Anda di halaman 1dari 24

BAB NIKAH

KEWAJIBAN
DEFINISI NIKAH DASAR HUKUM MACAM HUKUM RUKUN NIKAH
SUAMI ISTRI

TALAK RUJUK LI’AN ILA’ KHULU’

Drs. MU’ARIFIN

MATERI KELAS XII


SMA NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
DEFINISI PERNIKAHAN
Pernikahan atau nikah arti bahasa adalah terkumpul dan menyatu.

Menurut istilah nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui aqad yang
dilakukan menurut hukum syariat Islam

HOME
Dasar Hukum Menikah

َّ ‫ َوأ َ ْن ِك ُحوا ْاْلَيَا َم ٰى ِم ْن ُك ْم َوال‬


‫صا ِل ِحينَ ِم ْن‬ َ‫ي صلى هللا عليه وسلم َح ِمد‬ َّ ‫ َو َع ْن أَن َِس ب ِْن َما ِلكٍ رضي هللا عنه " أ َ َّن اَلنَّ ِب‬
َّ ‫ِعبَا ِد ُك ْم َو ِإ َما ِئ ُك ْم ۚ ِإ ْن يَ ُكونُوا فُقَ َرا َء يُ ْغ ِن ِه ُم‬
ُ‫َّللا‬ , ‫صو ُم َوأ ُ ْف ِط ُر‬
ُ َ ‫ َوأ‬, ‫ص ِلِّي َوأَنَا ُم‬ َ ُ ‫ لَ ِكنِِّي أ َنَا أ‬: ‫ َوقَا َل‬, ‫ َوأَثْنَى َعلَ ْي ِه‬, َ‫َّللا‬
َّ َ
ْ َ‫ِم ْن ف‬
َّ ‫ض ِل ِه ۗ َو‬
‫َّللاُ َوا ِسع َع ِليم‬ ‫ْس ِمنِِّي " ُمتَّفَق َعلَ ْي ِه‬
َ ‫سنَّتِي فَلَي‬
ُ ‫ب َع ْن‬ َ ِِّ‫َوأَتَزَ َّو ُج اَلن‬
َ ‫ فَ َم ْن َر ِغ‬, ‫سا َء‬

 Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian  Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
diantara kamu, dan orang-orang yang layak Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa
membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (H.R. Bukhari dan Muslim
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu )
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (an-Nisa: 32)

HOME
Hukum Pernikahan
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah
menurut situasi dan kondisi seseorang dan lingkungannya.
 Jaiz
 Sunat
 Wajib
 Makruh
 Haram

HOME
RUKUN NIKAH
 Mempelai laki laki dan perempuan
 Mahar
 Ijab Kabul
 Wali
 Saksi

HOME
KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTRI
KEWAJIBAN SUAMI : KEWAJIBAN ISTRI:
 Memberi nafkah, sandang,pangan dan  Taat kepada suami dalam batas sesuai ajaran
tempat tinggal kepada istri dan anak- Islam•
anaknya.
 Memimpin serta membimbing istri dan  Memelihara diri serta kehormatan dan harta
anak-anaknya agar berguna bagi diri sendiri benda suami•
dan orang lain.•
 Membantu suami dalam memimpin
 Bergaul dengan istri dan anak-anaknya kesejahteraan dan keselamatan keluarga•
dengan baik.•
 Memelihara istri dan anak-anaknya dari  Menerima dan menghormati pemberian
bencana lahir dan batin• suami•
 Membantu istri dalam tugas sehari-hari•  Hormat dan sopan kepada suami dan
keluarganya•
 Memelihara, mengasuh dan mendidik anak
HOME agar menjadi anak yang soleh
Talak
 Talak
• Pengertian Talak
Menurut Ulama mazhab Hanafi dan Hanbali mengatakan
bahwa talak adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung
untuk masa yang akan datang dengan lafal yang khusus.
Menurut mazhab Syafi'i, talak adalah pelepasan akad nikah
dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu.
Menurut ulama Maliki, talak adalah suatu sifat hukum yang
menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.

HOME
Talak

 Pembagian Talak :
• Dari segi cara suami menjatuhkan
• Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan istrinya,
maka talak dibagi menjadi dua, yaitu talak raj'i dan talak ba'in.

HOME
Talak
 Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya
(talak 1 dan 2) yang belum habis masa iddahnya. Dalam hal
ini suami boleh rujuk pada istrinya kapan saja selama masa
iddah istri belum habis.
 Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang
telah habis masa iddahnya. Dalam hal ini, talak ba'in terbagi
lagi pada 2 yaitu: talak ba'in sughra dan talak ba'in kubra.

HOME
Rujuk

 Menurut Bahasa : rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali


 Menurut Istilah : membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya
yang diceraikan dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan
lafaz rujuk.

HOME
Dasar Hukum Rujuk

 ْ ‫ق ِب َر ِد ِه َّن فِي َٰذَ ِلكَ ِإ ْن أَ َرادُوا ِإ‬


‫ص َاَل اح‬ ُّ ‫َوبُعُولَت ُ ُه َّن أ َ َح‬
 Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. (Qs. Al-Baqarah 228)

 ِ ‫ ُم ْرهُ فَ ْليُ َر‬:‫ام َرأَتَهُ قَ َل النَّ ِب ُّي ص ِلعُ َر‬


)‫اج ْع َه (البخ رى و مسلم‬ ْ ‫ق‬َ َّ‫ع َم َر رض اَنَّهُ لَ َّم َطل‬
ُ ‫ع َِن ا ْب ِن‬
 Dari Ibnu ‘Umar RA bahwasanya ketika ia mencerai istrinya, Nabi SAW bersabda kepada ‘Umar,
“Suruhlah ia agar merujuki istrinya”. (HR. Bukhari dan Muslim(

HOME
Macam Hukum Rujuk.

 Ø Mubah, adalah asal hukum rujuk.


 Ø Haram, apabila si istri dirugikan serta lebih menderita dibanding
sebelum rujuk.
 Ø Makruh, bila diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat.
 Ø Sunat, bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan
perceraian.
 Ø Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu.

HOME
Rukun Rujuk.

 1. Istri, syaratnya : pernah digauli, talaknya talak raj'i dan masih dalam masa iddah.
 2. Suami, syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa.
 3. Sighat (lafal rujuk).
 4. Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil.

HOME
Li’an
 Pengertial Li’an

Li’an adalah mashdar dari kata kerja la’ana, yulaa’inu,


li’aanan terambil dari kata alla’nu yang berarti kutukan,
jauh atau laknat.

HOME
Li’an
Tata cara li’an adalah sebagai berikut:
 Suami bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau pengingkaran
anak tersebut diikuti sumpah kelima dengan kata-kata laknat Allah atas dirinya
apabila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dusta.
 Istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dengan sumpah empat kali
dengan kata tuduhan dan atau pengingkaran tersebut tidak benar, diikuti dengan
sumpah yang kelima dengan kata-kata murka Allah atas dirinya bila tuduhan dan
atau pengingkaran tersebut benar. Sumpahnya adalah : “Aku bersaksi dengan
nama Allah bahwa tuduhanku terhadap istriku bahwa dia berzina adalah benar
dan sesungguhnya anak ini yang dikandungnya adalah hasil perzinaan, bukan dari
saya. ”Sumpah ini dilakukan empat kali dan sesudah itu hakim memberi nasehat

HOME
kepadanya, kalau sekiranya sumpah yang telah diucapkannya itu dusta hendaklah
dicabut kembali. Apabila dia tidak mencabut sumpahnya maka sumpah yang
kelima adalah: “…………..dan saya bersedia menerima laknat Allah apabila aku
Li’an
 Dasar hukum li’an
Dasar hukum pengaturan li’an bagi suami yang menuduh istrinya yang berbuat
zina adalah firman Allah surat An-Nur : 6 sebagai berikut :

Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, padahal


mereka tidak ada mempunyai saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian
orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya
dia adalah termasuk orang-orang yang benar”.

HOME
Li’an
 Kafarah Li’an
Sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik-baik


(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(An-Nur : 4).

HOME
Li’an
 Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh li’an diantaranya :
 Hukuman jatuh pada keduanya (suami dan istri).
 Masing-masing suami dan istri haram untuk bersenang-senang dengan pasangannya
disebabkan karena li’an, bahkan sebelum adanya tafriq (pemisahan) qadi terhadap
keduanya.
 Terjadi firqah (perceraian) antara keduanya sesuai dengan kesepakatan fuqaha.
 Apabila li’an dikibatkan karena tidak mengakui status anak maka garis keturunan
sang anak tidak dapat dihubungkan dengan sang suami, tapi dihubungkan dengan
ibunya.

HOME
Ila’
 Pengertian Ila’
Menurut bahasa, Ila’ adalah sumpah semata-mata (mutlak).
Dikatakan, ala-yuli-ila’ ketika seseorang bersumpah, baik
bersumpah untuk tidak mendekati istrinya ataupun yang lain.
Sedangkan menurut istilah syariat, ila’ adalah sumpah suami untuk
tidak mendekati istrinya selama empat bulan, baik berupa sumpah
kepada Allah ataupun mengantungkan adanya tindakan mendekati
si istri pada perbuatan yang sulit dilaksanakan oleh jiwa manusia.

HOME
Ila’
 Dasar Hukum Ila’ :
Allah SWT berfirman
ِ ‫ش ُه‬
‫ر‬ ْ َ‫اْل‬
ْ ‫ة‬ َ َ‫اْلَ ْرب‬
ُ ‫ع‬ ْ ‫ت‬ْ ‫ض‬
َ ‫م‬ َ ِ‫ه طَ ََلق إ‬
َ ‫ذا‬ ِ ‫علَ ْي‬
َ ‫ع‬ َ َ‫ق أَ ْو يَ ِفي َء َو ََل ي‬
ُ ‫ق‬ َ ِ‫ح َّتى ُيطَل‬ َ ِ‫ُوق‬
َ ‫ف‬
‫ف‬َ ‫وق‬َ ‫ح َّتى ُي‬َ
Artinya ; “Kepada orang-orang yang mengila’ istrinya diberi tangguh bulan
(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jikalau mereka berazam
(bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Tahu.” (Q.S.Al-Baqarah : 226-227).

HOME
Ila’
 Ucapan ila’ itu terbagi menjadi dua macam :
1. Ucapan yang sharih adalah ucapan yang menunjukkan kepada tujuan tanpa ada
kemungkinan kepada sesuatu yang lain. Contohnya: “Demi Allah, aku tidak akan
berhubungan badan denganmu”.
2. Ucapan kinayah adalah ucapan yang mengandung makna lain. Seperti : “Aku tidak akan
menyelimutimu”, “Aku tidak akan masuk kepadamu”, dan “Aku tidak akan menyatukan
kepalamu dengan kepalaku”. Contoh-contoh ucapan seperti ini tidak dapat menjadi ila’,
kecuali dengan adanya niat. Seandainya suami mengaku, bahwa dirinya menghendaki makna
selain bersetubuh maka ucapannya itu dibenarkan dalam pengadilan.
3. Muddah (masa), yaitu masa ila’ adalah 4 bulan atau lebih.
4. Suami.
5. Istri.

HOME
Ila’
 Kaffarah yang harus dibayar untuk menebus ila’ adalah:
1. Memberikan makan kepada sepuluh orang miskin, atau
2. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
3. Memerdekakan seorang budak
4. Apabila tidak mampu melaksanakan salah satu dari ketiga alternatif di
atas, kaffarahnya adalah berpuasa selama tiga hari.

HOME
Khulu’
 Pengertian Khulu’
Menurut bahasa khulu’ yaitu berasal dari khala’ ats-tsauba idzaa azzalaba
(‫ )خلع الثوب‬yang artinya melepaskan pakaian; karena isteri adalah pakaian suami
dan suami adalah pakaian isteri.
Menurut istilah yaitu permintaan cerai yang diajukan oleh istri terhadap
suami denan memberikan ganti rugi sebagai tebusan,yakni istri memisahkan
dirinya dari suaminya dangan memberikan ganti rugi kepadanya.
Khulu di perbolehkan oleh Allah bahkan ada yang mewajibkannya ketika
keduanya (suami-istri) atau salah satu dari keduanya (suami/istri) khawatir tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah dengan dalil QS. Al-Baqoroh ayat
229.

HOME
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai