Anda di halaman 1dari 4

Pernikahan yang Dilarang Islam

Dalam Islam, menikah termasuk sunnah. Menikah adalah proses ibadah, karena
terdapat proses membina rumah tangga, mendidik keluarga, dan juga menjaga
keharmonisannya.

Di dalam agama islam itu sudah jelas, mana saja pernikahan yang dilarang islam dan
mana saja yang diperbolehkan. Adapun yang dimaksud dari pernikahan yang dilarang yakni
bentuk-bentuk perkawinan yang tidak boleh dilakukan seperti kawin mut'ah kawin hanya
untuk bersenang-senang, kawin syhighor, kawin muhallil dan lain-lain, bentuk perkawinan
tersebut merupakan bawaan yang berasal dari zaman jahiliyyah yang mana pada zaman itu
orang-orang bagaikan binatang yang memiliki prinsip bahwa siapa kuat dialah yang
berkuasa.

Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan berbagai pernikahan yang dilarang dalam
Islam, seperti di bawah ini.

1. Nikah Syighar

Definisi nikah ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
sallam:

‫ ا ْبنَتَكَ ا ْبنَتِي‬:‫ ال ِّشغَا ُر َل ال َّر ُج ُل لِل َّرج ُِل‬.

“Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang lain, 'Nikahkanlah aku
dengan puterimu, maka aku akan nikahkan puteriku dengan dirimu.' Atau berkata,
'Nikahkanlah aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudara
perempuanku dengan dirimu.”

Dalam hadits lain, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan:

‫ار ْا ِإل ْسالَ ِم‬


َ َ‫ال‬.

“Tidak ada nikah syighar dalam Islam.”

Hadits-hadits shahih di atas menjadi dalil atas haram dan tidak sahnya nikah syighar.
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak membedakan, apakah nikah tersebut
disebutkan mas kawin ataukah tidak.

2. Nikah Tahlil

Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang ditalak tiga oleh suami
sebelumnya. Lalu laki-laki mentalaknya tersebut. Hal ini bertujuan agar wanita tersebut
dapat dinikahi kembali oleh suami sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali)
setelah masa 'iddah wanita itu selesai. Nikah semacam ini haram hukumnya dan
termasuk dalam perbuatan dosa besar. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda:

ُ‫ لَعَنَ ُل هللاِ لَّى هللاُ لَ ْي ِه لَّ َم ْال ُم َحلِّ َل ْال ُم َحلَّ َل لَه‬.
“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam melaknat muhallil [4] dan muhallala lahu.” [5]
[6]

3. Nikah Mut'ah

Nikah mut'ah disebut juga nikah sementara atau nikah terputus. Yaitu menikah seorang
laki-laki dengan seorang wanita dalam jangka waktu tertentu; satu hari, tiga hari,
sepekan, sebulan, atau lebih. Para ulama kaum muslimin telah setuju tentang haram dan
tidak sahnya nikah mut'ah. Jika telah terjadi, maka nikahnya batal! Telah diriwayatkan
dari Sabrah al-Juhani radhiyal-laahu 'anhu, ia berkata,

‫ح ْلنَا لَ ْم ا انَا ا‬
ِ ‫ا ُل هللاِ لَّى هللاُ لَ ْي ِه لَّ َم ْال ُم ْت َع ِة ا َم ْالفَ ْت‬.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam

“pernah memerintahkan kami untuk melakukan nikah mut'ah pada saat Fat-hul Makkah
ketika memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami mening-galkan Makkah, beliau
pun telah melarang kami darinya (melakukan nikah mut'ah).”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam


mengatakan:

‫ك لَى ْالقِيَا َم ِة‬


َ ِ‫ هللاَ ل‬،‫َاع النِّ َسا ِء‬ ِ ‫ا ا النَّاسُ ! لَ ُك ْم‬.
ِ ‫اال ْستِ ْمت‬
“Wahai sekalian manusia! Benar-benar pernah aku ingin kalian bersenang-senang
dengan wanita (nikah mut'ah selama tiga hari). Dan sesungguhnya Allah telah
mengharamkan hal tersebut (nikah mut'ah) selama-lamanya hingga hari Kiamat.”

4. Nikah Dalam Masa 'Iddah.

Berdasarkan firman Allah Ta'ala:

ُ‫َاح لُ َغ ْال ِكتَابُ لَه‬


ِ ‫اَل ا النِّك‬
“Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa 'iddahnya.” [Al-
Baqarah : 235]

5. Nikah Dengan Wanita Kafir Selain Yahudi Dan Nasrani.

Berdasarkan firman Allah Ta'ala:

َّ ‫ أَل َ َمةٌ لَوْ اَل ا ْال ُم ْش ِر ِكينَ ا لَ َع ْب ٌد لَوْ ل لَى‬4‫ت‬


‫الن ال‬ ِ ‫“ اَل ا ْال ُم ْش ِركَا‬

Dan janganlah kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya perempuan yang percaya lebih baik daripada perempuan musyrik
meskipun ia mampu menarik. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik
(dengan perempuan yang percaya) sebelum mereka percaya. Sungguh, hamba sahaya
laki-laki yang percaya lebih baik dari laki-laki musyrik meskipun ia mampu mampu.
Mereka mengajak ke Neraka, sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan
izin-Nya. (Allah kepada) menjelaskan ayat-ayat-Nya manusia agar mereka mengambil
pelajaran.” [Al-Baqarah : 221]
6. Nikah Dengan Wanita-Wanita Yang Diharamkan Karena Senasab Atau Hubungan
Kekeluargaan Karena Pernikahan.

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-


saudara perempuanmu, saudara-saudara ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu,
anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara
perem -puanmu, ibu-ibu yang menyusuimu, saudara perempuan yang satu susuan
denganmu, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak perempuan dari isterimu (anak tiri)
yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum mencampurinya (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa atasmu (jika
menikahnya), (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan
(diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa akhirnya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” [An-Nisaa' : 23].

7. Nikah Dengan Wanita Yang Haram Dinikahi Disebabkan Sepersusuan,


Berdasarkan Ayat Di Atas.

8. Nikah Yang Menghimpun Wanita Dengan Bibinya, Baik Dari Pihak Ayahnya
Maupun Dari Pihak ibunya.

Berdasarkan Sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam:

‫الَ ْال َمرْ أَ ِة ا الَ ْال َمرْ أَ ِة الَتِهَا‬.

“Tidak boleh dikumpulkan antara wanita dengan bibinya (dari pihak ayah), tidak juga
antara wanita dengan bibinya (dari pihak ibu).” [10]

9. Nikah Dengan Isteri Yang Telah Ditalak Tiga.

Wanita diharamkan bagi suaminya setelah talak tiga. Tidak dihalalkan bagi suami untuk
menikahnya hingga menikah dengan orang lain dengan pernikahan yang wajar (bukan
nikah tahlil), lalu cerai antara keduanya. Maka suami sebelumnya diboleh-kan menikah
dengan wanita itu kembali setelah masa 'iddahnya selesai. Berdasarkan firman Allah
Ta'nah:

َ ‫اح لَ ْي ِه َما ا َج َعا ا ا هَّللا ِ ْل‬


‫ك هَّللا ِ ا لِقَوْ ٍم‬ َ ‫لَّقَهَا اَل لُّ لَهُ ا لَّقَهَا اَل‬

“Kemudian jika ia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu
tidak halal lagi baginya sebelum ia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika
suami yang lain menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama
dan kedua) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada
orang-orang yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]

Wanita yang telah ditalak tiga kemudian menikah dengan laki-laki lain dan ingin
kembali dengan suaminya yang pertama, maka ketententuannya adalah keduanya harus
bercampur (bersetubuh) kemudian terjadi perceraian, maka setelah 'iddah ia boleh
kembali kepada suaminya. Dasar harus dicampuri adalah sabda Nabi shallallaahu 'alaihi
wa sallam,
‫ لَتَهُ لَت َِك‬،َ‫ال‬.

“Tidak, hingga engkau merasakan madunya (bersetubuh) dan ia merasakan


madumu.”[11]

10. Nikah Pada Saat Melaksanakan Ibadah Ihram.

Orang yang sedang melaksanakan ibadah ihram tidak boleh menikah, berdasarkan
sabda Nabi shallal-laahu 'alaihi wa sallam:

َ‫ اَ ْل ُمحْ ِر ُم الَ ال‬.

“Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah atau melamar”.

11. Nikah Dengan Wanita Yang Masih Bersuami.

Berdasarkan firman Allah Ta'ala:

ْ ‫َات النِّ َسا ِء اَّل ا لَك‬


‫َت انُ ُك ْم‬ ُ ‫صن‬َ ْ‫ْال ُمح‬

“Dan (diharamkan juga kamu menikah) perempuan yang bersuami…” [An-Nisaa' : 24]

12. Nikah Dengan Wanita Pezina/Pelacur. Berdasarkan firman Allah Ta'ala:

َ‫ال َّزانِي اَل اَّل انِيَةً ال َّزانِيَةُ اَل ا اَّل ا ٍن لِكَ لَى ْال ُم ْؤ ِمنِين‬

“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan
perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina
laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-
orang mukmin.” [An-Nuur : 3] Seorang laki-laki yang menghargainya tidak boleh
menikah dengan seorang tukang main. Begitu juga wanita yang menjaga kehormatannya
tidak boleh menikah dengan laki-laki pezina.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:

‫ت ٰلَئِكَ ا لُونَ لَهُ ْم‬


ِ ‫ات لِلطَّيِّبِينَ الطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَا‬
ُ َ‫ت الطَّيِّب‬
ِ ‫ات لِ ْلخَ بِيثِينَ ْالخَ بِيثُونَ لِ ْلخَ بِيثَا‬
ُ َ‫ْالخَ بِيث‬

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan -perempuan yang
baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang tidak bersalahkan orang. Mereka
memperoleh ampunan dan rizki yang mulia (Surga).” [An-Nuur : 26]

Anda mungkin juga menyukai