Anda di halaman 1dari 12

FIQIH MUNAKAHAT

MATA KULIAH FIQIH/USHUL FIQIH


DOSEN PEMBIMBING DR. NUFIAR, M.A

DISUSUN OLEH:

NEFANS SYAH PRATAMA : 220701079

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI ARSITEKTUR
TAHUN AJARAN 20223/2024
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia- Nya jualah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mumakahat” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Nufiar, M.A yang telah
memberikan kami penjelasan dan arahan sehingga tersusunnya makalah ini.Manusia memang
tidak pernah luput dari kesaalahan sebagai manusia biasa. Begitu juga halnya dengan kami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekuranga dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi
penulisan maupunis. Olehkarenaitu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Maka dari itu, Kritik dan saran yang diberikan nantinya bisa membantu untuk
mencapai keinginan penulis agar terwujud,dan terciptanya tulisan yang bermanfaat serta
berguna.
Walaupun demikian, kami berharap dengan disusunya makalah ini dapat membantu
dalam proses belajar maupun mengajar serta dapat bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa,
dan negara.

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
I.I LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN................................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN MUNAKAHAT ................................................................................................ 2
B. RUKUN DAN SYARAT ............................................................................................................. 3
C. HUKUM NIKAH ........................................................................................................................ 4
D. WALI NIKAH............................................................................................................................ 4
a. Pengertian wali nikah ............................................................................................................... 4
b. Kedudukan wali dalam pernikahan ........................................................................................... 4
c. Syarat-syarat wali nikah ........................................................................................................... 4
d. Urutan hak wali dalam pernikahan ........................................................................................... 5
E. SAKSI ......................................................................................................................................... 6
F. PEMBAGIAN MAHRAM ......................................................................................................... 6
a. Mahram karena nasab ........................................................................................................... 6
b. Mahram karena pernikahan .................................................................................................. 6
c. Mahram karena persusuan .................................................................................................... 7
G. Talak ....................................................................................................................................... 7

BAB III ................................................................................................................................................ 8

PENUTUP............................................................................................................................................ 8
Kesimpulan .................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 9

BAB I

iii
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Latar belakang munakahad adalah tradisi pernikahan dalam Islam. Munakahad Merujuk
pada pernikahan dalam ajaran Islam di mana seorang pria dan seorang wanita sah secara hukum
menjadi suami dan istri. Nama ini berasal dari kata "nikah" yang berarti pernikahan dalam
bahasa Arab. Pernikahan dalam Islam memiliki asas dan aturan tertentu yang diatur oleh syariah
(hukum Islam). Tujuan utama munakahad adalah untuk membentuk keluarga yang sah,
mendukung kestabilan sosial, dan memenuhi tujuan agama. Munakahad melibatkan serangkaian
prosedur dan kontrak pernikahan yang harus diikuti sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

‫ع ِلي ٌم‬ َ ‫ّٰللا ا َتقىكُم ۗا َِّن ه‬


َ ‫ّٰللا‬ َ ‫اس اِنَّا َخلَقنكُم ِمن ذَ َك ٍر َّواُنثى َو َج َعلنكُم شُعُوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلت َ َع‬
ِ ‫ارفُوا ۚ ا َِّن اَك َر َمكُم ِعندَ ه‬ ُ ‫يٰٓاَيُّ َها ال َّن‬
‫َخبِي ٌر‬
Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (QS. Al Hujuraat (49):13)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MUNAKAHAT
Secara bahasa, nikah artinya menghimpun. Nikah juga berarti bersetubuh dan akad.
Menurut ahli usul dan bahasa, bersetubuh merupakan makna hakiki dari nikah, sementara akad
merupakan makna majāzī. Dengan demikian, jika dalam ayat al-Qur’an atau hadis Nabi muncul
lafaz nikah dengan tanpa disertai indikator apa pun, berarti maknanya adalah bersetubuh.1
sebagaimana Q.S. An-Nisa:22

ً ‫س ِب‬
‫يل‬ َ ‫شةً َو َمقتًا َو‬
َ ‫سا َء‬ ِ َ‫ف ۚ ِإنَّهُ كَانَ ف‬
َ ‫اح‬ َ ‫اء ِإ ََّل َما قَد‬
َ َ‫سل‬ ِ ‫س‬ ِ َ‫َو ََل ت َن ِك ُحوا َما نَ َك َح آ َبا ُؤكُم ِمن‬
َ ‫الن‬

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-
buruk jalan (yang ditempuh).

Ayat tersebut menurut pemahaman menunjukkan keharaman seseorang menikahi wanita


yang sudah berzina dengan bapaknya. Sementara itu, keharaman menikahi wanita yang sudah
menikah (akad) dengan bapaknya ditetapkan berdasarkan ijma’. 2

Menurut ahli fiqh, makna hakiki nikah adalah akad, sementara makna majāzī-nya
adalah bersetubuh, karena makna itulah yang masyhur dalam al-Qur’an dan hadis. 3 Secara
bahasa, makna nikah adalah berkumpul dan bersetubuh. Sebagaimana diketahui makna
bersetubuh dan berkumpul lebih sempurna dalam akad.

1. Bacaan ijab(dibacakan oleh wali)

ً‫ َحاَل‬....... ‫ بِ َمه ِر‬...... ‫أَن َكحتُكَ َوزَ َّوجتُكَ َمخطُوبَتَكَ بِنتِي‬

Artinya: "Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan perempuan pinanganmu,
putriku ______ dengan mahar _______ dibayar tunai."

2. Bacaan qabul( dibacakan oleh mempelai pria)

‫قَ ِبلتُ نِ َكا َح َها َوتَز ِوي ِج َها ِبال َمه ِر ال َمذكُو ِر‬
Artinya: "Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar atau maskawin tersebut dibayar
tunai."

1
Wahbah al-Zuhāilī, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, vol. 9, (Damaskus: Dār al-Fikr,2004), 6514
2
Ibid., 5.
3
Ibid.

2
B. RUKUN DAN SYARAT

Menurut pandangan ulama Ḥanafī, rukun nikah hanya ijab dan qabul, sementara dalam
pandangan jumhur, rukun nikah terdiri dari:

1. pengantin lelaki,

2. pengantin perempuan

3. wali,

4. dua orang saksi,

5. serta ijab dan qabul (akad nikah).4

Sementara itu, Mālikiyah menetapkan mahar juga sebagai rukun nikah. 5 Adapun syarat-
syarat sah nikah adalah sebagai berikut:

1. Islam

Syarat calon suami dan istri adalah beragama Islam serta jelas nama dan orangnya.

2. Tidak menikah dengan mahram

Bukan mahram menandakan bahwa tidak terdapat penghalang agar perkawinan


bisa dilaksanakan.

3. Wali

Wali nikah harus laki-laki, tidak boleh perempuan.

4. Dihadiri saksi

Syarat sah nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi yang
menghadiri ijab kabul, satu bisa dari pihak mempelai wanita dan satu lagi
dari mempelai pria.

5. Sedang tidak ihram atau berhaji

Jumhur ulama melarang nikah saat haji atau umrah (saat ihram), merujuk Islami.

6. Bukan paksaan

Syarat nikah yang tak kalah penting adalah mendapat keridaan dari masing-masing
pihak, saling menerima tanpa ada paksaan.

4
al-Zuḥailī, al-Fiqh al-Islāmī, vol. 9, 6521.
5
Al-Jazīrī, Kitāb al-Fiqh, vol.4, 16

3
C. HUKUM NIKAH
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah dalam artian boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi kondisi orang yang
akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib, sunah, makruh, dan
haram.
Adapun penjelasannya adalah sebagi berikut :
a. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah. Bila tidak menikah, khawatir ia
akan terjerumus ke dalam perzinaan.
c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan atau
hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah tanggungannya.
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia mempunyai niat yang
buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.

D. WALI NIKAH

a. Pengertian wali nikah


Kata “wali” berasal dari bahasa Arab, yaitu al-waliy muannatsnya adalah al-waliyah dan
bentuk jamaknya adalah al- awliya’ berasal dari kata walayali- walyan dan walayatan yang
berarti mencintai, teman dekat, sahabat, sekutu, pengikut, pengasuh dan orang yang mengurus
perkara. Adapun yang dimaksud perwalian dalam terminologi para fuqaha sebagaimana
dirumuskan oleh Wahbah Az- Zuhaili ialah kekuasaan atas otoritas (yang dimiliki) seseorang
untuk secara langsung melakukan suatu tindakan sendiri tanpa harus bergantung (terikat) atas
seizin orang lain. 6

b. Kedudukan wali dalam pernikahan


Para ulama sepakat mendudukkan wali sebagai rukun dan syarat dalam akad perkawinan
terhadap mempelai baik laki-laki atau perempuan yang masih kecil. Hal ini dikarenakan
mempelai yang masih kecil tidak dapat melakukan akad dengan sendirinya dan oleh karenanya
akad tersebut dilakukan oleh walinya. Namun terhadap perempuan yang telah dewasa baik ia
sudah janda atau masih perawan, para ulama berbeda pendapat.7

c. Syarat-syarat wali nikah


1. Beragama Islam.( Tidak sah orang yang tidak beragama Islam menjadi wali untuk
orang Islam).8
2. Telah dewasa dan berakal sehat (dalam arti anak kecil dan orang gila tidak berhak
menjadi wali).

6
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2005),
134-135
7
Ibid, 74
8
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada MediaGrup,
2009), 77

4
3. Laki-laki (tidak boleh perempuan menjadi wali).9
4. Merdeka.
5. Adil.
6. Tidak sedang melakukan ihram.
d. Urutan hak wali dalam pernikahan
Wali yang berhak mengawinkan perempuan adalah ‘ashabah yaitu keluarga laki-laki dari
jalur ayah, bukan dari jalur ibu. Ini adalah pendapat jumhur ulama selain Abu Hanifah yang
memasukkan kerabat dari ibu dalam daftar wali. Adapun urutan wali menurut para madzab
adalah sebagai berikut:

No. Imam Syafi’i Imam Malik Imam Hambali Imam Hanafi


Anak laki-laki
(dariwanita yang
1. Ayah Ayah Ayah akan menikah itu
sekalipun hasil
zina)
Penerima Cucu laki-laki
Kakek wasiat (dari
2. (daripihak Kakek
dari pihak anak laki-
ayah) ayah laki)
Anak laki-
laki(dari
3. Saudara wanita yang Anak laki-laki Ayah
laki- laki akan
kandung menikah itu,
sekalipun
hasil
zina)
Saudara Saudara Kakek (dari
4. laki- laki laki- Cucu laki-laki pihak
seayah laki ayah)
Anak laki- Anak laki-
5. lakidari lakidari Saudara laki- Saudara kandung
saudara laki- saudara laki- laki
laki laki
Paman Saudara laki-laki
6. (saudara Kakek Keponakan seayah
ayah)
Paman Anak saudara
7. Anak paman (saudara Paman laki-
ayah) laki sekandung
Anak saudara
8. Hakim Hakim Sepupu laki-
laki seayah
Paman (saudara
9 - - Hakim ayah)

9
Ibid, 77

5
10. - - - Anak paman
Tabel 1. Urutan Wali Menurut Para Madzhab Fikih

E. SAKSI

saksi nikah adalah orang yang melihat, mendengar, atau mengetahui sendiri suatu
peristiwa/kejadian akad nikah antara wali nikah/wakilnya dengan calon suami/wakilnya dengan
tujuan mereka kelak dapat memberikan keterangan yang diperlukan guna kepentingan perkara
tentang pernikahan yang diketahuinya itu.
Adapun syarat saksi dalam pernikahan adalah:
1. Laki-laki
2. Beragama islam
3. Baligh
4. Memahami dan mendengarkan perkataan orang yang melakukan akad
5. Adil

F. PEMBAGIAN MAHRAM

a. Mahram karena nasab


Mahram karena nasab ini merupakan salah satu mahram yang bersifat abadi. Maksudnya
adalah pernikahan yang haram terjadi antara laki-laki dan perempuan untuk selamanya meski
apapun yang terjadi antara keduanya. Mahram karna nasab dari pihak wanita dapat kita rinci
sebagai berikut :
1. Ayah
2. Anak laki-laki
3. Saudara laki-laki
4. Saudara ayah (paman)
5. Saudara ibu (paman)
6. Keponakan dari saudara laki-laki
7. Keponakan dari saudari perempuan
b. Mahram karena pernikahan
Penyebab kemahraman abadi kedua adalah mushaharah atau akibat adanya pernikahan.
Sehingga terjadi hubungan mertua menantu atau orang tua tiri.
Berikut ini adalah siapa saja mahram bagi wanita yang sudah menikah :

6
1. Ayah dari suami
2. Anak laki-laki dari suami (tiri)
3. Suami dari anak laki-laki (menantu)
4. Suami dari ibu mertua (ayah tiri)
c. Mahram karena persusuan
yang menjadi mahram sepersusuan bila seorang bayi perempuan menyusu
kepada ibu susu nya antara lain:
1. Suami dari ibu yang menyusui
2. Anak laki-laki dari wanita yang menyusui
3. Saudara laki-laki dari ibu yang menyusui
4. Ayah dari wanita yang menyusui
5. Ayah dari suami wanita yang menyusui
6. Saudara dari suami wanita yang menyusui
7. Bayi laki-laki yang menyusu pada wanita yang sama
Syarat-syarar yang harus dipenuhi ialah:
- Air susu wanita baligh
- Sampainya air susu kedalam perut
- Minimal 5 kali persusuan
- Sampai kenyang
- Maksimal 2 tahun10
G. Talak
Talak secara bahasa memiliki pengertian melepas ikatan dan memisahkan. 11 Adapun
secara istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisinya. Dalam ensiklopedi
Islam disebutkan bahwa menurut mazhab Hanafi dan Hambali talak ialah pelepasan ikatan
perkawinan secara langsung atau pelepasan ikatan perkawinan di masa yang akan datang. Secara
langsung maksudnya adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika
ucapan talak tersebut dinyatakan oleh suami. Sedangkan “di masa yang akan datang” maksudnya
adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh suatu hal. 12
Macam-macam talak antara lain:
1. Talak raj’i
Talak Raj’i, yaitu talak ketika suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah lagi
2. Talak bain
Talak Bain adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah
habis masa iddahnya.
3. Talak bain sugra
alak bain sughra yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan
talak khuluk (karena permintaan istri).
4. Talak bain kubra
Talak bain kubro yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali (talak tiga)
dalam waktu yang berbeda.

10
Nur Azizah Pulungan, Apakah Zina Menyebabkan Kemahraman? Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2018
11
Wahbah az-Zuhailī, Fiqih Imam Syafi’i Jilid 2, alih bahasa; Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, Cet 1, Jakarta:
Almahira, 2010, h. 579. Lihat juga; Abu Malik Kamal, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2007, h. 230.
12
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001, h. 53.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

pernikahan adalah institusi penting dalam Islam yang memiliki aturan dan ketentuan
yang telah ditentukan dalam agama. Pernikahan dianggap sebagai langkah suci untuk
membangun keluarga yang harmonis dan menjalankan tugas-tugas yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Pernikahan memiliki tujuan untuk memenuhi perintah agama,
membentuk keluarga yang harmonis, memperoleh kepuasan batin, dan memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasangan suami-istri. Pernikahan juga memiliki aturan dan syarat-syarat
yang harus diikuti, termasuk akad nikah, mahar, hak dan kewajiban suami-istri, serta tata cara
perceraian. Secara keseluruhan, Munakahat membahas panduan hukum yang berkaitan
dengan pernikahan dalam Islam dan bagaimana menjalankannya sesuai dengan ajaran agama.

Talak adalah tindakan perceraian dalam Islam yang diatur oleh aturan hukum agama.
Hal ini mencakup berbagai bentuk talak, seperti talak raj'i dan talak ba'in, yang memiliki
persyaratan dan prosedur yang berbeda.Pentingnya pertimbangan yang serius sebelum
memberikan talak, karena perceraian adalah tindakan yang serius dan harus dilakukan dengan
penuh kesadaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-zuhaili, W. (2004). al-fiqh al-islami wa Adilllatuh, vol.9. Damaskus: Dar al-


fikr.
ensiklopedi, D. R. (2001). ensiklopedi islam jilid 5. jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Muzammil, D. H. (2019). fiqih mukahat(hukum pernikahan dalam islam).
tanggerang: tira smart.
Pulungan, N. A. (2018). apakah zina menyebabkan kemahramam? Jakarta selatan:
Rumah Fiqih Publishing.
Suma, M. A. (2005). Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suryantoro, D. D. (2021). nikah dalam pandangan hukum islam. Vol.7No. 02 Juli
2021, 38-45.
Syaifuddin, P. D. (2009). hukum perkawinan islam di indonesia. Jakarta: Pranada
Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai