Anda di halaman 1dari 3

BERHUJJAH DENGAN

MAFHUM
Para ulama sepakat memperbolehkan berhujah dengan mafhum
muwafaqah. Sedang berhujah dengan mafhum mukhalafah, para ulama berbeda
pendapat.Jumhur

Ulama berpendapat, bahwa berhujah dengan mafhum mukhalafah


diperbolehkan kecuali mafhum laqab. Sedang ulama Hanafiyah, Ibn Hazm dan
golongan Zaidiyah berpendapat bahwa semua mafhum mukhalafah tidak dapat
dijadikan hujah.

Jumhur ulama yg memperbolehkan berhujah dengan mafhum


mukhalafah memberikan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Mafhum Mukhalafah itu tidak bertentangan dengan dalil yg lebih kuat, baik
dalil mantuq maupun mafhum mawafaqah.

2. Sesuatu yg disebutkan itu bukan dalam hubungan menguatkan suatu


keadaan. Seperti firman ALLAH SWT :

 ‫َط ِر ًّيا َلحْ مًا ِم ْن ُه لِ َتْأ ُكلُ ْوا ْال َبحْ َر َس َّخ َر الَّ ِذيْ ا َوه َُو‬
Artinya :

“Dan dialah Allah yg menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
dari padanya daging yg segar.(QS. An-Nahl/16:14)

Mafhum mukhalafahnya, yaitu terlarang makan ikan kering, tidak menjadin hujah.

3. Jika sesuatu disebutkan itu bukan Sesutu yg biasa terjadi, sebagaimana

firman ALLAH SWT :

‫اشر ُْوهُ َّن َواَ ْنتُ ْم ٰع ِكفُ ْو ۙ َن فِى ْال َم ٰس ِج ِد‬


ِ َ‫ۗ َواَل تُب‬
Artinya :

“(Tetapi) janganlah kamu mencampuri mereka itu( Istri-Istri). Sedang kamu beri ‘
tikaf dalam masjid” (QS. Al-Baqarah/2:187)

Mafhumnya boleh mencampuri istri bila tidak beri ‘ tikaf di masjid, tidak menjadi
hujah.

4. sesuatu yg disebutkan itu bukan sesuatu yg biasa terjadi, sebagaimana Firman


ALLAH SWT :

‫ت‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم اُ َّم ٰهتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ُك ْم َواَ َخ ٰوتُ ُك ْم َو َع ٰ ّمتُ ُك ْم َو ٰخ ٰلتُ ُك ْم َوبَ ٰن‬ ْ ‫ُح ِّر َم‬
ٰ
‫ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخ ٰوتُ ُك ْم ِّم َن‬َ ْ‫ت َواُ َّم ٰهتُ ُك ُم الّتِ ْٓي اَر‬ ِ ‫ت ااْل ُ ْخ‬ ُ ‫خ َوبَ ٰن‬ِ َ ‫ااْل‬
‫ت نِ َس ۤا ِٕى ُك ْم َو َربَ ۤا ِٕىبُ ُك ُم ٰالّتِ ْي فِ ْي ُحج ُْو ِر ُك ْم ِّم ْن نِّ َس ۤا ِٕى ُك ُم‬ ُ ‫ضا َع ِة َواُ َّم ٰه‬ َ ‫ال َّر‬
ۖ ‫ٰالّتِ ْي َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه ۖ َّن فَاِ ْن لَّ ْم تَ ُك ْونُ ْوا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم‬
‫َو َحاَل ۤ ِٕى ُل اَ ْبنَ ۤا ِٕى ُك ُم الَّ ِذي َْن ِم ْن اَصْ اَل بِ ُك ۙ ْم َواَ ْن تَجْ َمع ُْوا بَي َْن ااْل ُ ْختَي ِْن اِاَّل‬
ِ ‫ان َغفُ ْورًا ر‬
‫َّح ْي ًما ۔‬ َ ‫ف ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك‬ َ َ‫َما قَ ْد َسل‬
Artinya :

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,


saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan,
saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu
sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa/4:23)
5. Sesuatu yg disebutkan itu bukan dalam rangkaian dengan sesuatu yg lain,
seperti Firman ALLAH SWT :

ٌ‫ث اِ ٰلى ِن َس ۤا ِٕى ُك ْم ۗ هُ َّن لِبَاسٌ لَّ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم لِبَاس‬ ُ َ‫صيَ ِام ال َّرف‬ ِّ ‫اُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ال‬
‫هّٰللا‬
ۚ ‫اب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم‬ َ َ‫لَّه َُّن ۗ َعلِ َم ُ اَنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم تَ ْختَانُ ْو َن اَ ْنفُ َس ُك ْم فَت‬
‫ب هّٰللا ُ لَ ُك ْم ۗ َو ُكلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا َح ٰتّى‬ َ َ‫اشر ُْوهُ َّن َوا ْبتَ ُغ ْوا َما َكت‬ ِ َ‫فَ ْالٰٔـ َن ب‬
‫يَتَبَي ََّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ ااْل َ ْبيَضُ ِم َن ْال َخي ِْط ااْل َ ْس َو ِد ِم َن ْالفَجْ ۖ ِر ثُ َّم اَتِ ُّموا‬
‫ك‬َ ‫اشر ُْوهُ َّن َواَ ْنتُ ْم ٰع ِكفُ ْو ۙ َن فِى ْال َم ٰس ِج ِد ۗ تِ ْل‬ ِ َ‫صيَا َم اِلَى الَّي ۚ ِْل َواَل تُب‬ ِّ ‫ال‬
‫هّٰللا‬ َ ِ‫ُح ُد ْو ُد هّٰللا ِ فَاَل تَ ْق َرب ُْوهَ ۗا َك ٰذل‬
ِ َّ‫ك يُبَي ُِّن ُ ٰا ٰيتِ ٖه ِللن‬
‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُ ْو َن‬
Artinya :

“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan
memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan)
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu
beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
agar mereka bertakwa. “ (QS. Al-Baqarah/2:187)

Anda mungkin juga menyukai