Anda di halaman 1dari 22

16

BAB II

DISKURSUS TENTANG PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. Difinisi Pernikahan

Nikah mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan

atau bersenggama.1 Menurut arti asli nikah ialah hubungan seksual, tetapi

menurut arti majazi atau arti hukum nikah ialah akad (perjanjian) yang

menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria

dengan seorang wanita.2 istilah “nikah” berasal dari bahasa arab, sedangkan

menurut istilah bahasa Indonesia adalah “perkawinan”.3 Dalam bahasa melayu

terutama di Malaysia dan brunaidarussalam digunakan istilah khawin, yang

artinya perikatan yang sah antara lelaki dengan perempuan menjadi suami

istri.41

Menurut Abdullah siddik pernikahan adalah pertalian yang sah antara

seorang lelaki dan dan seorang perempuan yang hidup persama atau bersetubuh

yang tujuannya adalah membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan serta

mencegah perzinahan dan menjaga ketentraman jiwa. Sedangkan menurut

Wirjono Prodjodikoro pernikahan adalah suatu hidup bersama dari seorang

1. Suparta Dan Ojedjen Zainuddin, Fiqih Madrashah Aliyah, (Semarang : PT Toha Putra,t.t),
h.72.
2. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), Cet.4,h.1.
3. Sudarso, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), Cet.2,h.188.
4. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam, (Jakarta :PT. Raja
Grafindo Persada, 2005),cet.2,h.42.
17

laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk

dalam peraturan-peraturan tersebut.5

Menurut undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 pernikahan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.6 Adapun menurut syarak nikah ialah

akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk

membentuk sebuah batera rumah tangga yang bahagia serta masyarakat yang

sejahjera.7 Menurut hukum adat pada umumnya, pernikahan bukan saja sebagai

perikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan kekerabatan dan

ketetanggaan, sekaligus perikadan adat yang menyangkut hubungan-hubungan

adat-istiadat, warisan kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan.82

Nikah merupakan sunatullah yang di syariatkan allah swt. Kepada hamba-

hamba-nya. Dengan pernikahan itu, allah swt. Menghendaki agar mereka

mengemudikan bantera kehidupan dengan adil dan bijaksana dalam rumah

tangga mereka tanpa berpaling dari syariat Allah swt, dan sunah rosulullah

saw.9 Sebab menikah adalah sebuah cara untuk mendapatkan ketentraman jiwa

yang akan membawa kebaikan-kebaikan dalam kehidupan. Karena itulah

menikah disebut dengan “separuh agama” sebab nilainya sangat penting bagi
2

5. Eoh, Perkawinan Antara Agama Dalam Teori dan Peraktek, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2001), cet.2,h.28.
6. Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Indonesia Legal
Venter Publishing, 2011), cet.3,h.8.
7. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikah Nikah Lengkap, (Jakarta : Rajawali Press, 2014),
cet.4,h.8.
8. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Pandangan Hukum Adat,
Hukum Agama. (Bandung : Mandar Maju, 2007), cet.3,h.8.
9. Muhammad Fuad, Fiqih Wanita Lengkap, (Jombang : Lintas Media, 2007), h.374.
18

kebaikan agama seseorang.10 Jadi nikah adalah akad nikah yang mengikat

dengan rukun-rukun dan syarat-syarat yang menghalalkan dua jenis manusia

untuk hidup secara halal dalam hubungan yang sah secara mendalam dimana

terdapat persetubuhan yang menjaga hawa nafsu, mata dan fikiran dari sikap

yang menjerumuskan.11

B. Dasar dan Hukum Pernikahan

Hukuman nikah yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia

dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antara

jenis dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat pernikahan

tersebut.12

Dasar-dasar pernikahan terdapat didalam al-quran dan hadist rosulullah

saw, yaitu :13

1. Surah ar-Rum ayat 21

Artinya :”dan artinya tanda-tanda kebesaran-nya ialah dia (Allah)


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan saying, sungguh pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah
swt) bagi kaum yang berfikir.”
19

2. Surah an-Naml ayat 72

‫اج ا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن‬ ِ ِ
ً ‫َو اللَّ هُ َج َع َل لَ ُك ْم م ْن أَ ْن ُف س ُك ْم أ َْز َو‬
ِ ‫اج ُك م ب نِ ني و ح َف َد ًة و ر ز قَ ُك م ِم ن الطَّ يِّ ب‬
ِ ‫ أَفَ بِ الْ ب‬Cۚ‫ات‬
‫اط ِل‬ ِ ‫أ َْز و‬
َ َ َ ْ َََ َ َ َ َ ْ َ
َ ‫ت اللَّ ِه ُه ْم يَ ْك ُف ُر‬
‫ون‬ ِ ‫ون و بِنِ ع م‬
ْ
َ َ َ ‫ن‬
ُ ‫م‬ِ ‫ي ْؤ‬
ُ
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

3. Surah ar-Nur ayat 32

ِ ‫ِع ب‬
‫اد ُك ْم‬ ‫ني ِم ْن‬ ِ‫و أَنْ ِك ح وا ا أْل َ ي ام ى ِم ْن ُك م و َّ حِل‬
َ َ ‫الص ا‬ َ ْ ََٰ ُ َ
Cۗ ‫ض لِ ِه‬
ْ َ‫ِم ْن ف‬ ِ ِ
ُ‫ إِ ْن يَ ُك ونُوا ُف َق َر اءَ يُ ْغ ن ِه ُم اللَّ ه‬Cۚ ‫َو إِ َم ائ ُك ْم‬
ِ‫اس ع ع ل‬ ِ
ٌ َ ٌ ‫َو اللَّ هُ َو‬
‫يم‬

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan


orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
20

Adapun dasar pernikahan yang bersumber pada hadist rosullullah saw, yaitu

sebagai berikut :143

1. Sabda Rasulullah SAW, yaitu :

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah,


maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan
lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia berpuasa; sebab puasa dapat menekan syahwatnya.”

2. Sabda Rasulullah SAW, yaitu :

‫اآْل َخ ِر‬ ‫ف‬ ْ ِّ‫الن‬ ‫فِي‬ َ‫هللا‬ ‫ق‬


ِ ‫ص‬ ْ ِ‫ن‬ ‫ َك ُم َل‬ ‫فَقَ ْد‬ ‫ا ْل َع ْب ُد‬ ‫تَزَ َّو َج‬ ‫إِ َذا‬
ِ َّ‫فَ ْليَت‬ ،‫ال ِّد ْي ِن‬  َ‫صف‬
“Apabila seorang hamba telah menikah, sungguh dia
telahmenyempurnakan setengah agamanya. Hendaknya dia bertakwa
kepada Allah  subhanahu wa ta’ala pada setengah yang lain.”

3. Sabda Rasulullah SAW, yaitu :

‫اش ٌر بِ ُك ُم ْاألَ ْنبِيَا َء يَو َم ْالقِيَا َم ِة‬


ِ ‫تَ َز َّوجُوا ْال َو ُد ْو َد ْال َولُ ْو َد فَإِنِّ ْي ُم َك‬
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak
karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu
dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad,
Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik]

14
. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam,… h.189.
21
22

Hukum pernikahan asalnya mubah, tetapi dapat berubah menurut

perubahan keadaan.15 Dalam ilmu fiqih nikah memiliki ketetapan yang

berbeda-beda tergantung pada kondisi masing-masing orang. Bagi seseorang

nikah bisa berhukum wajib, namun bagi seseorang yang lainnya nikah bisa

berhukum sunah, mubah, makruh atau bahkan haram.16 Adapun hukum

menikah, jumhur ulama menentukan ada 5 yaitu sunah, boleh (mubah), wajib,

makruh dan haram.17

1. Wajib

Pernikahan wajib yaitu pernikahan yang harus dilakukan oleh

seseorang yang memiliki kemampuan untuk menikah atau berumah tangga

serta memiliki nafsu biologis (nafsu syahwat) dan khawatir benar dirinya

akan melakukan zina manakala tidak melakukan pernikahan. Keharusan

menikah ini didasarkan atas alasan bahwa mempertahankan kehormatan

diri dari kemungkinan berbuat zina adalah wajib. Dan karena satu-satunya

sarana untuk menghindarkan diri dari perbuatan zina itu adalah nikah,

maka menikah wajib bagi orang seperti ini.184

2. Sunah

Adapun hukum nikah menjadi sunah apabila seseorang yang sudah

mendesak nafsunya dan mampu untuk menikah, tetapi ia masih bisa

menahan dirinya dari berbuat zina.19 Andaikata dia menikah mendapat

10. Al-hamdani, risalah nikah, (t.k : Pustaka Amani, 2002), cet.2,h.7.


11. Ernawati,”Cukupkah Cinta Untuk Menikah,… h.11.
12. Suparta Dan Ojedjen Zainuddin, Fiqih Madrashah Aliyah,… h.73.
13. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.92.
14. Abdul Mu’tadzim, Aku Nikahi Engkau dengan Bismilah, ( t.k : Syaifa Pressindo,
2010),h.21.
23

pahala dan apabila dia tidak atau belum menikah tidak berdosa. Bagi

wanita yang belum mempunyai keinginan untuk menikah, tetapi butuh

perlindungan atau nafkah dari seorang suami, maka sunah baginya

menikah.20 Orang yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi, serta

sehat jasmani dalam artian memiliki nafsu syahwati atau tidak impoten,

maka dia tetap dianjurkan supaya menikah, meskipun orang yang

bersangkutan merasa mampu untuk memelihara kehormatan dirinya dari

kemungkinan melakukan zina, sebab islam pada dasarnya tidak menyukai

pemeluknya hidup membujang.21

3. Mubah

Syekh sayyid sabiq dalam kitab fikih sunah menjelaskan bahwa

hukum nikah menjadi mubah apabila seseorang tidak terdesak oleh alasan-

alasan yang mewajibkannya segera menikah, maka hukum nikahnya

mubah.22 Pernikahan ibahah inilah yang umumnya terjadi ditengah-tengah

masyarakat luas dan oleh kebanyakan ulama dinyatakan sebagai hukum

dasar atau hukum asal dari nikah.235

4. Makruh

Nikah menjadi makruh hukumnya yaitu apabila seseorang yang

dipandang dari sudut pertumbuhan jasmaninya telah wajar untuk nikah,

walaupun belum sangat mendesak, tetapi ia belum ada biaya untuk hidup

sehingga apabila ia menikah hanya akan membawa kesengsaraan hidup

15. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam,… h.21.


16. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,…h.92.
17. Ernawati,”Cukupkah Cinta Untuk Menikah,… h.12.
18. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h. 93.
24

bagi istri dan anak-anaknya, maka makruhlah baginya untuk menikah.

Apabila dia menikah dia tidak berdosa dan tidak pula mendapat pahala.

Sedangkan apabila dia tidak menikah dengan pertimbangan yang telah

dikemukakan itu, maka dia akan mendapatkan pahala.24

5. Haram

Hukum nikah menjadi haram bagi laki-laki yang menikahi perempuan

dengan maksud menyakiti dan mempermainkannya. Pernikahan seperti ini

sah menurut syariat jika terpenuhi syarat dan rukunnya, akan tetapi

pernikahan seperti itu berdosa dihadapan allah swt karena tujuannya

buruk.25 Nikah juga diharamkan bagi orang yang tahu bahwa dirinya tidak

mampu melaksanakan hidup berumah tangga, melaksanakan lahir seperti

member nafkah, pakaian, tempat tinggal dan kewajiban batin seperti

mencampuri istri.26

C. Asas-Asas atau Prinsip Pernikahan

Asas-asas atau prinsip-prinsip pernikahan yang dimuat dalam undang-

undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 yaitu :276

1. Asas sukarela

Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 mencantumkan

bahwa :”pernikahan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai”, karena pernikahan mempunyai maksud agar suami istri

19. Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : UI Press, 2004), cet.5,h.49.
20. Suparta Dan Ojedjen Zainuddin, Fiqih Madrashah Aliyah,… h.174.
21. Al-Hamdani, Risalah Nikah,… h.8.
22. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.174.
25

dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia. Dan sesuai pula

dengan Hak Asasi Manusia (HAM) suatu pernikahan harus

mendapatkan persetujuan dari kedua calon suami istri, tanpa ada

paksaan dari pihak manapun. Pasal tersebut menjamin tidak adanya

nikah paksa.

2. Asas partisipasi

Keluarga penetapan keharusan ada wali dalam pelaksanaan suatu

akad nikah, baik dalam konteks hukum islam maupun undang-undang

perkawinan islam membuktikan arti penting dari asas partisipasi

keluarga ini. Demikian pula dengan keharusan ada izin dari wali

terutama bagi anak yang belum mencapai usia nikah, disamping

keharusan ada saksi dalam setiap penyelenggaraan akad nikah.

3. Asas monogami

Undang-undang perkawinan ini menganut asas monogami hanya

apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan mengizinkan seorang

suami dapat beristri lebih dari seorang.28 Meskipun hal itu dikehendaki

oleh pihak-pihak yang bersangkutan, namun pernikahan seorang suami

yang lebih dari seorang istri hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi

berbagai persyaratan tertentu dan di putuskan oleh pengadilan.29


7

4. Asas perceraian di persulit


7

23. Abdul Ghofur Ansori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fiqih dan Hukum Positif,
(Yogyakarta : UII Press, 2011),h.28
24. Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia,… h.8.
26

Tujuan pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal serta sejahtera, maka mempersulit terjadinya

perceraian dikedepankan. Perceraian merupakan perbuatan halal yang

dibenci oleh Allah swt. Dan kalaupun pintu cerai ini bagi orang islam

dibuka, itu hanya kecil saja, karena imbas negatif dari perceraian ini

begitu banyak, selain dari pada anak dari hasil pernikahan juga secara

umum berdampak kepada masyarakat.30

5. Asas kedewasaan calon mempelai

Asas penting yang diusung undang-undamg perkawinan islam

didunia islam adalah asas kematangan atau kedewasaan calon

mempelai. Maksudnya undang-undang perkawinan menganut prinsip

bahwa setiap calon suami istri yang hendak melangsungkan

pernikahan harus benar-benar telah matang secara fisik maupun

rohani. Berkenaan dengan asas kematangan ini salah satu standar yang

digunakan dalam penetapan usia nikah.318

6. Asas selektivitas

Asas selektivitass ialah asas dalam suatu pernikahan dimana

seseorang yang hendak menikah itu harus menyeleksi lebih dahulu

dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa ia dilarangnya. 32

25. Abdul Ghofur Ansori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fiqih dan Hukum Positif,…
h.29.
26. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.183.
27. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam,… h.34.
27

Ada sejumlah larangan pernikahan antara seseorang dengan yang

lainnya yaitu :33

a. Larangan pernikahan karena hubungan nasab.

b. Larangan pernikahan dengan saudara tertentu yang memiliki

hubungan darah terlalu dekat.

c. Larangan pernikahan karena hubungan susuan.

d. Larangan pernikahan karena hubungan semenda.

e. Larangan pernikahan terhadap wanita yang pernah di li’an.

f. Larangan pernikahan poliandri.

g. Larangan pernikahan dengan bekas istri yang telah ditalak bain

kubra.

h. Larangan pernikahan poligami yang melebihi empat orang.

i. Larangan pernikahan dengan pezina (laki-laki atau perempuan).

j. Larangan pernikahan dengan orang musrik (musrikah).

k. Larangan pernikahan dengan orang yang berlainan agama.9

7. Asas untuk selamanya

Asas ini mempunyai maksud bahwa penikahan dilaksanakan untuk

melangsungkan keturunan dan membina cinta serta kasih saying

selama hidup, karena asas ini pula pernikahan mut’ah yakni

pernikahan sementara untuk bersenang-senang selama waktu tertentu

28. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.189.
28

saja seperti yang terdapat pada masyarakat jahiliyah dahulu dan

beberapa waktu setelah dilarang oleh Nabi Muhammad saw.34

8. Asas memperbaiki derajat kaum wanita

Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kewajiban suami, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam

pergaulan masyarakat.35 Maka Undang-Undang Perkawinan Islam

pada umumnya memperjelas dan mempertegas hak-hak yang harus di

peroleh kaum perempuan (istri atau ibu) dibalik pencantuman

kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kaum laki-laki (suami

atau ayah).3610

9. Asas legalitas

Asas legalitas adalah suatu asas dalam pernikahan, wajib

hukumnya di catatkan. Pernikahan wajib dicatat oleh petugas atau

pejabat yang berwenang selain sebagai fungsi tertib administrasi dan

perlindungan hukum bagi warga Negara masing-masing, asas ini

dalam pernikahan juga mempermudah para pihak terkait dalam

melakukan control terhadap pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan

disebuah negara.37 Pernikahan ialah sah apabila dilakukan menurut

hukum agama dan kepercayaannya masing-masing juga harus dicatat

menurut peraturan undang-undang yang berlaku.

10

29. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam Di
Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet.10,h.125.
30. Abdul Ghofur Ansori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fiqih dan Hukum Positif,…
h.30.
31. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.186.
32. Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Didunia Islam,… h.187.
29

D. Syarat dan Rukun Pernikahan

Rukun yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan

itu, seperti adanya calon pengantin laki-laki atau perempuan dalam pernikahan.

Sedangkan syarat ialah sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau

tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam

rangkaian pekerjaan itu, seperti calon pengantin laki-laki atau perempuan itu

harus beragama islam.38 Secara garis besar, rukun dan syarat pernikahan

yaitu :39

1. Calon mempelai

Syarat-syarat calon suami istri adalah kedua calon harus sudah

mencapai batas umur, untuk laki-laki minimal 19 tahun dan untuk

perempuan minimal 16 tahun, kedua calon setuju dan suka rela untuk

menjadi pasangan suami istri.

2. Wali nikah

Secara prinsip wali nikah harus beragama islam, baligh dan berakal,

tidak fasik, laki-laki serta mempunyai hak untuk menjadi wali. Wali nikah

ada dua macam yakni wali hakim dan wali nasab.11

3. Saksi nikah

Setiap pernikahan harus dihadiri dua orang saksi dan harus laki-laki,

beragama islam, berakal, baligh, tidak terganggu ingatan dan tidak tuna

11

33. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,… h.12.


34. Mahsun,”Zawaj Al-Misyar Perspektif Maqashid Al-Syari’ah Pernikahan”, dalam jurnal
Al-Mabsut, Vol.11, No.1, Tahun 1017,h.21.
30

rungu serta harus hadir dan menyaksikan secara langsung akad nikah,

menandatangani akad nikah pada waktu akad nikah berlangsung dan

mengerti maksud ijab qabul.40

4. Ijab qabul

Syarat ijab qabul adalah menggunakan bahasa yang dapat di mengerti,

bukan kata-kata kinayah (kiasan) serta lafadz ijab qabul harus terjadi pada

suatu majelis, artinya lafadz qabul harus segera di ucapkan setelah ijab.

Lafadz ijab dan qabul pun tidak boleh di ta’likkan (di kaitkan) dengan suatu

syarat tertentu.41

Syarat pernikahan pun juga diatur dalam pasal 6 sampai pasal 11

Undang-Undang Perkawinan yang pada pokoknya adalah :4212

1. Adanya persetujuan kedua calon mempelai.

2. Adanya izin dari orang tua atau wali bagi calon mempelai yang belum

berumur 21 tahun.

3. Umur calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan mempelai

wanita sudah mencapai 16 tahun.

4. Antara kedua calon mempelai tidak ada hubungan darah atau keluarga

yang dilarang nikah.

5. Tidak terikat hubungan pernikahan dengan orang lain.

6. Tidak bercerai untuk kedua kali dengan suami atau istri yang sama yang

hendak dinikahi.

12

35. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam,… h.197.


36. Suparta Dan Ojedjen Zainuddin, Fiqih Madrashah Aliyah,… h.81.
37. Eoh, Perkawinan Antara Agama Dalam Teori dan Peraktek,… h.47.
31

7. Bahwa seorang wanita (janda) tidak dapat nikah lagi sebelum lewat masa

tunggu.

E. Macam-Macam Pernikahan

Wawasan pengertian nikah didalam hukum islam sangat luas sekali.

Keluasan tersebut sejalan dengan kehidupan masyarakat disepanjang zaman

dan disetiap tempat.43 dizaman jahiliyyah, orang arab sebelum islam

mempunyai macam-macam adat pernikahan diantaranya yaitu :44

1. Nikah al-khidn, menurut anggapan mereka asala tidak ketahuan tidak apa-

apa, tetapi kalau ketahuan dianggap tercela. Pernikahan seperti ini seperti

memelihara gundik.

2. Nikah badal atau tukar istri. Seorang laki-laki menawarkan kepada laki-laki

lain :”izinkanlah saya tidur bersama istrimu dan istriku boleh untukmu”.

Pernikahan seperti ini “jual beli” tukar tambah.

3. Nikah istibdha’ yaitu nikah untuk mecari bibit unggul. Seorang laki-laki

menyuruh kepada istrinya supaya tidur dengan laki-laki lain. Suami

berpesan :”Apabila kamu sudah suci dari haid pergilah kepada si dia, minta

lah supaya kamu di campuri”. Kemudian istri tersebut memisahkan diri

sampai jelas mengandung. Apabila sudah hamil, suaminya boleh

mencampurinya jikalau sang suami mau.13

13

38. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam,… h.230.


39. Said Thalib Al-Hamdani, Risalatun Nikah,… h.22.
32

4. Beberapa orang laki-laki kira-kira 10 (sepuluh) orang mengumpuli seorang

perempuan. Mereka semua mencampurinya, masing-masing mendapat

giliran. Apabila wanita itu sudah hamil dan melahirkan selang beberapa

malam wanita itu memanggil semua laki-laki yang mencampurinya dan

mereka tidak boleh menolaknya. Setelah kumpul wanita itu berkata :”kalian

semua sudah tahu apa yang kalian perbuat padaku, sekarang saya telah

melahirkan, anak itu adalah anakmu (dia menyebut nama seseorang yang

dia sukai), maka anak itu diajukan sebagai anak dari laki-laki yang dia

tunjuk, dan si lelaki tidak boleh membantahnya.

5. Nikah syighar adalah pernikahan yang didasarkan pada janji atau

kesepakatan penukaran, yakni menjadikan dua orang perempuan sebagai

mahar atau jaminan masing-masing.45 Yang tidak terdapat dalam pernikahan

ini adalah mahar secara nyata dan adanya syarat untuk saling mengawini

dan mahar secara nyata dan adanya syarat untuk saling mengawini dan

mengawinkan. Oleh karna itu, pernikahan dalam bentuk ini dilarang, dan

apabila terjadi pernikahan seperti itu, maka pernikahannya batal.4614

Bentuk dan jenis pernikahan yang hidup dan tumbuh ditengah-tengah

masyarakat cukup beraneka ragam, baik jenis dan bentuk pernikahan tersebut

dapat digolongkan pada dua golongan besar yaitu pernikahan yang dibolehkan

dan pernikahan yang dilarang. Macam-macam pernikahan yang dibolehkan

antara lain :47


14

40. Suparta Dan Ojedjen Zainuddin, Fiqih Madrashah Aliyah,… h.87.


41. Amir Syarifuddin, hukum perkawinan islam di indonesia, (Jakarta : Kencana, 2009),
cet.3,h.107.
33

1. Homogami dan endogami

Homogami adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan dimana

keduanya memiliki kedudukan hamper sama. Didalam hukum islam

kesamaan kedudukan atau kesederajatan antara suami istri didasarkan atas

prinsip-prinsip yaitu faktor ketaqwaan kepada Allah swt dan perilaku

keagamaan. Sedangkan endogamy adalah pernikahan yang berlaku dalam

masyarakat yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat menikah

dengan anggota lain dalam calonnya sendiri. Menurut hukum perkawinan

islam kedua pernikahan seperti ini tidak dilarang, akan tetapi hal itu

ditetapkan batas-batasnya.15

2. Hipogami dan hipergami

Hipogami adalah suatu bentuk pernikahan antara laki-laki dengan

perempuan yang memiliki kedudukan dibawahnya atau pernikahan antara

laki-laki dengan perempuan yang memiliki kedudukan dibawahnya.

Adapun kedudukan dalam hipogami menurut islam hanya didasarkan atas

nilai agama, maka yang dimaksud dengan status lebih rendah ialah terletak

pada agama yang dianut dan tingkat ketaqwaan laki-laki atau perempuan.

Dengan demikian, perempuan muslimah tidak layak bersedia dinikahi oleh

laki-laki diluar muslim. Apabila didalam pernikahan tersebut

kedudukannya lebih tinggi maka keadaan tersebut disebut hipergami.

Kedua pernikahan tersebut dibolehkan dalam islam.

15

42. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam,… h.230-232.


34

Adapun macam-macam pernikahan yang dilarang didalam islam antara

lain yaitu :48

1. Nikah muhallil

Orang melayu menanamkan pernikahan ini dengan “cina buta” yaitu

pernikahan seseorang laki-laki dengan seorang perempuan yang telah

diceraikan suaminya sampai tiga kali. Setelah habis ‘iddahnya perempuan

itu diceritakan supaya halal dinikahi oleh bekas suaminya yang telah

menthalaqnya tiga kali. Nikah ini hukumnya haram bahkan termasuk dosa

besar yang dikutuk Allah swt.

2. Nikah mut’ah

Nikah mut’ah dalam istilah hukum biasa disebutkan pernikahan untuk

masa waktu tertentu, dalam arti pada waktu akad dinyatakan berlaku

ikatan pernikahan sampai masa tertentu dan bila masa itu telah dating,

pernikahan pun terputus dengan sendirinya tanpa melalui proses

perceraian. Nikah mut’ah disebut juga dengan nikah munqati. Sedangkan

pernikahan biasa yang tidak ditentukan batas masa berlakunya disebut

dengan nikah daim.4916

3. Nikah wisata / nikah kontrak

Nikah wisata / nikah kontrak adalah nikah yang memenuhi syarat dan

rukun pernikahan, namun pernikahan ini diniatkan hanya untuk sementara.

Nikah seperti ini dalam literature fiqih disebut dengan nikah muaqqat, atau

praktek dari nikah mut’ah. Dan nikah wisata ini dukumnya adalah haram.
16

43. Al-Hamdani, Risalah Nikah,… h.44.


44. Amir Syarifuddin, hukum perkawinan islam di indonesia,… h.100.
35

Fenomena pernikahan jenis ini lebih banyak digandrungi oleh pelancong

dari timur tengah dengan alasan untuk menghindari perbuatan zina. Maka

dari itu, satu-satunya jalan yang mereka tempuh. Maka dari itu, satu-

satunya jalan yang mereka tempuh adalah dengan melakukan nikah

kontrak dengan prosedural yang sama dengan nikah biasa, sehingga

pernikahan ini menurut agama mendapat pelegalan dan mereka berlindung

dibalik itu.50

Nikah wisata / nikah kontrak dikatakan haram bukan karena akadnya

sah atau batal, melainkan karena implikasi dharar (mudarat). Nikah

wisata / nikah kontrak ini adalah pernikahan yang sah hanya saja dalam

pernikahan ini laki-laki mensyaratkan bahwa dia tidak akan menuntut hak-

haknya yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai suami istri,

karena mereka melakukan dan menerima perjanjian tersebut, sudah

mendapatkan uang yang diterima oleh pihak perempuan seperti mahar

yang sudah ditentukan dari awal.51


17

F. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

17

45. Sapri Ali,” Pernikahan Wisata”,… h.7.


46. Sapri Ali,” Pernikahan Wisata”,… h.9
36

Pernikahan tidak semata-mata dimaksudkan untuk menunaikan hasrat

biologis semata. Oleh karna itu, Allah swt menyediakan tempat yang legal

untuk terselenggaranya penyaluran tersebut yang sesuai derajat kemanusiaan.52

Adapun tujuan pernikahan menurut islam adalah untuk memenuhi tuntutan

naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur, untuk

menegakkan rumah tangga yang islam, untuk meningkatkan ibadah kepada

Allah swt dan untuk mencari keturunan yang sah. 53 Dari segi kesehatan, para

dokter menyebutkan tiga tujuan menikah yaitu melestarikan keturunan,

mengeluarkan cairan yang dapat membahayakan jika tidak dikeluarkan dan

untuk mendapatkan kenikmatan.54 Pernikahan bagi manusia mendatangkan

hikmah dan manfaat yang sangat besar, baik bagi kehidupan individu,

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun hikmah pernikahan bagi individu dan keluarga adalah :55

1. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tentram karena terjalin cinta dan

kasih saying diantara sesame.

2. Terhindar dari perbuatan maksidat, menciptakan keturunan yang baik aan

mulia, kemudian naluri kebapakan dan naluri keibuan akan tumbuh dan

berkembang saling melengkapi.

3. Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-

sungguh mencari rizeki yang banyak dan halal.


37

4. Memperluas persaudaraan dan mendatangkan keberkahan.

Sedangkan hikmah pernikahan bagi masyarakat adalah terjaminnya

ketenangan dan ketentraman anggota masyarakat, dapat meringankan

beban masyarakat dan dapat memperkokoh tali persaudaraan serta tolong-

menolong antar keluarga dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai