْو َتْس ِريٌح ِبِإْح َس اٍن‬
Artinya:“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Ayat ini memberi petunjuk bahwa talak itu tidak terjadi kecuali dua kali,
maksudnya sekali talak kemudian sekali talak lagi, bukan talak tiga sekaligus,
seandainya dijatuhkan talak tiga sekaligus, maka jatuh talak satu.

Hadis riwayat Abū Dāwud.


‫ َفَقاَل ِاِّنى َطَّلْقُتَها‬, ‫ َر اِج ْع اْمَر َاَتَك‬:‫ َطَلَق َاُبْو ُرَكاَنَة ُاَّم َر كاَنَة َفَقاَل الَنِبُّى ﷺ‬: ‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َرِض َى ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬

‫رواه ابو داود‬.‫َقْد َع ِلْم ُت َر اِج ْع َها‬: ‫ َقاَل‬,‫َثالًثا‬


Artinya:”Dari Ibn `Abbās r.a.telah berkata ia: Abū Rukānah telah mentalak ibu
Rukānah, lalu bersabda Nabi saw: ” Rujukilah isterimu itu, kemudian ia berkata:
aku mentalaknya dengan talak tiga, bersabda Nabi: Aku telah mengetahuinya,
rujukilah. H.R.Abū Dāwud.

Hadis riwayat Ahmad.


‫ َطَلَق ُرَكاَنَة ِاْمَر َاَتُه ِفى َم ْج ِلٍس َو اِحٍد َثالًثا َفَح ِز َن َع َلْيَه ا َفَق اَل َل ُه َر ُس ْو ِل‬: ‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َرِض َى ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َفِاَّنَها َو اِح َد ٌة‬:‫ﷺ‬.

Artinya:”Dari Ibn `Abbās r.a.telah berkata ia: Rukānah telah mentalak isterinya
dalam satu majelis dengan talak tiga, kemudian ia bersedih, kemudian Rasulullah
mengatakan bahwa talak tersebut adalah talak satu.
Kedua hadis tersebut memberikan petunjuk bahwa talak tiga sekaligus tidak
dianggap talak tiga, tetapi dihitung talak satu. Mereka juga beralasan dengan hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhāry dan Muslim dari Ibn `Abbās, ia mengatakan:
‫ َطالُق الَّثالِث َو اِح َد ًة َفَاْمَض اُه َع َلْيِهْم‬, ‫كاَن الَّطالُق َعلَى َع ْهِد َر ُسْو ِل هللا ﷺ َو َاِبى َبْك ٍر َو َس َنَتْيِن ِم ْن َخالَفِة ُع َم َر‬
‫ُع َم ُر‬.
Artinya:”Talak pada masa Rasulullah, Abū Bakar dan dua tahun dari masa
pemerintahan Umar, talak tiga dengan sekali ucapan dihitung talak satu, kemudian
`Umar memberlakukannya kepada mereka.
Kemudian mereka yang berpendapat bahwa talak tiga sekaligus tidak jatuh sama
sekali, mereka mengatakan bahwa talak tiga sekaligus merupakan perbuatan bi`ah
yang diharamkan, sementara perbuatan bid`ah termasuk perbuatan yang ditolak
oleh dalil.

‫َع ْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َأَّنُه َطَّلَق ِاْمَر َأَتُه َو ِهَي َح اِئٌض ِفى َع ْهِد َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ ُثَّم َتِح ْيَض ُثَّم َتْطُهَر ُثَّم‬، ‫ ُثَّم ِلُيْمِس ْك َها َح َّتى َتْطُهَر‬، ‫َفَس َئَل ُع َم ُر َر ُسْو َل ِهللا ﷺ َع ْن َذ اِلَك َفَقاَل ُم ْر ُه َفْلُيَر اِج ْع َها‬

‫ ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬. ‫ِإْن شآَء َأْمَس َك َبْعُد َو ِإْن شآَء َطَّلَق َقْبَل َأْن َيَم َّس َفِتْلَك اْلِع َّد ُة اَّلِتى َأَم َر ُهللا َأْن ُتَطَّلَق َلَها الِّنسآُء‬
Terjemahan Hadis
Dari Abd Allah bin Umar r.a. bahwasanya ia telah mentalak istrinya dalah
keadaan haid pada masa Rasulullah saw, lalu Umar menanyakannya kepada
Rasulullah saw, lalu Nabi bersabda: “suruhlah ia untuk merujukinya, kemudian
tahanlah ia sampai ia suci, kemudian ia haid, kemudian suci, kemudian jika ia
mau tahanlah ia dan jika suka talaklah ia sebelum dicampurinya, maka itulah
iddah (masa) yang Allah perintahkan untuk mentalak seorang istri. H.R.Al-
Bukhari dan Muslim.
Hadis di ata termasuk hadis ṣaḥīḥ riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis di atas Rasulullah saw memerintahkan Umar agar anaknya yang telah
mentalak istrinya dalam keadaan haid untuk merujukinya. Perintah Nabi saw
untuk rujuk merupakan suatu kewajiban sebagaimana pendapat Imam Malik,
Ahmad dan golongan mazhab Hanafi.39 Namun mayoritas ulama berpendapat
kepada sunat. Dan juga muncul pendapat bahwa mentalak istri ketika haid
hukumnya haram, sebagaimana pendapat Imam Malik dan golongan mazhab
Syafi`i. Hadis tersebut merupakan dalil bahwa untuk mentalak istri hendaknya
ketika ia dalam keadaan suci yang belum dicampuri. Hadis tersebut juga diperkuat
dengan firman Allah, yaitu:
‫( َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس اَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن َو َأْح ُصوا اْلِع َّدَةۖ َو اَّتُقوا َهللا َر َّبُك ْم‬
Artinya:”Hai nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
Ayat ini turun pada peristiwa Nabi saw menceraikan isterinya yang bernama
Hafsah dan ketika itu Hafsah sedang haid. Lalu turunlah ayat ini yang
memerintahkan bahwa jika Nabi saw mau menceraikan istrinya hendaklah ditalak
diwaktu suci sebelum dicampuri. Dalam beberapa riwayat Nabi saw merujukinya.

Syari’at Islam menjadikan pertalian suami istri dalam ikatan perkawinan sebagai
pertaian yang suci dan kokoh, sebagaimana Al-Qur’an memberikan istilah
pertalian itu dengan mitsaq ghalizh (janji kukuh). Firman Allah dalam surat An-
Nisa’ ayat 21 menyatakan:
ً‫اظِيَلغ ًاقَاْثِيم ُم كِنمَ ْنَذ َخ َأو‬
Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu janji yang kuat Oleh
karena itu suami-istri wajib memelihara hubungannya tali pengikat itu, dan
tidak sepantasnya mereka berusaha merusak dan memutuskan tali pengikat
tersebut. Meskipun dalam hukum Islam suami diberi kewenangan menjatuhkan
talak, namun tidak dibenarkan suami menggunakan hak nya itu dengan
gegabah dan sesuka hati, apalagi hanya menurutkan hawa nafsunya.
Menjatuhkan talak tanpa alasan dan sebab yang dibenarkan adalah termasuk
perbuatan tercela, terkutuk dan dibenci oleh Allah.
ُ‫َقّلطالِ هلال َىإِل َ َلَلحاْل ُ َض ْغ َبأ‬
Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah menjatuhkan talak. Hadits
ini menjadi dalil bahwa diantara jalan halal itu ada yang dimurkai Allah jika
tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Maka menjatuhkan talak itu
sama sekali tidak ada pahalanya dan tidak dapat dipandang sebagai perbuatan
ibadah. Hadits ini juga menjadi dalil bahwa suami wajib selalu
menjauhkan diri dari menjatuhkan talak selagi masih ada jalan untuk
menghindarkannya. Suami hanya dibenarkan menjatuhkan talak jika terpaksa,
tidak ada jalan lain untuk menghindarinya, dan talak itulah salah satunya jalan
terciptanya kemaslahatan. Istri yang meminta talak kepada suaminya tanpa
sebab dan alasan yang dibenarkan adalah perbuatan tercela, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
ٌ‫مَاَر َح فٍ ْس َأبِ ْر َيغْ ِنم ًاَقَلط َاَهْج َو زَتَأَلسٍ َةَأْر ِم إ َاّمَيأ ِّةَنْج الُ َةِحءَار َاْهَيَلع‬
Manakala istri menuntut cerai dari suaminya tanpa adanyasuatu alasan, maka
haram baginya bau surga. Tentang hukum talak ini para ahli fiqih berbeda
pendapat. Pendapat yang paling benar diantara semua itu adalah yang
mengatakan “terlarang”, kecuali karena alasan yang benar. Mereka yang
berpendapat begini adalah golongan Hanafi dan Hambali. Alasannya yaitu:
ّ‫ملسو هيلع هلال ىلص هلل ل وسر الٍقَقَلِط مٍ قّاَو ذ‬: ‫ُلكُ هلالَ َنَع ل‬
Rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat tiap-tiap orang yang suka merasai
dan bercerai.” (Maksudnya: suka kawin dan bercerai). Ini disebabkan karena carai
itu kufur terhadap nikmat Allah. Sedangkan kawin adalah satu nikmat dan kufur
terhadap nikmat adalah haram. Jadi tidak halal bercerai, kecuali karena
ada darurat. Darurat yang membolehkan cerai yaitu bila suami meragukan
kebersihan tingkah laku istrinya, atau tidak punya cinta dengannya.
Sebab soal hati hanya terletak dalam genggaman Allah. Tetapi jika
tidak ada alasan apapun, maka bercerai yang demikian berarti kufur
terhadap nikmat Allah, berlaku jahat kepada istri. Maka itu dibenci dan
terlarang. Syara’ menjadikan talak sebagai jalan yang sah untuk
bercerainya suami-istri, namun syara’ membenci terjadinya perbuatan ini
dan tidak merestui dijatuhkannya talak tanpa adanya sebab atau alasan.
Adapun sebab-sebab dan alasan- alasan untuk jatuhnya talak itu
adakalanya menyebabkan kedudukan hukum talak menjadi wajib,
adakalanya menjadi haram, adakalanya menjadi mubah, dan adakalanya
menjadi sunnah. Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghaziy dalam
kitabnya fat-hul Qorib mengemukakan hukum talak dapat dibagi menjadi: Talak
wajib, talak sunnah, talak makruh, dan talak haram.
Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa talak diharamkan jika dengan talak itu akan
merugikan bagi suami dan istri, dan tidak adanya kemaslahatan yang mau
dicapai dengan perbuatan talaknya itu. Maka diharamkannya talak itu
seperti haramnya merusak harta benda, karena demikian itu bertentangan dengan
sabda Rasulullah SAW
َ‫رَاِر ض َ َلوَ َرَر ض َ ل‬
Tidak boleh timbul madharat dan tidak boleh saling menimbulkan
madharat. Dalam riwayat lain talak serupa hal yang dibenci sebagaimana
sabda Nabi SAW:
‫)هاور)ُ َق َلْطالَ ِنمِ ْهَيإِل ُ َض ْغ َبأً ْأَي شُ هلالّ َلَح أ َام دوادوبأ‬
Tidak ada sesuatu yang dihalalkan Allah, tetapi dibenci- Nya selain
daripada talak Talak itu dibenci bila tidak ada suatu alasan yang benar, sekalipun
Nabi SAW mengatakannya halal. Karena ia merusak perkawinan yang
mengandung kebaikan-kebaikan yang dianjurkan oleh agama. Karena itu talak
seperti ini dibenci. Talak itu mubah hukumnya ketika ada keperluan untuk itu,
yakni karena jeleknya perilaku istri, bukanya sikap istri terhadap suami, atau
suami menderita madharat lantaran tingkah laku istri, atau suami tidak mencapai
tujuan perkawinan dari istri. Imam Haramain memberikan isyarat pada talak
yang mubah, yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang tidak
dia sukai dan tidak mau menjual murah terhadap dirinya dengan
memberikan pembiayaan kepada istrinya tanpa menikmati kesenangan

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan isi makalah ini adalah:
a. Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan. Sedangkan menurut
syara’ ialah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri tali
pernikahan suami istri.
b. Para Ahli Fiqih berbeda pendapat tentang hukum talak. Pendapat
yang paling benar diantara semua itu adalah yang mengatakan
“terlarang”, kecuali karena alasan yang benar.
c. Diantara beberapa shighat thalaq (ungkapan) adalah: dengan kata-
kata, dengan isyarat, dengan tulisan/Surat, serta dengan
mengirimkan seorang utusan.
d. Seorang suami apabila sudah mengumpuli istrinya maka ia berhak tiga
kali talak. Para ulama’ sepakat, suami dilarang mentalak istrinya tiga kali
berturut-turut dalam masa satu kali suci.

2. Saran
Didalam kehidupan, tentu kita sering kita mendengar kata talak serta yang
berkaitan tentang itu, tetapi kebanyakan kita tidak mengetahui secara benar
apa yang dimaksud dengan talak. Untuk itu, maka kami menyusun makalah
ini agar dapat memberikan pemahaman tentang talak serta menambah
wawasan tentangnya. Mengingat akan kemampuan yang kami miliki,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan datang. Semoga
Makalah ini memberikan manfaat dan faedah untuk dunia ilmu dan
pengembangannya. Terutama bagi penyusun dan semua pihak yang
membacanya, baik dalam lingkup lembaga pendidikan maupun selainnya

Anda mungkin juga menyukai