Anda di halaman 1dari 18

Abû Ahmad Muhammad Al-Khidhir

Saddadahullâhu wa Jammalahu

KENALILAH
MAHRAMMU
| Kenalilah Mahrammu

Abû Ahmad Muhammad Al-Khidhir

Saddadahullâhu wa Jammalahu

KENALILAH MAHRAMMU

1
| Kenalilah Mahrammu

Judul:

Kenalilah Mahrammu

Penulis: Abû Ahmad Muhammad Al-Khidhir

Tata Letak: Âlu Al-Khidhir.

Cetakan Pertama: Mei 2017

Diterbitkan oleh:

 HP: +6285741741433
 E-Mail: abuahmad.limbory@gmail.com
 Channel Telegram: http://t.me/terjemahalkhidhir

2
| Kenalilah Mahrammu

DAFTAR ISI
Daftar Isi .................................................................................. 3
Tanya: ...................................................................................... 4
Jawab: ..................................................................................... 5
Mahram Karena Nasab Keturunan....................................... 7
Mahram Karena Susuan ......................................................... 9
Mahram Karena Sebab Pernikahan .................................... 13

3
| Kenalilah Mahrammu

Tanya:

َّ َّ
‫محن الر ِحيم‬
ِ ‫ِبسم اهلل الر‬
‫لس ََلم علَي ُكم ور ْْحةُ للاه‬
َ َ َ ْ ْ َ ُ َّ َ‫ا‬
‘Afwân ustâdz mengganggu waktunya, mau
tanya lagi tentang mahram:

 Apa itu mahram menurut bahasa dan menurut


syar’iy?

 Siapa saja mahram?

 Benarkah mahram terbagi dua (mahram


selamanya dan mahram sementara)?

 Siapa saja mahram yang boleh kita


bersalaman dengannya?

Jazâkallâhu khairan wa Bârakallâhu fiykum.

4
| Kenalilah Mahrammu

Jawab:

ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ
ُ ‫اّللهُ َو َب َرَكت ُُه‬
ُ ُ‫ْح ُة‬ ‫وعليك ُمُالسَل ُمُور‬

َّ َّ
‫محن الر ِحيم‬
ِ ‫ِبسم اهلل الر‬

‫ َوأَ ْش َه ُ أ ْن َّّله إلَهَ َّإّل‬،ُ‫ َوأَ ْستَ ْغ هف ُره‬،ُ‫ َوأَ ْستَعهْي نُه‬،ُ‫َْحَ ُ ه‬
ْ ‫ أ‬،‫اَ ْلَ ْدْم ُ هَّله‬
‫أن ُُم َّدْم ً ا عب ُ َّه‬
.ُ‫ال َوَر ُس ْولُه‬ ْ َ َّ ُ ‫ َوأَ ْش َه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ْْ‫للاُ َو ْح َ هُ َّل َش هر‬

: ُ ‫أََّما بَ ْع‬

Mahram adalah suatu kata yang diambil dari


bahasa Arab, dengan bentuk difathah pada huruf
pertamanya yaitu huruf “mîm” dan difathah pada
huruf sebelum huruf terakhirnya yaitu huruf “râ”
(‫) َُمَرم‬, dan defenisinya secara bahasa adalah orang
yang haram untuk dinikahi.

Adapun defenisi mahram secara syar’iy maka


dia adalah orang yang haram untuk dinikahi
selamanya, baik keberadaannya karena nasab
keturunan atau karena susuan atau karena
kekeluargaan dengan sebab pernikahan, Allâh Ta’âlâ
berkata:

5
| Kenalilah Mahrammu

ُ ‫ُو َب َن‬ ُ ُ َٰ َ َٰ َ َ ُ ُ َٰ َّ َ َ ُ ُ َٰ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َٰ َ َّ ُ ُ َ َ
ُ‫ات‬ َ ‫كم‬ ‫ُح هر َمتُُعليكمُأمهتكمُوبناتكمُوأخوتكمُوعمتكمُوخلت‬
َ َّ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ‫َ ُ َّ َ َٰ ُ ُ ُ َّ َٰ ي‬ ُ ُ ‫خ ُ َو َب َن‬ َ
ُ‫ٱلرضَٰ َع ُةه‬ ُ ‫ُوأخ َوَٰتكم ُمهن‬ ‫ت ُأۡرضعنكم‬ ُ ‫ات ُٱلختهُ ُوأمهتكم ُٱل ه‬ ُ‫ٱل ه‬ُ
َ َ َٰ َّ ُ ُ ‫َ ي‬ ُ ُ ُ َّ ُ
َٰٓ َ ‫ُو َر‬ ُ ‫َ ُ َّ َ َٰ ُ َ ي‬
ُ‫تُدخل ُتمُب ه هه َّن‬ ُ ‫جورهكمُمهنُن هسائهكمُٱل ه‬ ‫ُِفُح‬ ُ ُ‫بئ ه ُبك ُم‬
‫ٱل َٰ هت ه‬
َ ‫كم‬
‫وأمهتُن هسائ ه‬
َّ ُ ‫َّ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ي‬ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ
ُ‫هين ُمهن‬ َُ ‫لئهل ُأب َنائهك ُم ُٱَّل‬ َٰٓ ‫ُفَل ُجناح ُعليكم ُوح‬ ُ ‫فإهنُلم ُتكونوا ُدخل ُتمُب ه ههن‬
ٗ ‫اُرح‬ َّ ‫ور‬ َ َ َ َ َّ َّ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ َٰ َ َ
ٗ ‫ُغ ُف‬
ُ‫هيما‬ ‫ٱّللَُكن‬
ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ۡي ُإهَّل ُماُقد ُسلفَُُۗإ ه‬
ُ‫أصلبهكم ُوأنَُتمعواُبۡي ُٱلخت ه‬

٢٣

“Diharamkan bagi kalian (menikahi) ibu-ibu kalian,


putri-putri kalian, saudari-saudari kalian, saudari-
saudari bapak kalian, saudari-saudari ibu kalian,
putri-putri saudara kalian, putri-putri saudari kalian,
ibu-ibu yang menyusui kalian, saudari-saudari susuan
kalian, ibu-ibu istri kalian, anak-anak tiri kalian yang
dalam pemeliharaan kalian, yang mereka itu dari
istri-istri kalian yang telah kalian setubuhi, jika kalian
belum menyetubuhi istri-istri kalian itu maka tidak
ada dosa bagi kalian menikahi anak-anak dari istri-
istri kalian tersebut. (Dan diharamkan bagi kalian)
istri-istri anak kandung kalian serta (diharamkan pula
kalian mengumpulkan (dalam menikahi) dua
prempuan yang bersaudari kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau. Sesungguhnya Allâh adalah
Ghafûr (Maha Pengampun) lagi Rahîm (Maha
Penyayang).” [An-Nisâ: 23].

6
| Kenalilah Mahrammu

MAHRAM KARENA NASAB KETURUNAN

Pada perkataan-Nya:
ُ َ َ َ ُ ُ َٰ َّ َ َ ُ ُ َٰ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َٰ َ َّ ُ ُ َ َ
ُ‫ُوخَٰل َٰ ُتكم‬ ‫ُح هر َمتُ ُعليكم ُأمهتكم ُوبناتكم ُوأخوتكم ُوعمتكم‬
ُ ُ َََ َ ُ َََ
ُ‫اتُٱلخ ه‬
‫ت‬ ُ‫وبناتُٱل ه‬
‫خُوبن‬

“Diharamkan bagi kalian (menikahi) ibu-ibu kalian,


putri-putri kalian, saudari-saudari kalian, saudari-
saudari bapak kalian, saudari-saudari ibu kalian,
putri-putri saudara kalian, putri-putri saudari kalian”.
[An-Nisâ: 23].

Ayat ini memberikan penjelasan tentang


mahram karena nasab keturunan, yang mereka itu
diklasifikasikan menjadi 7 bagian:

1. Ibu, ibunya ibu yaitu nenek dan seterusnya


ke atas.

2. Putri, putrinya putri yaitu cucu dan


seterusnya ke bawah.

3. Saudari dari seayah atau seibu.

4. Saudari ayah yaitu bibi, saudari kakek yaitu


bibinya ayah, dan seterusnya ke atas.

7
| Kenalilah Mahrammu

5. Saudari ibu yaitu bibi, saudari nenek yaitu


bibinya ibu dan seterusnya ke atas.

6. Putri dari saudari yaitu keponakan, cucu


prempuannya dan seterusnya ke bawah.

7. Putri dari saudara yaitu keponakan, cucu


prempuannya dan seterusnya ke bawah.

8
| Kenalilah Mahrammu

MAHRAM KARENA SUSUAN

Dan pada perkataan-Nya:


َ َّ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ‫َ ُ َّ َ َٰ ُ ُ ُ َّ َٰ ي‬
ُ ‫ٱلرض َٰ َعةه‬ ُ‫ُوأخ َوَٰتكمُمهن‬ ‫تُأۡرضعنكم‬
ُ ‫وُأمهتكمُٱل ه‬

“Dan ibu-ibu yang menyusui kalian dan saudari-


saudari susuan kalian”. [An-Nisâ: 23].

Ayat ini memberikan penjelasan tentang


mahram karena susuan, yang mereka itu
diklasifikasikan menjadi 7 bagian, sama seperti
mahram karena nasab keturunan. Disebutkan pada
ayat tersebut dua di antara mereka, yaitu ibu susu
dan saudari susuan.”

Pada dalîl tersebut menunjukan bahwa


hubungan mahram karena susuan itu adalah dari
pihak ibu dan ayah susu, yang mereka ini
diklasifikasikan juga menjadi 7 bagian:

1. Ibu susu, ibunya ibu susu yaitu nenek susu


dan seterusnya ke atas.

2. Putri ibu susu, putrinya putri ibu susu yaitu


cucu susu dan seterusnya ke bawah.

3. Saudari susuan dari ayah susu atau ibu susu.

9
| Kenalilah Mahrammu

4. Saudari ayah susu yaitu bibi susu, saudari


ayahnya ayah susu yaitu bibinya ayah susu dan
seterusnya ke atas.

5. Saudari ibu susu yaitu bibi susu, saudari


ibunya ibu susu yaitu bibinya ibu susu dan seterusnya
ke atas.

6. Putri dari saudari susu yaitu keponakan susu,


cucu prempuannya dan seterusnya ke bawah.

7. Putri dari saudara susu yaitu keponakan susu,


cucu prempuannya dan seterusnya ke bawah.

Dan Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu ‘Anhu


pernah berkata kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi
wa Sallam:

َ ‫أََّل تَتَ َزَّو ُج بهْن‬


‫ت ْحََْزَة؟‬

“Tidakkah engkau akan menikahi putri Hamzah?”


Maka beliau berkata:

‫اع هة‬
َ‫ض‬ َّ ‫إهن ََّها ابْنَةُ أ هَخي هم َن‬
َ ‫الر‬

“Sesungguhnya putri Hamzah adalah putri saudara


susuanku.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhâriy dari Al-
Barâ Radhiyallâhu ‘Anhu.

Dan dalîl dari pengklasifikasian menjadi 7


bagian tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh

11
| Kenalilah Mahrammu

Al-Bukhâriy dan Muslim, bahwasanya Rasûlullâh


Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

ُ‫اعةُ ُُتَ هرُم َما ُُتَ هرُم الْ هوَّل َدة‬


َ‫ض‬ َ ‫الر‬
َّ

“Susuan diharamkan seperti apa yang diharamkan


pada nasab keturunan.” Diriwayatkan oleh Al-
Bukhâriy dan Muslim.

Dan di dalam suatu riwayat:

‫اع هة َما ََْيرُم همن النَّس ه‬


‫ب‬ َ‫ض‬ َّ ‫َوََْيُرُم هم َن‬
َ ‫الر‬
َ َ ُ
“Dan Dia mengharamkan dari susuan seperti apa
yang Dia haramkan dari nasab keturunan.”

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahmân As-Sa’diy


Rahimahullâh:

‫ب َكدْما ْ ْن تَ هشر هف ْاَْقَا هر ه‬


‫ب‬ َّ ‫ه ه ه ه ه ه‬ ‫ه‬
ُ َ َ َُ ‫فَيَ ْن تَشُر التَّ ْحرْيُ م ْن ج َهة الْ ُدْم ْرض َعة َوَم ْن لَهُ الل‬
“Hubungan mahram di sini adalah dari pihak yang
menyusui (yaitu ibu susu) dan pemilik susu (yaitu
ayah susu) sebagaimana hubungan mahram pada
nasab kekerabatan”.

Adapun pada orang yang menyusu maka


hubungan mahram terbatasi hanya pada dirinya,
anak keturunannya, baik itu pada anaknya, cucunya
dan seterusnya ke bawah, sebagaimana yang
dikatakan oleh Asy-Syaikh Abdurrahmân As-Sa’diy
Rahimahullâh:

11
| Kenalilah Mahrammu

.‫ض هع إههل ُُ هرَّْته هه فَ َق ْط‬ ‫وهف ه‬


‫الِّ ْف هل الْدْمرتَ ه‬
ُْ َ
“Dan pada orang yang menyusu maka (hubungan
mahramnya) sampai pada anak keturunannya saja”.

Orang yang menyusu, demikian pula anak


keturunannya adalah mahram bagi ayah dan ibu
susunya.

12
| Kenalilah Mahrammu

MAHRAM KARENA SEBAB PERNIKAHAN

Dan pada perkataan-Nya:


َ َ َٰ َّ ُ ُ ‫َ ي‬ ُ ُ ُ َّ ُ
َٰٓ َ ‫ُو َر‬ ُ ‫َ ُ َّ َ َٰ ُ َ ي‬
ُ‫تُدخل ُتمُب ه هه َّن‬ ُ ‫جورهكمُمهنُن هسائهكمُٱل ه‬ ُ ُ‫بئ ه ُبك ُم‬
‫ٱل َٰ هت ه‬
‫ُِفُح‬ َ ‫كم‬
‫وأمهتُن هسائ ه‬
َّ ُ ‫ي‬ َ ُ َٰٓ َ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ
ُ‫هين ُمهن‬ َُ ‫لئهل ُأب َنائهك ُم ُٱَّل‬ ‫فإهنُلم ُتكونوا ُدخل ُتمُب ه ههن ُفَل ُجناح ُعليكمُ وح‬
ُ َ َ
ُ‫أصلَٰبهكم‬

“Dan ibu-ibu istri kalian dan anak-anak tiri kalian


yang dalam pemeliharaan kalian, yang mereka itu
dari istri-istri kalian yang telah kalian setubuhi, jika
kalian belum menyetubuhi istri-istri kalian itu maka
tidak ada dosa bagi kalian menikahi anak-anak dari
istri-istri kalian yang belum menyetubuhi tersebut.
(Dan diharamkan bagi kalian) istri-istri anak kandung
kalian”. [An-Nisâ: 23].

Ayat ini memberikan penjelasan tentang


mahram karena sebab pernikahan, yang mereka itu
diklasifikasikan menjadi 4 bagian:

1. Ibunya istri, neneknya istri dan seterusnya ke


atas.

2. Putrinya istri dari suami yang lain, cucu


prempuan istri dan seterusnya ke bawah.

13
| Kenalilah Mahrammu

3. Istrinya putra, istrinya cucu dan seterusnya ke


bawah.

4. Istri ayah yaitu ibu tiri, istri kakek yaitu


nenek tiri dan seterusnya ke atas, Allâh Subhânahu
wa Ta’âlâ berkata:
ٗ َ َٰ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َّ ‫َ ي‬ َ ُ ُ‫ََ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َي‬
ُ‫حشة‬ َۚ ‫َّل ُتنكهحوا ُماُنكح ُءاباؤكمُمهن ُٱلن هساءهُ ُإهَّل ُماُقد ُسل‬
‫ف ُإهن ُهۥ َُكن ُف ه‬ ُ‫و‬
‫ََ ٗ َ َ يَ َ ا‬
٢٢ُ‫ُسبهيَل‬ ‫ومقتاُوساء‬

“Dan janganlah kalian menikahi wanita-wanita yang


telah dinikahi oleh ayah kalian, kecuali pada masa
yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu
adalah keji, dibenci dan seburuk-buruknya jalan
(yang ditempuh).” [An-Nisâ: 22].

Mereka itulah mahram yang dibolehkan bagi


kita bersalaman dengan mereka, yang selain dari
mereka bukanlah mahram dan tidak dibolehkan bagi
kita untuk bersalaman dengan yang bukan mahram
kita, berkata Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa
Sallam:

‫س ْامَرأًَة َّل َهُتل‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬


َّ ََ‫َْ ْن ُِّْْ َع َن هف َرأْ هس أَ َح ُك ْم بهه ْخيَط هم ْن َح ْْ َخْي ر لَهُ هم ْن أ ْن ي‬
ُ‫لَه‬
“Seandainya ditusukan pada kepala salah seorang di
antara kalian dengan paku dari besi maka itu lebih
baik baginya daripada dia menyentuh wanita yang
tidak halal baginya”.

14
| Kenalilah Mahrammu

Adapun pembagian mahram menjadi dua


bagian yaitu mahram selamanya dan mahram
sementara maka ini adalah pembagian yang salah.
Orang yang membuat pembagian ini terkadang
berdalîl dengan perkataan Allâh Ta’âlâ:
َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
َۗ‫ف‬
ُ ‫ُسل‬ ‫ۡيُإهَّلُماُقد‬
ُ‫وأنَُتمعواُبۡيُٱلخت ه‬

“Dan kalian (diharamkan dalam menikahi) dengan


mengumpulkan dua prempuan yang bersaudari
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.” [An-
Nisâ: 23].

Ayat ini menerangkan tentang diharamkannya


menikahi sekaligus dua wanita bersaudari, begitu
pula bibi dari kedua wanita tersebut, Rasûlullâh
Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

‫ْي الْ َدْم ْرأَةه َو َخالَته َها‬ ‫ه ه‬


َ ْ َ‫ْي الْ َدْم ْرأَة َو َع َّدْمت َها َوَّل ب‬
َ ْ َ‫َّل ُُْي َدْم ُع ب‬
“Tidak boleh dikumpulkan (dalam menikahi) antara
wanita dan bibi (dari saudari ayah)nya, dan tidak
pula antara wanita dan bibi (dari saudari ibu)nya.”

Dan pengharaman di sini adalah pengharaman


ta’qît, yaitu bila dinikahi salah satu dari keduanya,
kemudian yang dinikahi tersebut meninggal dunia
maka boleh kemudian menikahi saudari dari yang
meninggal tersebut, sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh ‘Utsmân bin ‘Affân Radhiyallâhu
‘Anhu, beliau menikahi putri Rasûlillah Shallallâhu

15
| Kenalilah Mahrammu

‘Alaihi wa Sallam yaitu Ruqaiyyah bintu Muhammad


Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, yang beliau ini
meninggal pada hari bertepatan dengan perang Badr,
kemudian ‘Utsmân bin ‘Affân menikahi putri
Rasûlullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam yang lain
yaitu Ummu Kultsum Radhiyallâhu ‘Anhumâ.

Dengan demikian menunjukan bahwa saudari


dari istri itu bukanlah mahram, karena
keberadaannya bisa dinikahi setelah istri meninggal
dunia.

Dan Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam


telah memperjelas kalau keberadaan saudari istri dan
bibinya istri adalah bukan termasuk mahram, ketika
Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

‫ول َعلَى النه َس هاء‬


َ ‫إه ََّّي ُك ْم َوال ُخ‬

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui para


wanita!.” Maka salah seorang shahabat dari kalangan
Anshâr bertanya:

‫الَ ْدْم َو؟‬


ْ ‫ت‬ ‫ول َّه‬
َ َْْ‫ال أَفَ َرأ‬ َ ‫ََّي َر ُس‬

“Wahai Rasûlullâh! Apa pendapat engkau tentang


ipar?” Beliau menjawab:

‫ت‬
ُ ‫اَ ْلَ ْدْم ُو الْ َدْم ْو‬

16
| Kenalilah Mahrammu

“Ipar itu berbahaya”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhâriy


dan Muslim dari Uqbah bin ‘Âmir.

Demikian jawaban dari kami, semoga Allâh


Ta’âlâ menjadikannya bermanfaat.

‫ْي‬ ‫ه‬ ‫الدْم ُ هَّله ر ه‬


َ ‫ب الْ َعالَدْم‬ َ ْ َْ ‫َو‬
Abû Ahmad Muhammad Al-Khidhir

Saddadahullâhu wa Jammalahu

Di Bekasi pada tanggal 19 Sya’bân 1438.

17

Anda mungkin juga menyukai