Anda di halaman 1dari 22

WANITA YANG HARAM DINIKAHI

Ayat al-Qur’an
)22( ‫ف ِإن َُاه ََك َان فَا ِح َشةا َو َم ْقتاا َو َسا َاء َس ِبيلا‬ ‫ؤُك ِم َان الن ِّ َسا ِاء إ َاِل َما اقَ ْاد َسلَ َ ا‬ ‫َو َال ت َ ْن ِك ُحوا َما نَ َك َاح َآَب ُْا‬
‫ْت َو ُأ َمهَاتُ ُُاك َالل ِ ات‬ ‫ات ْ ُالخ ِا‬ ‫ات ْ َاال اخِ َوبَنَ ُ ا‬
‫ت عَلَ ْي ُْاك ُأ َمهَاتُ ُْاك َوبَنَاتُ ُْاك َوأَ َخ َوااتُ ُْاك َو َ ََعاتُ ُْاك َوخ ََالتُ ُْاك َوبَنَ ُ ا‬‫ُح ِّر َم ْ ا‬
‫َات ِان َسائِ ُْاك َو َر ََبئِ ُب ُُاك َالل ِ ات ِ اف ُح ُاج ِور ُْاك ِم ْان ِن َسائِ ُُاك َالل ِ ات َد َخلْ ُْات‬ ‫أَ ْر َض ْعنَ ُْاك َوأَ َخ َواتُ ُْاك ِم َان َالر َضاعَ ِاة َو ُأ َمه ُ ا‬
‫ين ِم ْان أَ ْص َل ِب ُْاك َوأَ ْان َ َْت َم ُعوا ب َ ْ َا‬
‫ي‬ ‫اح عَلَ ْي ُْاك َو َح َلئِ ُال أَبْنَائِ ُُاك َ ِاَّل َا‬
‫ِبِ ِ َان فَإ ْاِن ل َ ْام تَ ُكونُوا َد َخلْ ُْات ِبِ ِ َان فَ َ ال ُجنَ َا‬
)23( ‫اّلل ََك َان غَ ُفوراا َر ِحميا‬ ‫ف إ َاِن َ َا‬ ‫ي إ َاِل َما قَ ْاد َسلَ َ ا‬ ‫ْ ُال ْختَ ْ ِا‬
4:22. Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali
pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

4:23. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
Makna Umum

• Dalam ayat 22 dijelaskan larangan untuk menikahi mantan isteri


ayah dan ketentuan tersebut menghapus peristiwa yang terjadi pada
masa lampau, dimana orang Arab jahiliyyah boleh menikahi mantan
isteri ayahnya, setelah ayahnya meninggal dunia, karena dianggap
sebagai harta warisan.
• Pada ayat selanjutnya, Allah, Swt., menjelaskan tentang golongan
wanita yang haram dinikahi dengan latar belakang dan illat-illatnya
karena bertentangan dengan hikmah yang terkandung dalam
pernikahan, yakni adanya hubungan pertalian keluarga diantara
umat manusia, dan hal ini terdiri dari beberapa bagian:
Pertama, diharamkan karena hubungan nasab;
Kedua, diharamkan karena persusuan;
Ketiga, diharamkan karena adanya hubungan pernikahan.
Sababun Nuzul
‫اع َْناعَ ِد ِّايا ْب ِنا‬،‫االربِيعِاع َْن ااأَ ْش َع َثا ْب ِن َاس َوار‬ َ ‫ا َح َدثَنَااقَيْ ُسا ْب ُن‬،‫ِسا ِعي َل‬ ُ ِ ‫ا َح َدثَنَاا َم‬،‫ا َح َدثَنَااأَ ِِب‬:‫ات‬
‫اِلا ْب ُناإ ْ َا‬ ‫قَا َلاا ْب ُناأَ ِِبا َح ِ ما‬
‫افَخ ََط َباابنَها‬،‫ َو ََك َنا ِم ْن َاصا ِل ِحياا ْ َلن َْص ِار‬-‫ت‬ َ ْ ‫ي َ ْع ِِناا ْب َن‬-‫ال َ َماات ُُو ِّ َفاأَبُواقَايْسا‬:‫االن َْص ِاراقَا َال‬
‫اال ْسل َ ِا‬ َ ْ ‫اع َْن َار ُج ملا ِم َن‬،‫ََثب مِت‬
‫ااّللاعَل َ ْي ِه َاو َس َ ََّلا‬
ُ َ ‫ّل‬ ِ َ ‫اار ُسو َل‬
‫ااّلل َاص َ ا‬ َ ‫اآت‬ ِ ‫اولَ ِك ْن‬، ‫ااوأَن َْتا ِم ْن َا‬
َ ‫اصا ِل ِحياقَ ْو ِم َك‬ َ ‫ا ِإن َ َمااأ ُع ُّدكَ َاو ََل‬:‫ت‬ ‫افَقَال َ ْ ا‬،ُ‫قَيْ ٌساا ْم َرأَتَه‬
‫اإ َِناابْنَهُاقَيْساا‬:‫ت‬ ‫ا ُ َُثاقَال َ ْ ا‬.”‫ا“ َاخ ْْيا‬:‫افَقَا َال‬.‫ُوف‬ ‫اإ َِناأَ ََباقَيْ مسات ِّ ا‬:‫ااّللاعَل َ ْي ِه َااو َس َ ََّلافقالت‬ُ َ ‫ااّلل َاص َّل‬ ِ َ ‫افَ َأت َْت َار ُسو َل‬.‫فَ َأ ْس تَ ْأ ِم ُرُاه‬
‫افَ َ ََنل َ ْتا َه ِذ ِها‬:‫اقَا َال‬.”‫ك‬ ‫ا“ ْار ِج ِعياإ ََِلاب َايْ ِت ِا‬:‫افَ َماات َ َرى؟افَقَا َلالَهَا‬،‫ا َو ِإن َ َماا ُك ْن ُتاأَ ُع ُّد ُه َااو ََلا‬.‫خ ََط َب ِِن َاوه َُوا ِم ْن َاصا ِل ِحياقَ ْو ِم ِاه‬
}‫ف]ا‬ ‫اسل َ َ ا‬
‫ؤُكا ِم َناالن ِّ َسا ِءا[إِلا َمااقَ ْد َا‬ ْ ُ ‫اآَب‬َ ‫ْاْلي َ ُةا{ َولات َ ْن ِك ُحواا َماانَ َك َح‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Qais
ibnur Rabi’, telah menceritakan kepada kami Asy’as ibnu Siwar, dari Addi ibnu Sabit,
dari seorang lelaki dari kalangan Ansar yang menceritakan bahwa tatkala Abu Qais
(yakni Ibnul Aslat, salah seorang yang saleh dari kalangan Ansar) meninggal dunia, anak
lelakinya melamar bekas istrinya. Lalu si istri berkata, “Sebenarnya aku menganggapmu
sebagai anak, dan engkau termasuk orang yang saleh di kalangan kaummu. Tetapi aku
akan datang terlebih dahulu kepada Rasulullah Saw Istri Ibnu Aslat berkata:
sesungguhnya Abu Qais telah meninggal dunia.” Nabi Saw. Bersabda, ”Baik.” Si istri
bertanya.”Sesungguhnya anak lelakinya (yaitu Qais) melamarku, sedangkan dia adalah
seorang yang saleh dari kalangan kaumnya, dan sesungguhnya aku menganggapnya
sebagai anak. Bagaimanakah menurut pendapatmu?” Nabi Saw. bersabda, “Kembalilah
kamu ke rumahmu.” Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya:Dan janganlah
kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayah kalian. (An Nisa:22) hingga
akhir ayat.
Syarah

(‫ )إ َِلا َمااقَ ْد َاسلَ َفا‬: Pada zaman Jahiliyyah, kebiasaan yang berlaku pada saat
itu adalah kebolehan menikahi ibu tiri setelah mereka pasca wafatnya ayah
mereka. Hal ini terjadi, karena posisi wanita pada saat itu yang dianggap
sebagai harta benda, sehingga ia dapat diwariskan kepada para ahli
warisnya. Islam datang dan menghapus tradisi tersebut, demi menjaga
martabat kaum wanita, dan agar tidak diperlakukan seperti barang yang
dapat diperjual belikan.
Syarah

ْ ُ ‫اآَب‬
(‫ؤُكا‬ َ ‫ َ)و َلات َ ْن ِك ُحواا َماانَ َك َح‬: ada dua versi penafsiran terkait ayat
ini:
Pertama, memahami makna ‫ َماا‬sebagai aqad. Sehingga
maksud ayat ini adalah “janganlah melakukan aqad
nikah yang fasid (rusak), seperti yang dilakukan ayah-
ayahmu.
Kedua, memahami makna ‫ َماا‬sebagai orang. Sehingga
maksud ayat ini adalah terkait pelarangan menikahi
wanita yang sudah pernah dinikahi ayahnya
Klasifikasi Mahram

Mahram

Mahram Ghairu
Mahram Mu’abbad
Mu’abbad
Klasifikasi Mahram

Mahram

Mahram Mu’abbad

Hubungan Hubungan Hubungan


Nasab Persemendaan Persusuan
Klasifikasi Mahram

Mahram

Mahram Ghairu Mu’abbad

Dalam
kondisi
Saudara Istri Ihram Menika Menika Menikah
Istri ipar atau yang (baik hi hi
orang beda
lain
saudari ditalak haji wanita wanita agama
dari istri 3 maupu budak pezina
n
umrah)
Mahram Mu’abbad
❖ Sebab Nasab
‫االخِ َاوبَنَ ُات ْ ُا‬
‫االخ ِْتا‬ َ ْ ‫ُح ِّر َم ْتاعَل َ ْي ُ ْك ُاأ َمهَاتُ ُ ْك َاوبَنَاتُ ُ ْك َاوأَخ ََواتُ ُ ْك َاو َ ََعاتُ ُ ْك َاوخ ََالاتُ ُ ْك َاوبَنَ ُات‬
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; “
Pada ayat diatas, dijelaskan tentang tujuh golongan wanita yang haram dinikahi
(mahram) karena sebab adanya hubungan darah atau nasab. Diantaranya:
1. Ibu kandung dan seterusnya keatas seperti nenek, ibunya nenek.
2. Anak wanita dan seteresnya ke bawah seperti anak perempuannya anak
perempuan.
3. Saudara kandung wanita.
4. ‘Ammat / Bibi (saudara wanita ayah).
5. Khaalaat / Bibi (saudara wanita ibu).
6. Banatul Akhi / Anak wanita dari saudara laki-laki.
7. Banatul Ukhti / anak wnaita dari saudara wanita.
Mahram Mu’abbad
❖ Sebab Nasab
Imam Syafi’i r.a: “Anak wanita yang dihasilkan dari perzinaan boleh
dinikahi karena nasabnya tidak jelas, dan anaknya tidak dapat
dinasabkan terhadap dirinya secara syara’ .“ hal ini didasarkan
kepada sabda Nabi, Saw.:
ُ َ ‫قَ ْو ُ ُُل َاص َّل‬
>>‫ا"االْ َو َ َُلا ِللْ ِف َر ِاش َاو ِللْ َعا ِه ِراالْ َح َج ُرا‬:‫ااّللاعَلَ ْي ِه َاو َس َ ََّلا‬
“Anak bagi suami dan pezina terhalang.” (HR. Bukhari-Muslim)
Madzhab Hanafiyah: “penisbatan nasab anak hasil hasil zina kepada
ibunya merupakan penisbatan secara syara’. Apabila anak tersebut
merupakan anak hasil biologis dengan bukti-bukti yang meyakinkan,
maka tidak bisa menafikan penisbatan terhadap dirinya. Dan hal ini
menjadikan antara ayah dan anak biologis tersebut dapat memiliki
hubungan dalam masalah nafakah dan warisan.”
Mahram Mu’abbad
❖Sebab Nasab
Salah satu hikmah keharaman menikah dengan wanita
dari golongan di atas adalah dapat memutuskan tali
silaturrahim. Sedangkan dalam agama, memutus taali
silaturrahim adalah sesuatu yang diharamkan. Sesuatu
yang dapat menyebabkan kepada keharaman, maka
sesuatu itu menjadi haram. Sebagaimana kaidah fikih:
‫لاح ْ ُكاالْ َمقَ ِاص ِاد‬
ُ ِ‫ِللْ َو َسائ‬
“Hukum washilah sama dengan hukum maqashid”
Mahram Mu’abbad

❖Sebab Menyusui (radha’ah)


َ ‫َو ُأ َمهَاتُ ُ ُك‬
َ ‫االل ِتاأَ ْر َض ْعنَ ُ ْك َاوأَ َخ َواتُ ُْاكا ِم َن‬
‫االر َضاعَ ِةا‬
“ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan..”
Pada ayat diatas, dikatakan bahwa haram menikahi wanita
yang memiliki hubungan sesusuan (radha’ah). Yaitu, wanita
yang menyusuinya, dan orang-orang yang pernah menyusu
kepada wanita tersebut. Diantaranya:
1. Ibu yang menyusui.
2. Saudara wanita sepersusuan.
Mahram Mu’abbad
❖Sebab Menyusui
Terdapat dua syarat yang menyebabkan keharamannya:
1. Usia anak pada saat menyusus tidak lebih 2 tahun, dan
susu tersebut masuk kedalam perutnya.
‫االر َضاعَ ِةا‬
ِّ ‫ن‬
ْ ِ
‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬
ُ ‫ر‬ِّ َ ُ
‫اُي‬ َ
‫ال‬ ‫ا‬
َ َ
‫َّل‬ ‫س‬‫او‬
ََ ْ ِ
‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬َ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ااّلل‬
ُ َ ‫ّل‬َ ‫ص‬َ ‫ا‬ِ
‫ااّلل‬
َ ‫ول‬ُ ‫س‬ ‫ار‬
َُ ‫ل‬َ ‫ا‬َ ‫ق‬‫ا‬ ‫ت‬ ْ َ ‫ل‬‫ا‬َ ‫ق‬‫ا‬‫ة‬َ ‫م‬َ ‫ل‬‫اس‬ ‫م‬ ُ
‫اأ‬
َ َ ِّ ‫ع َْن‬
َ ْ ‫ِإ َلا َماافَتَ َق‬
‫اال ْم َعا َء ِافاالث َ ْد ِي َاو َاَك َناقَ ْل َلاالْ ِف َطا ِام‬
“Dari Umi Salamah, Rasulullah, Saw., bersabda: Tidak
diharamkan (menikah) karena sesusuan kecuali (apabila air
susu itu) sampai kepada perut (sang bayi dan ia menyusu)
pada puting susu dan usianya belum sampai masa penyapihan
(2 tahun).”
Mahram Mu’abbad
❖Sebab Menyusui
2.Frekuensi menyusui itu minimal 5 kali.
‫ ََك َان ِفميَا أَ ْن َز َال َ ُا‬: ‫ت‬
‫اّلل ِم َان الْ ُق ْر ِآنا‬ ‫اّلل ع َْْنَا أَ َاّنَا قَال َ ْ ا‬
‫ض َ ُا‬ ‫ع ْاَن عَائِ َش َاة َر ِ َا‬
‫ول َ ِا‬
‫اّلل‬ ‫س َم ْعلُو َم ما‬
‫ات فَ ُت ُو ِّ َاّف َر ُس ُا‬ ‫ات ُ َُي ِّر ْم َان َُاُث ن ُ ِس َا‬
‫خْن ِ َِب ْم م ا‬ ‫ات َم ْعلُو َم ما‬
‫َش َر َض َع ما‬‫ع ْ ُا‬
‫ه ِفميَا يُ ْق َرُاأ ِم َان االْ ُق ْر ِا‬
‫آن‬ ‫ َو ِ َا‬-‫صّل هللا عليه وسَّل‬-
“Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Pernah diturunkan sebagian
(ayat) al-Qur’an (yang menerangkan) diharamkan
(menikahi apabila) menyusu sudah sampai 10 kali yang
dimaklumi. Kemudian di naskh dengan 5 kali
(menyusu)nyang dimaklumi. Kemudian Rasulullah, Saw.,
wafat, dan ia masih dibaca sebagai bagian dari al-Qur’an.”
Mahram Mu’abbad
❖Sebab Menyusui
Hikmah:
Ibu persusuan dan ibu kandung memiliki persamaan,
yaitu sama-sama memberikan asi kepada bayi tersebut.
Dengan begitu, ibu persusuan merupakan ibu kedua
yang memiliki hak sebagaimana ibu kandung. Dengan
demikian, wanita-wanita yang diharamkan dinikahi
karena sebab nasab, juga diharamkan pada hubungan
sesusuan.
Mahram Mu’abbad
❖ Sebab Perkawinan (mushaharah)
َ ‫االل ِت ِاف ُاح ُج ِور ُ ْكا ِم ْنا ِن َساائِ ُ ُك‬
‫االل ِتا َد َخلْ ُ ْتاِبِ ِ َنافَإ ِْنال َ ْماتَ ُاكونُواا َد َاخلْ ُ ْتاِبِ ِ َنافَ َلا ُجنَ َاحاعَلَ ْي ُْاك‬ َ ‫َو ُأ َمه َُاتا ِن َسائِ ُ ْك َاو َر ََبئِ ُب ُ ُك‬
“...ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu
dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya..”
Wanita yang harama dinikahi sebab perkawinan, diantaranya:
1. Ibu dari istri (mertua wanita).
2. Anak wanita dari istri (anak tiri).
3. Istri dari anak laki-laki (menantu peremuan).
4. Istri dari ayah (ibu tiri).
Diceritakan dari Imam Ali, r.a. Bahwa tidak haram menikahi ibu
mertua kecuali ia (menantu laki-laki) telah berbercampur dengan
putrinya. Sebagaimana juga tidak haram putrinya, kecuali ia telah
berhubungan badan dengan ibunya.
Mahram Mu’abbad
❖Sebab Perkawinan (mushaharah)
Jumhur Ulama,”baik sudah berhubungan badan
ataukah belum, ibu mertua tetap diharamkan. Hal ini
dilihat dari keumuman firman Allah, Swt., : “dan ibu-ibu
wanita kamu”. Akad (nikah) menjadi faktor haramnya
ibu mertua untuk dinikahi, bukan faktor telah
bercampur atau belum.
Mahram Mu’abbad
❖ Sebab Persemendaan (mushaharah)
Terkait anak perempuan tiri, menurut jumhur ulama, haram
menikahi putri tiri apabila ayah tiri tersebut telah menggauli
ibunya, walaupun anak tiri tersebut tidak dibawah
pemeliharaannya. Karena pemeliharaan bukan menjadi syarat
keharamannya.

Menurut Ulama Zhahiriyah, anak tiri tidak haram atas suami


ibunya, kecuali terpenuhinya dua unsur. Pertama, Ibunya sudah
digauli. Kedua, anak tiri tersebut berada dibawah pemeliharaan
suami ibunya.
Apabila anak tiri tersebut tidak dibawah pemeliharaan suami dari
ibunya, maka tidak haram. Hal ini didasarkan kepada sebuah
riwayat yang disandarkan kepada sahabat Ali, kw.
Mahram Mu’abbad
❖ Sebab Persemendaan (mushaharah)
‫ا‬،‫افَ َو َج ْدتاعَل َ ْْيَا‬،‫ا ََك َنا ِع ْن ِدياا ْم َرأَ ٌةاقَ ْد َاو َ ََل ْت ِاِلاافَ ُت ُوفِّيَ ْت‬:‫ْص ُّيااقَا َال‬
ِ ْ َ‫اِلا ْب ُناأَ ْو ِسا ْب ِناالْ َح َد ََث ِناالن‬
ُ ِ ‫أَخ َ ََْب ِِنا َم‬
‫ا ََكن َ ْت ِافا‬:‫اقَا َال‬،‫ان َ َع ْم‬:‫اأَلَهَااابْنَ ٌةاُاقلْت‬:‫اقَا َال‬،‫اات ُ ُوفِّيَ ْتاالْ َم ْرأَ ُة‬:‫ا َم َاِلا ُقلْت‬:‫اِل‬
‫فَل َ ِقيتاعَ ِ َِلا ْب َناأَ ِِب َاطا ِل مبافَقَا َل ِ ا‬
‫االل ِ ات ِاف ُاح ُج ِور ُ ْكا ِم ْنا‬
َ ‫ا{ َو َر ََبئِ ُب ُ ْك‬:‫ا َوأَ ْي َناقوُلاتعاَل‬:‫افَا ْن ِك ْحهَاا ُقلْت‬:‫اقَا َال‬،‫االطائِ ِف‬ َ ‫اِه ِاف‬، َ ِ ‫ا َل‬:‫ِح ْج ِركا ُقلْت‬
.‫ااَكن َ ْت ِافا ِاح ْج ِرك‬ َ ‫كاو ِإن َ َماا َذ ِ َِلاإ َذ‬ َ ‫ِن َسائِ ُ ْك‬
َ ‫ا َإّنَاال َ ْمات َ ُاك ْن ِافا ِح ْج ِر‬:‫االل ِتا َد َخلْ ُ ْتاِبِ ِ َان}اقَا َال‬
“Dari Malik bin Aus bin al-Hadatsan An-Nashari berkata: “Aku punya seorang istri
yang telah memiliki anak sebelumnya, kemudian istriku meninggal dunia. Aku bertemu
Ali, kw., beliau berkata kepadaku: “Apa yang terjadi padamu?”. Aku menjawab:
“Istriku meninggal dunia”. Beliau bertanya lagi: “Apakah ia punya anak perempuan?”.
Jawabku: “iya”. Beliau bertanya: “apakah dulunya ia dibawah pemeliharaamu?”. Aku
berkata: “tidak, ia tinggal di Thaif ”. Kemudian beliau berkata: “Maka nikahilah
dia”. Aku berkata: “Dimana makna firman Allah, Swt.: ‫االل ِتا‬ َ ‫االل ِت ِاف ُاح ُجو ِر ُْاك ِم ْنا ِن َسائِ ُ ْك‬
َ ‫َو َر ََبئِ ُب ُ ْك‬
‫? َد َخلْ ُ ْتاِبِ ِ َان‬. Beliau menjawab: “Wanita itu tidak dalam pemeliharaanmu, sedangkan
maksud ayat tersebut adalah jika ia dalam pemeliharaanmu.
Mahram Ghairu Mu’abbad
Mahram ghoiru mu’abbadah adalah wanita-wanita untuk sementara
waktu saja, namun bila terjadi sesuatu seperti perceraian,
kematian, habisnya masa iddah ataupun pindah agama, maka
wanita itu boleh dinikahi. Diantaranya:
1. Wanita yang masih menjadi isteri orang lain tidak boleh
dinikahi. Kecuali setelah cerai atau meninggal suaminya dan
telah selesai masa iddahnya.
2. Saudara ipar, atau saudara wanita dari isteri. Tidak boleh
dinikahi sekaligus juga tidak boleh berkhalwat atau melihat
sebagian auratnya. Kalau isteri sudah dicerai maka mereka
halal untuk dinikahi. Hal yang sama juga berlaku bagi bibi
dari isteri.
3. Isteri yang telah ditalak tiga, haram dinikahi kecuali isteri itu
telah menikah lagi dengan laki-laki lain, kemudian dicerai dan
telah habis masa iddahnya.
Mahram Ghairu Mu’abbad
4. Menikah dalam kesempatan dengan melakukan
ibadah ihram. Bukan hanya dilarang menikah, tetapi
juga haram menikahkan orang lain.
5. Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi
wanita merdeka. Kecuali bila tidak mampu
membayar mahar wanita merdeka karena miskin.
6. Menikahi wanita pezina, kecuali yang telah
bertaubat taubatan nashuha.
7. Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah
atau wanita musyrikah, kecuali setelah masuk Islam
atau pindah memeluk agama yahudi atau nasrani.

Anda mungkin juga menyukai