Anda di halaman 1dari 21

PERJUANGAN CINTA

KHAULAH BINTI TSA'LABAH

MOHAMAD MASYHUDI - UPA 5441


Ayat-ayat zihar seringkali ditelaah oleh ulama tafsir
berkenaan dengan isi kandungan hukumnya didasarkan
pada konteks sejarah pewahyuan. Padahal jika historisitas
QS. Al-Mujadalah [58]: 1-4 dilihat secara mendalam
terdapat kisah romantis seorang sahabat perempuan
Rasulullah bernama Khaulah binti Tsa’labah yang
memperjuangkan cintanya melawan tradisi (zihar) lewat
munajat kepada Allah
Tentang Zihar
Zihar merupakan salah satu tradisi Arab pra Islam yang
masih menjadi norma pada masa awal Islam. Zihar secara
bahasa berasal dari kata zhahr artinya punggung, yakni
menyamakan punggung istri dengan ibu. Secara singkat,
zihar dapat dikatakan sebagai perkataan seorang suami
yang digunakan untuk menyamakan istri dengan ibunya.
Dalam tradisi arab jahiliyah zihar merupakan bentuk talak
(perceraian) yang paling tinggi (Tafsir Al-Marāgī [28]: 3).
Zihar: Tradisi Problematis dan Diskriminatif

Status wanita yang dizihar tidak jelas dan terluntang-


lantung. Suami tidak menginginkan bersama istrinya lagi
Tidak ingin istri tersebut dipersunting orang lain.
sangat merendahkan martabat dan kedudukan wanita
Wanita tidak bisa meminta haknya
Berakhirnya Problematika Zihar
Problematika zihar berlangsung dari Arab jahiliyah hingga
awal kedatangan Islam, tepatnya berakhir ketika ayat-ayat
zihar diturunkan, yaitu QS. Al-Baqarah [2]: 226-227, QS. Al-
Mujadalah [58]: 2-4 dan Al-Ahzab [33]: 4. Menurut Sayyid
Sabiq (Fiqh Sunnah: 620), berdasarkan ayat-ayat zihar
ulama sepakat bahwa zihar diharamkan dan suami yang
melakukan zihar diwajibkan untuk membayar kafarat agar
bisa mencampuri istrinya lagi.
Kisah romantis itu
bermula...
Diceritakan bahwa suatu ketika Khaulah bertengkar dengan
suaminya Aus bin Shamit al-Ansari. Dalam perdebatan
tersebut, Aus merasa jengkel dan marah lalu tanpa sengaja
menzihar istrinya dengan berkata,

“bagiku engkau (dirimu)


seperti punggung ibuku”
Setelah mengatakan hal itu,
kemudian Aus pergi dari
rumah untuk menenangkan
pikiran dan melepaskan
amarah dengan duduk
santai seraya
bercengkerama bersama
teman-temannya.
Tidak berselang lama, Aus menyesal
atas perbuatan yang telah dilakukan,
lalu ia pulang ke rumah untuk meminta
maaf dan ingin berkumpul dengan
Khaulah. Akan tetapi Khaulah menolak
keinginan tersebut, karena ia
menyadari dalam agama dan tradisi
mereka hal itu tidak diperkenankan.
Khaulah berkata, “Tidak, jangan! Demi
yang jiwaku berada di tangan-Nya,
engkau tidak boleh menjamahku
karena engkau telah mengatakan zihar
kepadaku, hingga Allah dan rasul-Nya
memutuskan hukum tentang peristiwa
yang menimpa kita.”
Ketaatan terhadap norma agama dan
tradisi masyarakat Arab membuat
Khaulah menolak secara tegas
permintaan suaminya untuk bergaul.
Namun sebenarnya, jauh di dalam
lubuk hati ia masih menyimpan cinta
mendalam terhadap suami dan ingin
hidup bersama seperti sedia kala. Oleh
karena itu, ia menemui Rasulullah dan
menceritakan peristiwa yang telah
terjadi sekaligus untuk meminta fatwa
beliau terkait permasalahan tersebut.
Mendengar cerita Khaulah, Rasulullah
sedikit kaget dan bersabda, “kami
belum pernah mendapatkan wahyu
berkaitan dengan urusan itu.” Karena
belum ada wahyu mengenai
permasalahan zihar, akhirnya
Rasulullah membuat keputusan
berdasarkan urf (adat) masyarakat
Arab untuk menyelesaikan
permasalahan ini sementara sambil
menunggu perintah dari Allah. Rasul
bersabda, “Aku tidak melihat
melainkan engkau sudah haram
baginya (Aus)".
Jawaban Rasulullah di atas tidaklah
memuaskan hati Khaulah, bahkan
diceritakan ia sempat mendebat nabi
namun tetap diberi jawaban yang
sama. Apa yang dilakukan Khaulah
bukan bertujuan untuk
mendiskreditkan nabi atau menentang
hukum yang telah ditetapkan beliau,
akan tetapi didasari oleh keinginan
untuk menyelesaikan permasalahan
yang dialami dan keinginan untuk
mempertahankan kisah romantisnya
bersama suami tercinta (Aus).
Dengan hati berat Khulah kembali ke
rumah, namun ia masih memegang
secercah harapan terhadap
penyelesaian masalah yang dialaminya.
Ia kemudian mengadukan segala
permasalahan kepada Allah, “Masa
mudaku telah berlalu, perutku telah
keriput, aku sudah tua dan tidak
mampu melahirkan anak lagi, sedang
suamiku men-ziharku. Ya Allah! aku
mengadu kepada-Mu.” Setiap siang
dan malam ia senantiasa berdoa dan
bermunajat kepada Allah.
Segala keluh kesah dari Khaulah terkait
permasalahan zihar kemudian dijawab ‫َق ْد َس ِم َع ُهّٰللا َق ْو َل اَّلِت ْي ُتَجاِد ُلَك ِف ْي َزْو ِج َه ا‬
‫َو َتْش َت ِكْٓي ِاىَل ِهّٰللا َۖو ُهّٰللا َيْس َم ُع َتَحاُوَرُكَم ۗا ِاَّن َهّٰللا‬
tuntas oleh Allah melalui Ayat-ayat
zihar dalam QS. Al-Mujadalah [58]: 1-4.
Ayat pertama berbunyi: ‫َس ِم ْي ٌۢع َبِص ْي ٌر‬
Sungguh, Allah telah mendengar
ucapan perempuan yang mengajukan
gugatan kepadamu (Muhammad)
tentang suaminya, dan mengadukan
(halnya) kepada Allah, dan Allah
mendengar percakapan antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-
Mujadalah [58]: 1)

‫َاَّلِذ ْيَن ُيٰظ ِه ُرْو َن ِم ْن ُكْم ِّم ْن ِّنَس ۤإِى ِه ْم َّم ا ُه َّن ُاَّم ٰه ِت ِه ْۗم‬
‫ّٰۤل‬
‫ِاْن ُاَّم ٰه ُتُه ْم ِااَّل ا ِٔـْي َو َلْد َنُه ْۗم َو ِاَّنُه ْم َلَي ُق ْو ُلْو َن ُم ْن َكًرا‬
"Orang-orang di antara kamu yang
menzihar istrinya, (menganggap ‫ِّم َن اْلَق ْو ِل َو ُزْو ًرۗا َو ِاَّن َهّٰللا َلَع ُف ٌّو َغ ُف ْو ٌر‬
istrinya sebagai ibunya, padahal)
istri mereka itu bukanlah ibunya.
Ibu-ibu mereka hanyalah
perempuan yang melahirkannya.
Dan sesungguhnya mereka benar-
benar telah mengucapkan suatu
perkataan yang mungkar dan
dusta. Dan sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf, Maha Pengampun. "
QS. Al-Mujadalah[58]:2

‫َو اَّلِذ ْيَن ُيٰظ ِه ُرْو َن ِم ْن ِّنَس ۤإِى ِه ْم ُثَّم َيُع ْو ُد ْو َن ِلَم ا َق اُلْو ا‬
‫َف َت ْحِرْيُر َرَق َبٍة ِّم ْن َق ْب ِل َاْن َّيَت َم ۤاَّس ۗا ٰذ ِلُكْم ُتْو َع ُظ ْو َن ِبٖۗه‬
‫َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخِبْي ٌر‬
"Dan mereka yang menzihar istrinya,
kemudian menarik kembali apa yang
telah mereka ucapkan, maka (mereka
diwajibkan) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami istri itu
bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepadamu, dan Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan. "
QS. Al-Mujadalah[58]:3

‫َف ِص َي اُم َش ْه َرْيِن ُم َتَت اِبَع ْي ِن ِم ْن َق ْب ِل َاْن‬ ‫َف َم ْن َّلْم َيِج ْد‬
‫َّلْم َيْس َت ِط ْع َف ِاْط َع اُم ِس ِّتْي َن ِم ْس ِكْي ًنۗا‬ ‫َّيَت َم ۤاَّس ۗا َف َم ْن‬
ۗ ‫ٰذ ِلَك ِلُتْؤ ِم ُنْو ا ِبالّٰلِه َوَرُس ْو ِلٖۗه َو ِتْلَك ُحُد ْو ُد ِهّٰللا‬
"Maka barangsiapa tidak dapat
(memerdekakan hamba sahaya),
maka (dia wajib) berpuasa dua bulan ‫َو ِلْلٰك ِف ِرْيَن َع َذ اٌب َاِلْي ٌم‬
berturut-turut sebelum keduanya
bercampur. Tetapi barangsiapa tidak
mampu, maka (wajib) memberi makan
enam puluh orang miskin.
Demikianlah agar kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah
hukum-hukum Allah, dan bagi orang-
orang yang mengingkarinya akan
mendapat azab yang sangat pedih. "
QS. Al-Mujadalah[58]:4
Setelah Ayat-ayat zihar turun
Rasulullah menjelaskan kepada
Khaulah bahwa ia bisa bersama
kembali dengan suaminya, asalkan Aus
membayar kafarat zihar. Dengan penuh
kasih Khaulah menjawab bahwa Aus
sama sekali tidak mampu untuk
membayar kafarat, baik itu
memerdekakan budak, puasa maupun
bersedekah kurma kepada 60 orang
miskin, karena ia adalah seorang yang
lemah lagi miskin.
Mendengar hal itu, Rasulullah
berinisiatif untuk membantu
membayarkan setengah kafarat Zihar
yang dilakukan Aus dengan memberi
makan 30 orang miskin. Kemudian
Khaulah menunjukkan bentuk kasih
sayang kepada Aus dengan
membayarkan sisa setengah kafarat-
nya. Begitulah perjuangan cinta
Khaulah untuk mempertahankan kisah
romantis bersama sang suami.
‫هللا‬ ‫ىَّل‬ ‫َق‬
‫ اَل َرُس ول هَّللا َص‬: ‫اَل‬ ‫َق‬ ‫ُه‬ ‫ْن‬ ‫َة‬ ‫َأ‬
‫َع ْن ِبي ُه َرْيَر َرِض َي ُهَّللا َع‬
‫ُك‬ ‫ا‬ ‫ِخ‬
‫َو َي ُر ْم‬ ،‫ا‬ ‫ًق‬‫ُل‬‫ُخ‬ ‫ه‬ ‫ُن‬ ‫َأ‬ ‫ا‬
‫ِإ َم ْح َس ْم‬‫ًن‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫َن‬ ‫ِني‬ ‫ِم‬ ‫ْؤ‬ ‫ُم‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ل‬ ‫ْك‬‫َأ‬ ‫َّل‬
‫َع َوَس َم َم‬
: ‫يِه‬‫َل‬
‫ِخ َي اُرُكْم ِلِنَس اِئِه ْم … رواه الترمذي وغيره‬

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu, bahwa


Rosûlulloh shollallohu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda : “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan
sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik
(akhlak/pergaulannya) kepada istrinya.”
Wallaahu a'lam

Anda mungkin juga menyukai