A. Khuluk
Dalam hukum islam khuluk berasal dari kata جلع الثوبyang artinya
menanggalkan pakaian. Karena perempuan sebagai pakaian laki-laki dan begitu
pula sebaliknya1. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S al-Baqarah ayat 187
berikut:
ِ ِ
ٌ َك ْم وََأ ْن تُ ْم ل ب
َاس هَلُ َّن ُ َاس ل
ٌ ۗ ه َّن ل ب
ُ
“mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka.”
Khuluk juga diartikan sebagai tebusan. Dimana istri mengembalikan apa
yang telah diterimanya atau mahar dari suami. Hal ini terdapat dalam hadits
riwayat Bukhori dan Nasa’i dari Ibnu Abbas, ia berkata :
“Istri Tsabit bin Qois bin Syammas datang kepasa Rasullah saw. Dan
berkata : Wahai Rasulullah saya tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi saya
tidak ingin mengingkari ajaran Islam. Maka Rasulullah saw menjawab : Maukah
kamu mengembalikan kebunnya (Tsabit, suaminya)? Istri Tsabit menjawab : Ya,
mau. Maka Rasulullah bersabda : ‘Terimalah (Tsabit) kebun itu dan talaqlah ia
satu kali.”
Maksud dari haadits diatas adalah Istri Tsabit itu tidak berpisah dari
Tsabit karena akhlak yang buruk ataupun agamanya yang kurang. Akan tetapi, Ia
berpisah karena ia benci melihat wajahnya. Ia khawatir kebenciannya ini akan
menyatakan ia tidak dapat melaksanakan kewajiban kepada suaminya dengan
baik. Dan maksud dari kata ingkar dalam tersebut adalah ingkar kepada hak
pergaulan suaminya.2
Kehidupan pernikahan hanya akan tegak apabila didalamnya terdapat
kasih sayang, ketenangan, pergaulan yang baik dan masing-masing pihak yang
menjalankan kewajibannya. Akan tetapi adakalanya ketika suami istri
1
Sabiq,Sayyid. 1996. Fiqih Sunnah 8. Hal.95
2
Ahnan, Maftuh dan Maria Ulfa. Risalah Fiqih Wanita. Hal.354
bertengkar ataupun saling membenci. Karena itu islam telah menasehati dan
berpesan dalam firman Allah Q.S an-Nisa ayat 19 yang berbunyi:
َـوـ اَل يَـ ِـحـ ُّلـ لَـ ُكـ ْمـ َأ ْـنـ تَـ ْأ ُخـ ُذـ وـاـ ِمـ َّمـ اـ آـتَـ ْيـ تُـ ُمـ وـهُـ َّنـ َشـ ْيـ ًئ اـ ِإ اَّل َأ ْـنـ يَـ َخـ اـفَـ اـ َأ اَّل يُـقِـ يـ َمـ اـ
َ ُحـ ُدـ وـ َدـ هَّللا ِـ ۖـ فَـ ِإ ْـنـ ِـخـ ْفـ تُـ ْمـ َأ اَّل يُـ قِـ يـ َمـ اـ ُحـ ُدـ وـ َدـ هَّللا ِـ فَـ اَل ُجـ نَـ اـ
حـ َعـ لَـ ْيـ ِهـ َمـ اـ فِـ يـ َمـ اـ
َ كـ ُحـ ُدـ وـدُـ هَّللا ِـ فَـ اَل تَـ ْعـ تَـ ُدـ وـهَـ اـ ۚـ َـوـ َمـ ْـنـ يَـ تَـ َعـ دَّـ ُحـ ُدـ وـ َدـ هَّللا ِـ فَـ ُأ وـٰـلَـ ِئ
كـ َ تـ بِـ هِـ ۗ تِـ ْلـ
اـ ْفـ تَـ َدـ ْـ
3
Sabiq,Sayyid. 1996. Fiqih Sunnah 8. Hal.94
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa khuluk boleh dilakukan apabila
kedua belah pihak rela dan tidak ada kondisi yang membahayakan. Allah
berfirman dalam surah an-Nisa ayat 19:
5
Edisi Bahasa Indonesia Biyadatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Hal.127
6
Mahar mitsl adalah mahar yang tidak disebutkan besarnya saat sebelum ataupun ketika menikah yang
disesuaikan dengan yang biasa diterima pihak istri.
c. Hasan dan Ibnu Sirin berpendapat syadz dimana khuluk tidak boleh
dilakukan tanpa izin penguasa7.
D. Masa Iddah Perempuan yang Khuluk
Masa iddah perempuan khuluk adalah satu kali haid. Sebagaimana yang
telah Rasulullah sampaikan kepada Istri Tsabit dalam hadits riwayat Nasa’i yang
berbunyi:
“Ambillah miliknya (Istri Tsabit) untukmu (Tsabit) dan mudahkanlah
urusanmu, lalu ia menjawab, ‘Baik’. Kemudian Rasulullah saw. menyuruh Istri
Tsabit beriddah dengan satu kali haid dan dikembalikan kepada keluarganya.”
( HR. Nasa’i)8
E. Jenis-jenis Khuluk
Imam Malik mengatakan khuluk merupakan salah satu jenis talaq.
Sedang Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syaafi’i mengatakan khuluk itu
pembatalan nikah (fasakh) begitu juga ulama lainnya. Imam Asy-Syafi’i
mengatakan jika tujuan khuluk berbentuk kinayah yang jika bertujuan talaq
maka ia adalah talaq. Tapi jika tujuannya bukan talaq maka adalah fasakh. Dan
jika ia adalah talaq maka ia talaq ba’in. karena jika suami dapat rujuk di masa
iddah, maka tebusan dari istri tidak berarti. (Uwaidhah,2016)
F. Khuluk Tanpa Alasan
Khuluk hanya diperbolehkan apabila terdapat alas an yang benar. Seperti
karena kecacatan atau ketidaknormalan badan suami, akhlak suami yang buruk
(bersikap kejam) atau suami tidak memenuhi kewajibannya. Dimana hal tersebut
dapat membuat sang istri khawatir akan melanggar hak Allah. Sehingga bisa
menyebabkan istri tidak mengawini atau menggaulinya dengan baik.
Sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah Q.S al-Baqarah ayat 229
yang telah dijelaskan sebelumnya.9
Dan apabila tidak terdapat alasan yang benar maka hukumnya terlarang.
Sebagaimana keterangan hadits Ahmad dan Nasa’i dari Abu Huraira berikut:
“(Istri-istri) yang meminta khuluk adalah perempuan munafik.”
Juga terdapat dalam dalam hadits shahih lainnya yaitu:
7
Edisi Bahasa Indonesia Biyadatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Hal.128
8
Kulsum, Umi. 2007. Risalah Fiqih Wanita Lengkap. Hal. 323
9
Ahnan, Maftuh dan Maria Ulfa. Risalah Fiqih Wanita. Hal.360
ت َزْو َج َها طَالَقًا يِف َغرْيِ َما بَاْ ٍس فَ َحَر ٌام َعلَْي َها َراِئ َحةُ اجْلَن َِّة ٍ
ْ ََأمُّيَا ْامَرَأة َسَأل
“Semua wanita yang minta cerai (gugat cerai) kepada suaminya tanpa
alasan, maka haram baginya aroma surga” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Ahmad, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam kitab Irwa’ul
Ghalil, no. 2035]10
10
https://almanhaj.or.id/2382-al-khulu-gugatan-cerai-dalam-islam.html