Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Khulu' (Perceraian dengan Tebusan)

Khulu’ menurut bahasa, dari kata ‫ َخ َلَع‬- ‫َيْخ َلُع‬- ‫ ُخ ْلًعا‬berarti melepaskan atau menanggalkan
pakaian.1 Kata melepaskan atau menanggalkan pakaian ini dikarenakan dalam Al-Qur'an, Allah
berfirman bahwa suami adalah pakaian untuk istrinya, begitupun sebaliknya istri adalah pakaian
untuk suaminya, sebagaiman yang ada pada Q.S Al-Baqarah ayat 187.

‫ُأِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة ال ِّص َيا ِم ال َّر َفُث ِإَلٰى ِنَس ا ِئُك ْم ۚ ُه َّن ِلَبا ٌس َلُك ْم َو َأْنُتْم ِلَبا ٌس َلُه َّن ۗ َع ِل َم ال َّلُه َأَّنُك ْم ُك ْن ُتْم َتْخ َتا ُنو َن‬
‫َأْنُف َس ُك ْم َفَتا َب َع َل ْي ُك ْم َو َع َف ا َعْن ُك ْم ۖ َفا آْل َن َبا ِش ُر و ُه َّن َو ا ْبَتُغوا َم ا َك َتَب ال َّلُه َلُك ْم ۚ َو ُك ُلوا َو ا ْش َر ُبوا َح َّتٰى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْل َخ ْي ُط‬
‫اَأْلْبَيُض ِم َن اْل َخ ْي ِط اَأْلْس َو ِد ِم َن اْل َف ْج ِر ۖ ُثَّم َأِتُّم وا ال ِّص َيا َم ِإَلى ال َّلْي ِل ۚ َو اَل ُتَبا ِش ُر و ُه َّن َو َأْنُتْم َع ا ِك ُف و َن ِف ي اْلَم َس ا ِج ِد ۗ ِتْل َك‬
‫ُح ُد و ُد ال َّلِه َفاَل َتْق َر ُبو َه ا ۗ َك َٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ال َّلُه آ َيا ِتِه ِللَّنا ِس َلَع َّلُه ْم َيَّتُق و َن‬

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang
telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan
Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.2

Khulu’ menurut istilah, adalah menebus isteri akan dirinya kepada suaminya dengan
hartanya, maka tertalak-lah dirinya.3 Khulu’ merupakan suatu perceraian yang disertai dengan
sejumlah harta sebagai ‘iwadh yang diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus dirinya
agar terlepas dari tali perkawinan.4 Pada pasal 1 KHI huruf i disebutkan bahwa khulu’ adalah
perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan ‘iwadh atau tebusan kepada
dan atas persetujuan suami.5 Khulu juga biasa dikatakan sebagai talak tebus, karena isteri akan
membayar dengan sejumlah harta yang telah disepakati bersama, kepada suami.

1. Golongan Hanafi Mendefinisikan : “Khulu ialah menanggalkan ikatan pernikahan yang


diterima oleh istri dengan lafadz khulu’ atau yang semakna dengan itu.”

2. Golongan Syafi‟i memberikan definisi khulu’ : “Khulu menurut syara adalah lafadz yang
menunjukkan perceraian antara suami istri dengan tebusan yang harus memenuhi persyaratan
tertentu.”
1
A.W.Munawir (Darmiko Suhendra, Khulu dalam Perspektif Islam, Jurnal Asy-Syar’iyyah Vol. 1, Juni 2016), Al-Munawir: Kamus
Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), hlm. 361.
2
Tafsir Web, selengkapnya di https://tafsirweb , diakses pada 1 November 2023
3
Abu Mansur (Darmiko Suhendra, Khulu dalam Perspektif Islam, Jurnal Asy-Syar’iyyah Vol. 1, Juni 2016), Lisan el-Arab, (Kairo :
daar el-Hadist, 2003), III : 182.
4
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2003), hlm. 220
5
Marwah, Efektifitas Penerapan Khulu’ dan Akibat Hukum dalam Kompilasi Hukum Islam, (2020)
3. Golongan Maliki memberikan definisi khulu’: “khulu’ menurut syara adalah thalaq dengan
tebusan.”

4. Golongan Hanabillah atau Hambali mendefinisikan Khulu’ : “khulu dalah suami menceraikan
istrinya dengan tebusan yang diambil oleh suami dari istrinya atau dari lainnya dengan lafadz
tertentu.”6

B. Dasar Hukum Khulu’

Dasar hukum khulu’ terdapat dalam al-Qura’an, yaitu pada Q.S al-Baqarah : 229

‫ال َّطاَل ُق َم َّر َتا ِن ۖ َفِإ ْم َس اٌك ِبَم ْع ُر و ٍف َأْو َتْس ِر ي ٌح ِبِإ ْح َس ا ٍن ۗ َو اَل َيِح ُّل َلُك ْم َأْن َتْأ ُخ ُذ وا ِم َّم ا آ َتْيُتُم و ُه َّن َشْيًئا ِإاَّل َأْن َيَخ ا َفا َأاَّل ُيِق ي َم ا‬
‫ُح ُد و َد ال َّلِه ۖ َفِإ ْن ِخ ْف ُتْم َأاَّل ُيِق ي َم ا ُح ُد و َد ال َّلِه َفاَل ُج َنا َح َع َلْي ِه َم ا ِف ي َم ا ا ْفَتَد ْت ِبِه ۗ ِتْل َك ُح ُد و ُد ال َّلِه َفاَل َتْعَتُد و َه ا ۚ َو َمْن َيَتَع َّد‬
َ‫ُح ُد و َد ال َّلِه َفُأو َٰل ِئَك ُه ُم ال َّظا ِلُم ون‬

‘‘Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf
atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu
dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)
tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
itulah orang-orang yang zalim.’’7

Dan juga terdapat pada hadist Rasulullah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.

‫َج اَء ْت امَر َأُة َثاِبت ْبِن َقْيس ْبِن َش َّم اٍس ِإَلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَلْت َيا َر ُس وَل هَّللا َم اَأنِقُم َع َلى َثاِبٍت ِفي ِدْيٍن َو َال ُخ ُلِق‬
‫ِإَّال َأِّني َأَخ اُف اْلُك ْفَر َفَقاَل َر ُس وِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَتُرِّدْيَن َع َلْيِه َح ِد يََقَتُه َفَقاَلْت َنَعْم َفَر َّدْت َع َلْيِه َو َأَم َرُه َفَفاَر َقَها‬.

‘‘Isteri Tsabit bin Qais bin Syammas mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata ; “Wahai Rasulullah, aku tidak membenci Tsabit dalam agama dan akhlaknya. Aku
hanya takut kufur”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah kamu
mengembalikan kepadanya kebunnya?”. Ia menjawab, “Ya”, maka ia mengembalikan
kepadanya dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya, dan Tsabit pun
menceraikannya” [HR Al-Bukhari]8

6
Henderi Kusmidi, Khulu’ (talak tebus) dan Implikasi hukumnya dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal El-Afkar Vol. 7 Nomor 1,
(Januari-Juni, 2018), h. 39
7
Tafsir web, dapat dilihat selengkapnya di https://tafsirweb diakses pada 1 November 2023
8
Ustadz Kholid Syamhudi, Al-Khulu’ gugatan cerai dalam islam, dapat dilihat selengkapnya pada https://almanhaj.or.id, diakses
pada November 1, 2023
Firman dan hadist diatas tersebut yang dijadikan sebagai dalil disyariatkanya khulu’ dan
sah terjadinya khulu’ antara suami dan isteri serta menunjukan hak khulu’ bagi isteri, isteri dapat
enggugat cerai suami dengan memberikan ‘iwadh. Lalu, para ulama berbeda pendapat sah
terjadinya khulu’ apakah harus istrinya nusyuz atau tidak. Menurut zhahir hadits, demikian pula
gologan zhahiriyah dan pendapat Ibnul Mundzir berpendapat, bahwa untuk sahnya khulu’
haruslah karena istri nusyuz,9 berdasarkan kisah yang terdapat dalam hadits, bahwa istri pewaris
meminta cerai berarti dalam keadaan nusyuz. Berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa‟
ayat 19:

‫ِت‬ ‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ِح‬ ‫َّلِذ‬


‫َيا َأُّيَه ا ا ي َن آ َم ُنوا اَل َي ُّل َلُك ْم َأْن َتِر ُثوا الِّنَس ا َء َك ْر ًه ا ۖ َو اَل َتْع ُض ُلو ُه َّن َتْذ َه ُبوا َبْع ِض َم ا آ َتْيُتُم و ُه َّن ِإاَّل َأْن َيْأ ي َن‬
‫ِبَف ا ِح َش ٍة ُمَبِّيَنٍة ۚ َو َع ا ِش ُر و ُه َّن ِباْل َم ْع ُر و ِف ۚ َفِإ ْن َك ِر ْه ُتُم و ُه َّن َفَع َس ٰى َأْن َتْك َر ُه وا َش ْيًئا َو َيْج َع َل ال َّلُه ِف ي ِه َخ ْيًر ا َك ِثي ًر ا‬

‘‘Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.’’10
Asy Syafi‟i, Abu Hanifah dan kebanyakan ahli ilmu berpendapat, bahwa khulu‟ itu sah
dilakukan meski istri tidak dalam keadaan nusyuz, dan khulu‟ itu sah dengan saling kerelaan
antar sumai istri kendati keduanya dalam keadaan biasa dan baik-baik saja. Iwadh sebagai
tebusan itu halal bagi suami, berdasarkan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 4.11

‫َو آ ُتوا الِّنَس ا َء َص ُد َقا ِتِه َّن ِنْح َلًة ۚ َفِإ ْن ِط ْب َن َلُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِم ْن ُه َنْف ًس ا َفُكُلو ُه َه ِني ًئا َم ِر ي ًئا‬

‘‘Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya.’’

Para Ulama ini menyatakan, bahwa dalam hadits Tsabit tersebut, tidak ada petunjuk yang
mensyaratkan nusyuz, sedangkan ayat tersebut itu hanya mengandung kekhawatiran belaka,
yaitu terkait dugaan atau perkiraan yang mungkin saja akan terjadi dimasa yang akan datang.
Hadits Tsabit itu juga menjadi petunjuk bahwa yang diambil oleh suami dari istrinya sebagai
iwadh (tebusan) itu ialah apa yang telah diberikannya, tanpa meminta tambahan apa-apa. Khulu’
wajib dilakukan ketika permintaan istri karena suami tidak mau memberi nafkah atau menggauli
istri, sedangkan istri menjadi tersiksa.

9
S. Sholekhah, Khulu dan Talak, (2016), hlm. 11-12
10
Tafsir, selengkapnya di https://tafsir.com diakses pada 1 November
11
S. Sholekhah, Khulu dan Talak, (2016), hlm. 11-12
Khulu’ itu hukumnya haram jika dimaksudkan untuk menyengsarakan istri dan anak-
anaknya. Khulu’ itu dibolehkan (mubah) ketika ada keperluan yang membolehkan istri
menempuh jalan tersebut. Khulu’ mejadi makruh hukumnya jika tidak ada keperluan untuk itu,
dan menjadi sunnah apabila hukumnya jika dimaksudkan untuk mencapai kemaslahatan yang
lebih memadai bagi suami ataupun isteri.12

Hukum asal khulu’ ada yang berpendapat dilarang (haram) ada yang mengatakan
makruh, dan ada yang mengatakan haram kecuali karena darurat. Ulama syafi’iyah berpendapat,
bahwa hukum asal melakukan khulu’ itu makruh, hanya dia dapat menjadi sunnah hukumnya
apabila istri ternyata tidak baik dalam bergaul terhadap suaminya. Perbedaan khulu’ dengan talak
dalam hal waktu dijatuhkannya, ialah bahwa khulu boleh terjadi diwaktu dimana tidak boleh
terjadi talak, sehingga boleh terjadi ketika istri sedang haid, nifas, atau dalam keadaan suci yang
telah dikumpuli. Dalam hal ini Imam malik berpendapat, bahwa tidak sah terjadi khulu’ pada
waktu tidak boleh talak.Tentang status perceraian karena khulu’ dapat dikemukakan, bahwa bila
seorang suami, telah melakukan khulu terhadap istrinya, maka dengan khulu itu bekas istri
menguasai dirinya secara penuh, suami tidak berhak menunjukkannya kembali, sebab ia telah
menyerahkan sejumlah harta kepada suami yang dimaksudkan sebagai pelepasan dirinya itu.
Oleh karena itu status perceraian karena khulu’ adalah sebagai talak ba’in bagi istri, sehingga
meski kemudian suami bersedia mengembalikan ‘iwadh yang telah diterimakan kepadanya itu
namun suami tetap tidak berhak menunjuk bekas istrinya, dan meskipun bekas istri rela untuk
menerima kembali iwadh.13 Khulu’ hukumnya makruh kecuali dalam kondisi yang
dikhawatirkan keduanya (suami-istri) atau salah satunya sudah tidak bisa lagi menjaga hubungan
dengan seharusnya. Terkadang khulu’ mucul karena ketidaksukaan yang bisa terlahir
dikarenakan fisik yang buruk atau akhlak yang tidak terpuji. Hukum makruh tersebut bisa hilang
jika khulu memang diperlukan oleh kedua belah pihak (suami istri) karena takut akan mengarah
pada dosa besa

C. Rukun dan Syarat Khulu’

Rukun adalah suatu bagian yang harus terpenuhi dan batal apabila tidak terpenuhi, 14
sedangkan syarat adalah sesuatu yang menjadi tempat bergantung wujudnya hukum. 15 Adapun
rukun dan syaratnya adalah

1. Harta atau barang yang dipakai untuk khulu’, dapat dilihat dari segi :

a Kadar harta yang dipakai untuk khulu’. Imam Malik, Syafi’i dan segolongan fuqoha
berpendapat bahwa boleh melakukan khulu’ dengan memberikan harta yang lebih banyak dari
mahar yang diterimanya, jika kedurhakaan itu datang darinya, atau boleh juga sebanding dan

12
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2003), hlm. 225
13
Ibd
14
Idris Al-Marbawi (Darmiko Suhendra, Khulu dalam Perspektif Islam, Jurnal Asy-Syar’iyyah Vol. 1, Juni 2016), Kamus Bahasa
Arab Melayu, (Surabaya : Hidayah, 2000), I : 248 dan 318
15
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fikih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 75
lebih sedikit dari mahar. Sedangkan sebagian golongan lain, seperti Imam Ahmad, Abu Ubaid,
dan Ishak bin Rawaih berpendapat, bahwa tidak boleh seorang suami menerima tebusan dari
isteri melebihi dari mahar yang diberikannya dahulu kepada isteri.

Jika, isteri melakukan khulu’ tanpa adanya ‘iwadh, maka khulu’nya dianggap tidak sah.
Dan dengan tidak memberikan ‘iwadh dengan barang-barang yang diharamkan dalam syariat
islam, seperti : Khamar, babi, atau yang lainnya, maka dianggap khulu’nya tidak sah. 16

b Sifat harta pengganti

Imam Syafi’i dan Abu Hanifa berpendapat mensyaratkan bahwa harta tersebut harus dapat
diketahui sifat dan wujudnya. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa boleh harta tidak
diketahui kadar dan wujudnya, serta yang belum ada.17

c Keadaan yang dapat dan tidak dapat untuk menjatukan khulu’

Jumhur fuqaha Khulu’ dapat dilakukan apabila adanya kerelaan baik dari pihak suami
maupun dari pihak isteri (kerelaan dari suami dan isteri), selama hal tersebut tidak merugikan
isteri. Terdapat dalam firmana Allah SWT di Q.S an-Nisa : 19

‘‘Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang
nyata.’’

Abu Qilabah dan Hasan Basri berpendapat bahwa suami tidak boleh menjatuhkan khulu’ kepada
isterinya, kecuali dia melihat isterinya tersebut melakukan perzinahan, karena mereka
mengartikan kata ‘keji’ yaitu merujuk pada perzinahan. Adapun An-Nu‟man mengatakan bahwa
khulu’ dapat dijatuhkan meskipun merugikan. Berdasarkan aturan fikih, tebusan itu diberikan
kepada isteri sebagai imbangan talak yang dimiliki suami. Oleh karena itu, talak diberikan
kepada suami jika ia membenci isteri, maka khulu’diberikan kepada isteri jika ia membenci
suami. Dengan demikian terdapat keseimbangan antara keduanya.18

2. Isteri sebagai penuntut khulu’

Para fuqaha sepakat Isteri yang dapat melakukan khulu’ yaitu, bahwa isterinya ini sah secara
agama, dan menggunakan hartanya ini secara sadar atau berakal sehat (tidak gila) dan sudah
baligh. Dan mereka juga sepakat, bahwa isteri yang safih (idiot), tidak boleh melakukan khulu’
tanpa ijin walinya. Para ulama mahzab berbeda pendapat mengenai keabsahan wanita safihah
untuk melakukan khulu’. Menurut Imam Hanafi, Maliki, dan Hanbali bahwa khulu wanita safih
adalah talak ba’in, sedangkan menurut Imam syafi’i, khulu’nya wanita safi adalah talak raj’i. 19

16
Darmiko Suhendra, Khulu dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Asy-Syar’iyyah, Vol. 1, Juni 2016
17
Ibd
18
Ibd
19
Nurul Latifah, Khulu’ Wanita Safihah Menurut Pendapat Empat Imam Mahzab, 2016
3. Sighat khulu’

Khulu’ harus diucapkan dengan kata khulu atau dengan kata lain yang memiliki arti
sama. Misal, muraba’ah (berlepas diri) atau fidyah (tebusan). Contoh sighat khulu’: ‘‘khulu’lah
aku dengan uang 300.000 rupiah.20 Imam Hanafi mengatakan khulu’ boleh dilakukan dengan
menggunakan redaksi al-bai (jual beli), misalnya suami mengatakan kepada isterinya “saya jual
dirimu kepadamu dengan harga sekian” lalu isterinya menjawab “saya beli itu”, demikian pula
Syafi‟i berpendapat bahwa boleh melakukan khulu’ dengan redaksi al-bai (jual beli). selanjutnya
Imam Malik dalam buku Abdurrahman al-Zajiry berpendapat bahwa syarat sighat khulu’itu ada
tiga yaitu:

a) Harus diucapkan, menggunakan kalimat yang menunjukan atas talak, baik kata-kata sharih
atau kinayah, apabila hanya perbuatan yang menunjukan atas talak tanpa diucapkan, maka tidak
jatuh khulu’ atasnya.

b) Qabul dalam satu majelis

c) Mengucapkan ijab dan qabul harus sesuai dengan kadar hartanya, “aku talak kamu dengan
300.000” kemudian dijawab:“sayaterima 300.000 itu”21

4. Adanya Mukhali, yaitu seseorang yang berhak mengucapkan cerai atau talak , yaitu suami .

D. Hikmah Khulu’

Hikmah Khulu’ yaitu, untuk menghindari bahaya apabila terjadi pertengkaran hebat
antara suami dan isteri. Khulu’ dibolehkan untuk menghindari isteri dari kesulitan dan
kemudharatan apabila perkawinan itu tetap atau terus dilanjutkan, tanpa merugikan pihak suami
karena akan mendapatkan ‘iwadh dari isteri. Khulu’ untuk mencegah adanya pelanggaran
hukum-hukum Allah akibat kebencian dari isteri kepada agama, sifat, ataupun fisik suami.
Hikmah hukum khulu’

1. Menampakkan keadilan Allah terkait hubungan suami dan isteri. Suami memiliki hak untuk
melepaskan diri dari isteri dengan cara thalaq, egitup isteri memiliki hak untuk melepaskan diri
dengan cara khulu’

2. Mengelakan isteri nusyus kepada suami

3. Penghormatan kepada para perempuan karena, mereka juga memiliki hak untuk bertindak
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh syara

20
Darmiko Suhendra, Khulu dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Asy-Syar’iyyah, Vol. 1, Juni 2016
21
Ibd
4. Memberikan keinsafan kepada suami supaya menyadari adanya kesilapan dan kesalahan
terhadap isteri demi kebaikan masa depan. 22

DAFTAR PUSTAKA

22
Henderi Kusmidi, Khulu’ (talak tebus) dan Implikasi Hukumnya dalam Perspektif Hukum Islam, Journal El-Afkar Vol 7 Nomor. 1
Januari-Juni, 2018, hlm. 48-49
Ghozali, A.R. (2003). Fiqh Munakahat. Jakarta : Prenadamedia Group. hlm. 220

Kusmidi, H. (2018). Khulu’ (talak tebus) dan Implikasi Hukumnya dalam Perspektif Hukum
Islam. Journal El-Afkar Vol 7 Nomor. 1.39, 48-49

Latifah, M. (2016). Khulu’ Wanita Safihah Menurut Pendapat Empat Imam Mahzab

Marwah. (2020) . Efektifitas Penerapan Khulu’ dan Akibat Hukum dalam Kompilasi Hukum
Islam

Sholekhah,S. (2016). Khulu dan Talak. hlm. 11-12

Suhendra, D. (2016). Khulu’ dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Asy-Syr’iyyah Vol. 1

Syamhudi, K. Al-Khulu’ gugatan cerai dalam islam. dapat dilihat selengkapnya pada
https://almanhaj.or.id, diakses pada November 1, 2023

Tafsir Web, selengkapnya di https://tafsirweb , diakses pada 1 November 2023

Zahrah, M.A. (2005). Ushul Fikih. Jakarta : Pustaka Firdaus. hlm. 75

Anda mungkin juga menyukai