Anda di halaman 1dari 21

MEMBANGUN

MAHLIGAI RUMAH
TANGGA
Nama Anggota

1. Ahmad Maulidan Nur Haikal


2. Anas Pribadi Alam Fidianto
3. Ardhaleo Erin Dwi Putra
4. Cahyo Dwi Setyo Pratama
5. Harya Fajar Dwi Kusuma
6. M. Elrey Nourman Ferico
7. Satya Yoga Pranata Hadiwijaya
DEFINISI PERNIKAHAN
Pernikahan atau nikah artinya adalah
terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain
juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang
mengharuskan perhubungan antara sepasang
manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang
ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan,
sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Dalil-dalil Perintah Pernikahan
Dalam Al Quran dan Sunnah Nabi
Islam memerintahkan ummatnya untuk menikah. Anjuran ini tercantum dalam Al
Quran dan Sunnah Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam sebagai berikut :  

 QS. Ar. Ruum (30):21  QS. An Nuur (24):26


 QS. Adz Dzariyaat (51):49  QS. Fathir (35):11
 QS. Yaa Siin (36):36  QS. Asy Syuro (42):11
 QS. An Nahl (16):72]
 QS. At Taubah (9):71
 QS. An Nisaa (4):1
‫هّٰللا‬
ُ ‫صلِ ِحي َْن ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َم ۤا ِٕى ُك ۗ ْم اِ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا فُقَ َر ۤا َء يُ ْغنِ ِه ُم‬
ّ ٰ ‫َواَ ْن ِكحُوا ااْل َيَ ٰامى ِم ْن ُك ْم َوال‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫ِم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه َو ُ َو‬
.‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih


membujang di antara kamu, dan juga orang-orang
yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan
kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah
.Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui
Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya
berubah menurut situasi dan kondisi seseorang dan
lingkungannya.
 Jaiz
 Sunat
 Wajib
 Makruh
 Haram
Syarat Sah Pernikahan
 Mempelai laki laki dan perempuan
 Mahar
 Ijab Kabul
 Wali
 Saksi
Pernikahan Yang Diharamkan
Perempuan yang diharamkan Perempuan muhrim bagi laki-laki
menikah oleh laki-laki : karena persemendaan ialah:
 Ibu susuan  Ibu mertua
 Nenek dari saudara ibu  Ibu tiri
susuan  Nenek tiri
 Saudara perempuan susuan  Menantu perempuan
 Anak perempuan kepada  Anak tiri perempuan dan
saudara susuan laki-laki atau keturunannya
perempuan
 Adik ipar perempuan dan
 Sepupu dari ibu susuan atau keturunannya
bapak susuan
 Sepupu dari saudara istri
 Anak saudara perempuan dari istri
dan keturunannya
Talak & Rujuk
 Talak
• Pengertian Talak
Menurut Ulama mazhab Hanafi dan Hanbali mengatakan
bahwa talak adalah pelepasan ikatan perkawinan secara
langsung untuk masa yang akan datang dengan lafal yang
khusus.
Menurut mazhab Syafi'i, talak adalah pelepasan akad
nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu.
Menurut ulama Maliki, talak adalah suatu sifat hukum
yang menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.
Talak & Rujuk

 Pembagian Talak :
• Dari segi cara suami menjatuhkan
• Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan
istrinya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu talak raj'i
dan talak ba'in.
Talak & Rujuk
 Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada
istrinya (talak 1 dan 2) yang belum habis masa
iddahnya. Dalam hal ini suami boleh rujuk pada
istrinya kapan saja selama masa iddah istri belum
habis.
 Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada
istrinya yang telah habis masa iddahnya. Dalam hal
ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2 yaitu: talak ba'in
sughra dan talak ba'in kubra.
Li’an
 Pengertial Li’an

Li’an adalah mashdar dari kata kerja la’ana,


yulaa’inu, li’aanan terambil dari
kata alla’nu yang berarti kutukan, jauh atau
laknat.
Li’an
Tata cara li’an adalah sebagai berikut:
 Suami bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau
pengingkaran anak tersebut diikuti sumpah kelima dengan kata-kata
laknat Allah atas dirinya apabila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut
dusta.
 Istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dengan sumpah
empat kali dengan kata tuduhan dan atau pengingkaran tersebut tidak
benar, diikuti dengan sumpah yang kelima dengan kata-kata murka Allah
atas dirinya bila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut benar.
Sumpahnya adalah : “Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa tuduhanku
terhadap istriku bahwa dia berzina adalah benar dan sesungguhnya anak
ini yang dikandungnya adalah hasil perzinaan, bukan dari saya. ”Sumpah
ini dilakukan empat kali dan sesudah itu hakim memberi nasehat
kepadanya, kalau sekiranya sumpah yang telah diucapkannya itu dusta
hendaklah dicabut kembali. Apabila dia tidak mencabut sumpahnya maka
sumpah yang kelima adalah: “…………..dan saya bersedia menerima
laknat Allah apabila aku
Li’an
 Dasar hukum li’an
Dasar hukum pengaturan li’an bagi suami yang menuduh istrinya
yang berbuat zina adalah firman Allah surat An-Nur : 6 sebagai
berikut :

Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, padahal


mereka tidak ada mempunyai saksi selain diri mereka sendiri, maka
persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar”.
Li’an
 Kafarah Li’an
Sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya :  “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang


baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi
maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka
itulah orang-orang yang fasik.”(An-Nur : 4).
Li’an
 Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh li’an diantaranya :
 Hukuman jatuh  pada keduanya (suami dan istri).
 Masing-masing suami dan istri haram untuk bersenang-senang dengan
pasangannya disebabkan karena li’an, bahkan sebelum adanya tafriq
(pemisahan) qadi terhadap keduanya.
 Terjadi firqah (perceraian) antara keduanya sesuai dengan
kesepakatan fuqaha.
 Apabila li’an dikibatkan karena tidak mengakui status anak maka garis
keturunan sang anak tidak dapat dihubungkan dengan sang suami, tapi
dihubungkan dengan ibunya.
Ila’
 Pengertian Ila’
Menurut bahasa, Ila’ adalah sumpah semata-mata
(mutlak). Dikatakan, ala-yuli-ila’ ketika seseorang
bersumpah, baik bersumpah untuk tidak mendekati
istrinya ataupun yang lain. Sedangkan menurut istilah
syariat, ila’ adalah sumpah suami untuk tidak mendekati
istrinya selama empat bulan, baik berupa sumpah kepada
Allah ataupun mengantungkan adanya tindakan mendekati
si istri pada perbuatan yang sulit dilaksanakan oleh jiwa
manusia.
Ila’
 Dasar Hukum Ila’ :
Allah SWT berfirman
ْ ‫ضتْ اَأْل ْربَ َعةُ اَأْل‬
َ َ‫ش ُه ِر َحتَّى يُوق‬
‫ف‬ َ ‫ق ِإ َذا َم‬ َ ‫ق َأ ْو يَفِي َء َواَل يَقَ ُع َعلَ ْي ِه‬
ٌ ‫طاَل‬ َ ِّ‫ف َحتَّى يُطَل‬
َ ِ‫ُوق‬
Artinya ; “Kepada orang-orang yang mengila’ istrinya diberi
tangguh  bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada
istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dan jikalau mereka berazam (bertetap hati untuk) talak,
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Tahu.” (Q.S.Al-Baqarah : 226-227).
Ila’
 Ucapan ila’ itu terbagi menjadi dua macam : 
1. Ucapan yang sharih adalah ucapan yang menunjukkan kepada tujuan tanpa
ada kemungkinan kepada sesuatu yang lain. Contohnya: “Demi Allah, aku tidak
akan berhubungan badan denganmu”.
2. Ucapan kinayah adalah ucapan yang mengandung makna lain. Seperti : “Aku
tidak akan menyelimutimu”, “Aku tidak akan masuk kepadamu”, dan “Aku tidak
akan menyatukan kepalamu dengan kepalaku”. Contoh-contoh ucapan seperti
ini tidak dapat menjadi ila’, kecuali dengan adanya niat. Seandainya suami
mengaku, bahwa dirinya menghendaki makna selain bersetubuh maka
ucapannya itu dibenarkan dalam pengadilan.
3. Muddah (masa), yaitu masa ila’ adalah 4 bulan atau lebih.
4. Suami.
5. Istri.
Ila’
 Kaffarah yang harus dibayar untuk
menebus ila’ adalah:
1. Memberikan makan kepada sepuluh orang miskin, atau
2. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
3. Memerdekakan seorang budak
4. Apabila tidak mampu melaksanakan salah satu dari
ketiga alternatif di atas, kaffarahnya adalah berpuasa
selama tiga hari.
Khulu’

 Pengertian Khulu’
Menurut bahasa khulu’ yaitu berasal dari khala’ ats-tsauba idzaa
azzalaba ‫ـوب‬
( ‫ )خـلعـ اـلث‬yang artinya melepaskan pakaian; karena isteri adalah
pakaian suami dan suami adalah pakaian isteri.
Menurut istilah yaitu permintaan cerai yang diajukan oleh istri
terhadap suami denan memberikan ganti rugi sebagai tebusan,yakni istri
memisahkan dirinya dari suaminya dangan memberikan ganti rugi
kepadanya.
Khulu di perbolehkan oleh Allah bahkan ada yang mewajibkannya
ketika keduanya (suami-istri) atau salah satu dari keduanya (suami/istri)
khawatir tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah dengan dalil QS.
Al-Baqoroh ayat 229.
Apakah ada yang mau
bertanya????

Anda mungkin juga menyukai