Anda di halaman 1dari 14

HUKUM UANG KERTAS DALAM BENTUK ORIGAMI

SEBAGAI MAHAR PERKAWINAN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF


(Menurut Pandangan Beberapa Ulama Di Kabupaten Karanganyar)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Syari’ah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
untuk Penyusunan Skripsi

Oleh :

AMIN RAIS
NIM. 16.21.2.1.009

JURUSAN HUKUM KELUARGA (AL-AHWAL ASY-SYAKHSHIYYAH)


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SURAKARTA
2019

0
PROPOSAL SKRIPSI

A. Judul Skripsi

Hukum Uang Kertas Dalam Bentuk Origami Sebagai Mahar Perkawinan Ditinjau
Dari Hukum Positif Menurut Beberapa Ulama Di Kabupaten Karanganyar

B. Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yang didalam nya terdapat
tujuan agama Islam (Maqasid Syari’ah). Maqasid Syari’ah secara terminologi dapat
diartikan sebagai prinsip syariah yang lima, yaitu memlihara agama, menjaga diri,
memelihara akal, memelihara keturunan, dan menjaga harta. Memelihara Keturunan
(Hifdh Nasl) yang tersirat didalamnya, sesungguhnya Allah SWT mensyariahkan pada
manusia untuk menikah untuk mendapatkan keturunan dan mewajibkan untuk menjaga
diri terhindar dari zina dan terhindar dari qadzaf. Para Ulama’ telah bersepakat bahwa
pernikahan disyari’atkan di dalam Islam. Dan menurut Ulama’ Imam Madzhab 4,
terbagi menjadi lima bagian.1

Allah SWT menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan merupakan


sunnatullah alamiah dengan rasa cinta yang dimiliki antar lawan jenis. Dalam hal ini,
Allah SWT berfirman dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 49:

‫ن ككلُل وشْيءء وخلوقْوناَ وزْووجْيمن لووعللككْم وتوذلكرَّكوون‬


ْ ‫وومم‬
Artinya:
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah (QS Ad-Dzariyat: 49).2 Adapula, dalam Surah Yasin ayat 36
sebagaimana3:
‫ت الوْرَّ ك‬
‫ض ووممْن أونفكمسمهْم ووممممواَ لو ويْعولمكون‬ ‫كسبْحواَون اللمذيِ وخلووق الوْزوواوج ككللوهاَ ممممواَ كتنْمب ك‬
Artinya:
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan berpasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.

1
Ahmad Sarwat, Fiqh Nikah, (E-Book: Kampus Syariah, 2009), cet. Ke-1, hlm. 13
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah. Jakarta.
1998, hlm. 523.
3
Ibid., hlm. 443
1
Perkawinan meupakan salah satu subsistem dari kehidupan beragama.
Maksudnya ialah perkawinan mengandung unsur ibadah. Melakukan perkawinan
berarti melakukan sebagian dari ibadah dan telah menyempurnakan sebagian dari
ajaran agama.4 Disamping itu, perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5 Dan, untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.6

Sebagai salah satu bentuk akad atau transaksi, perkawinan mengakibatkan adanya
hubungan hak dan kewajiban antara pihak-pihak terkait, yang dalam hal ini adalah
suami istri. Hak dan kewajiban harus dilandasi oleh beberapa prinsip antara lain
kesamaan, keseimbangan dan keadilan antara keduanya.

Adapun kewajiban yang melekat pada perkawinan ialah mengadakan mahar


kawin sebagai rasa cinta, suka dan ikhlas dari calon mempelai laki-laki kepada calon
mempelai perempuan atau sebagai nafkah awal yang dapat digunakan oleh calon istri
secara penuh dengan tidak menghilangkan nilai dan esensinya (maskawin) dari sang
suami yang akan membina bahtera keluarga bersamanya.7 Sejatinya mahar ialah harta
yang dikeluarkan suami bagi istrinya sebagai bentuk penghormatannya terhadap istri
dan bertujuan untuk membahagiakannya. Allah SWT berfirman:

ًَ‫صتدوقاتننهننو ننححولة‬
‫ووآَتتوُا الننسِواء و‬
Artinya:
“Berikanlah (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan..” (QS. An-Nisa: 4).

Artinya adalah sebuah kerelaan yang tidak memberatkan. Berkaitan dengan


mahar bukanlah sebagai alat tukar atau pembayaran, seolah-olah bagi perempuan yang
hendak dinikahi (calon istri) telah dibeli seperti barang.8 Melainkan merupakan sebuah
kesepakatan bersama antara kedua-belah pihak dengan tidak memberatkan dan tidak
mengadakan hal yang sulit serta tidak berlebih dalam memberikan mahar maskawin.

4
Amir Syarifuddn, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang
Perkawinan, (Jakarta: Pernada Media,2006), hlm. 19.
5
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2016),
cet. Ke- 7, hlm. 2.
6
Ibid, hlm. 324.
7
Ahmad Rabi’ Jabir Ar-Rahili, Mahar Kok Mahal: Menimbang Manfaat dan Mudaratnya, (Solo: PT. TIga
Serangkai, 2014) cet. Ke-1, hlm. 31.
8
Drs. Beni A Saebani, Perkawinan Dalam Hukum Islam Dan Undang-Undang: Perspektif Fiqh Munakahat
dan UU No. 1/1974 tentang Poligami dan Problematikanya, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), Cet. I, hlm. 95.
2
Dijelaskan dalam sebuah Hadits riwayat al-Bukhori, terdapat tanggapan dari
Rasulullah saw, bersabda:9
‫صسسندقتوها إ يسساه ؟ و‬
‫ ومانعنسسدي إل‬: ‫ف قوسساول‬ ‫ هوسسحلَ نعحنسسود و‬: ‫صلَ ات وعلوحينه وووسسسلوم‬
‫ك نمسسحن وشسسحيء تت ح‬ ‫فووقاول ورتسوُنل ان و‬
‫ وفاحلتونم ح‬. ‫ك‬
ُ،‫س وشحيًئا‬ ‫ت لو إوزاور لو و‬ ‫ إحن أحع و‬: ‫صلَ ات وعلوحينه وووسلوم‬
‫ُوجلوحسِ و‬،‫طحيتووها إياته‬ ‫ فووقاول ورتسوُتل ل و‬.‫إنوزانري هووذا‬
‫التونم ح‬: ‫ وقاول‬.‫ما و أونجتد وشحيًئا‬: ‫فووقاول‬
‫س وو لوحوُ وخاتوًما نمحن حنديند‬
Artinya:
”Nabi Saw bertanya pada sahabat tersebut: “Apakah kamu mempunyai sesuatu untuk
maskawin? Jawabnya: “Saya tidak punya sesuatu kecuali sarung yang sedang aku
pakai ini”, sabda Nabi Saw: “Jika sarung itu kamu berikan kepadanya maka kamu
tidak akan memakai apa-apa”. Sabda Nabi Saw: “Carilah maskawin, walaupun hanya
sebuah cincin dari besi.”

Telah jelas bahwa dalam pemberian mahar tidak dituntut untuk bermewah-
mewahan dan hanya untuk mencari sensasi atau perhatian belaka serta status sosial
yang dimilikinya. Mengingat akan hal ini, tindakan mempersulit dan berlebihan dalam
menetapkan mahar dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip
kemudahan, toleransi, dan kesederhanaan Islam itu sendiri.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 78.

”ٍَ‫…“وووما وجوعولَ وعلوحيتكحم نفي الندنينن نمحن وحورج‬

Artinya:
“… dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama”.

Dalam ayat lain disebutkan, dalam QS. Al-Baqarah ayat 185.

َّ‫كيرَّميكد الللكه مبكككم اْلكيْسورَّ وولو كيرَّميكد مبكككم اْلكعْسر‬


Artinya:
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu…”

Telah terdapat variasi mahar berupa mahar origami yang kini banyak ditawarkan
oleh jasa penghias mahar maskawin. Tidak jarang pula, uang mahar yang dipergunakan
harus dipotong untuk disesuaikan. Ada dalam bentuk uang logam dan uang kertas,
sekaligus dengan tatanan semi-permanen dan permanen. Dengan maksud, untuk
memperindah tampilan mahar yang dipersembahkan. Disebabkan pula oleh pola
9
Abdul Aziz Ibn Julawi, Kitab Shahih Bukhori, (Riyadh: Darussalm, 2000), cet. Ke-3. Hlm.
3
masyarakat sekarang yang suka meniru gaya modernisasi dalam hal maskawin.
Ditambah, desakan sosial yang menginginkan kesempurnaan untuk ditampilkan saat
prosesi perkawinan.10

Maka hal ini, banyak membawa dampak perubahan yang berprinsip hemat,
sederhana beralih pada penampilan yang diutamakan sehingga tidak jarang malah
mempersulit. Terlepas dari jenis kuantitasnya, merupakan salah satu yang terpenting
ialah pemanfaatan mahar yang telah diberikan. Baik dari materiil dapat digunakan
dalam penggunaan ataupun dalam bentuk non-materiil dapat berguna untuk tujuannya.
Dimaksudkan dengan tidak merubah atau menghilangkan nilai dan esensi dari sebuah
mahar tersebut. Atas dasar itulah, Islam menyeru umatnya bersikap hemat dalam mahar
dan sederhana saat pernikahan dan prosesinya, sehinnga semua rangkaian tidak
menyulitkan atau membebani kedua mempelai. Sebab dalam pandangan Islam, seluruh
rangkaian prosesi tidak lebih dari simbol belaka, sementara substansinya adalah ikatan
dan komitmen mereka berdua.11

Sebagai contoh, tanggal 19 Januari 2017. Dilangsungkannya perkawinan atas


nama Ashar (mempelai pria) dengan Tita (mempelai wanita) di Kecamatan Jatipuro,
Kabupaten Karanganyar. Menggunakan maskawin dengan nominal sebesar Rp. 190.117
(seratus sembilan puluh ribu seratus tujuh belas) berupa uang origami yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menyerupai pasangan burung dara.

Adapun, tertanggal pada 20 Desember 2018 bertempat di rt 01 rw 03 Dusun


Pagutan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Terlaksananya
perkawinan antara Muhammad Farid Muqarrabin (mempelai pria) dengan Herviana
Aulia Fajrianti (mempelai wanita). Menggunakan maskawin dengan nominal sebesar
Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) berupa uang origami yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga menyerupai wayang kulit.

Dari beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat pada umumnya, kini yang
lebih banyak mengutamakan penampilan daripada inti dari maskawin. Maka, untuk itu
penulis berusaha untuk melakukan penelitian. Dengan karya tulis berupa Skripsi yang
berjudul “Hukum Uang Kertas Dalam Bentuk Origami Sebagai Mahar

10
Ahmad Rabi’ Jabir Ar-Rahili, Mahar Kok Mahal: Menimbang Manfaat dan Mudaratnya, hlm. 75. Lihat
(Faktor-faktor Penyebab Tingginya Kadar Mahar hlm. 77-90)
11
DIREKTORAT BINA KUA & KELUARGA SAKINAH DITJEN BIMAS ISLAM KEMENAG RI, Fondasi Keluarga
Sakinah: Bacaan Mandiri Calon Pengantin, Februari 2017. Hlm. 34.
4
Perkawinan Ditinjau Dari Hukum Positif (Menurut Pandangan Beberapa Ulama
Di Kabupaten Karanganyar).”

C. Rumusan Masalah

Ada beberapa masalah yang terdapat dalam penulisan proposal skripsi ini,
sebagai berikut:
1. Apakah berubah nilai dan esensi uang kertas sebagai mahar dalam bentuk origami
menurut beberapa ulama di Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana implikasi uang mahar dalam betuk origami dalam penggunaannya
terhadap hukum positif?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah berubah nilai dan esensi uang kertas sebagai mahar
dalam bentuk origami menurut beberapa ulama di Kabupaten Karanganyar.
2. Untuk memahami implikasi uang mahar dalam betuk origami dalam
penggunaannya terhadap hukum positif.

Setelah mengetahui tujuan dari penelitan dengan masalah yang ada, sehingga
dapat memberi manfaat dalam penelitian. Manfaat yang dapat diperoleh baik berupa
dari segi teoritis dan dari segi praktis selanjutnya bagi pihak yang berkepentingan.

E. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian akan mempunyai nilai jika suatu penelitian tersebut memiliki
tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan diatas, maka
manfaat yang akan didapat adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangsih pemikiran yang
ilmiah bagi khazanah dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu
mengenai perkawinan khususnya pada mahar perkawinan.
2. Manfaat Praktis
a. Calon Pengantin

5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
calon pengantin dalam proses perkawinan dengan mengadakan mahar perkawinan
yang sesuai dengan syariat Islam secara sederhana dan praktis.

b. Bagi Peneliti dan Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas


wawasan bagi peneliti terkhusus dan pembaca umumnya mengenai mahar
origami dalam pernikahan. Diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian dengan topik yang sama tetapi populasi yang
berbeda.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan kerangka teori untuk memudahkan pemahaman dan


menjaga agar tidak terjadi kesalah fahaman pembahasan, maka perlu adanya penegasan
istilah adalah sebagai berikut:

1. Hukum

Dalam bukunya “Pengantar Dalam Hukum Indonesia – Utrecht”


mendefinisikan hukum yaiu himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan arena itu
harus ditaati oleh masyarakat itu.12

2. Mahar

Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam.13 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq mahar adalah harta atau
manfaat yang wajb diberikan oleh seseorang mempelai pria dengan sebab nikah
atau watha’.14 Dari beberapa pengertian, dapat ditarik kesimpulan mengenai
definisi mahar yaitu pemberian pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai
wanita yang berupa harta atau manfaat karena adanya ikatan perkawinan.

3. Perkawinan

12
Drs. C.S.T. Kansil, S.H, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1989), Cet. VIII, hlm. 38.
13
Kompilasi Hukum Islam, Bab I Hukum Perkawinan Pasal 1 huruf d, (Bandung: Citra Umbara, 2016),
hlm. 1.
14
Drs. Beni A Saebani, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), Cet. VI, hlm. 261.
6
Secara etimologi perkawinan adalah perihal kawin atau pernikahan. 15
Sedangkan dalam Undang-Undang Indonesia yang berlaku, menurut undang-
undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.16 Perkawinan menurut hukum Islam
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqon gholiidhon untuk
menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.17

4. Origami

Origami merupakan seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Kata
origami merupakan gabungan dari kata ori yang berarti melipat dan kami yang
berarti kertas. Jika, kedua kata itu digabungkan ada perubahan sedikit tetapi tidak
mengubah artinya yakni dari kata kami menjadi gami sehingga yang terjadi bukan
orikami melainkan origami, maksudnya melipat kertas.18 Maka yang dimaksud
dengan origami adalah seni melipat kertas menjadi berbagai bentuk.

5. Hukum Positif

Hukum Positif adalah hukum yang berlaku di sebuah tempat saat ini seperti
halnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia.19 Hukum yang berlaku tersebut
terdiri dari ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan yang saling berhubungan dan
saling menentukan, oleh karena itu aturan-aturan tadi merupakan suatu susunan
dan tata hukum. Tata hukum itu sah dan berlaku bagi suatu masyarakat, jika
dibuat dan ditetapkan oleh penguasa masyarakat itu, masyarakatnya itu sendiri
disebut juga masyarakat hukum.

6. Uang

15
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. III, hlm. 519.
16
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Bandung:
Citra Umbara, 2016), hlm. 2.
17
Ibid, hlm. 324.
18
(http://wrm-indonesia.org/content/view/203/2/).
19
Abd. Halim Musthofa, “Relevansi Hukum Positif Dan Hukum Islam,” IAIN Tribakti (Kediri) Vol. 25
Nomor 2, 2014, hlm. 3.
7
Uang adalah alat pembayaran yang sah. Adapun, mata uang adalah uang
yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Rupiah. Kertas uang adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat
Rupiah kertas yang mengandung unsur pengaman dan yang tahan lama. Ciri
rupiah adalah tanda tertentu pada setiap Rupiah yang ditetapkan dengan tujuan
untuk menunjukkan identitas, membedakan harga atau nilai nominal, dan
mengamankan Rupiah tersebut dari upaya pemalsuan.20

G. Tinjauan Pustaka

Beni Ahmad Saebani dalam bukunya dengan judul buku, Fiqh Munakahat 1 dan
Fiqh Munakahat 2, memaparkan konsep berbagai materi-materi berkenaan dengan
perkawinan secara jelas dan terperinci hingga dibuatnya dua buku fiqh munakahat ini.
Membahas mulai dari awal pengertian, dasar, macam, contoh, penyelesaian, serta
menarik pendapat dari sumber terpercaya sehingga hampir seluruh persoalan yang ada
dalam perkawinan setidaknya telah dirangkum didalam buku ini.

Amir Syarifudin dalam bukunya yang berjudul, Hukum Perkawinan Islam di


Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, memaparkan
dengan rinci berbagai muatan hukum dalam sebuah ikatan perkawinan, dengan
pendekatan lintas madzhab fiqh untuk menelaah secara kritis hukum perkawinan saat
ini untuk kemudian dipilih dan pilah pendapat yang sesuai dengan kemaslahatan yang
sesuai dengan komparasi terhadap Kompilasi Hukum Islam, agar hukum perkawinan,
dapat diterapkan dalam konteks keindonesiaan.

Beni Ahmad Saebani dalam bukunya yang berjudul, Perkawinan Dalam Hukum
Islam Dan Undang-Undang (perspektif fiqh munakahat dan UU No. 1/1974 tentang
poligami dan problematikanya), salah satu materi dalam bukunya ialah membahas
mengenai mahar meliputi pengertian mahar dalam Hukum Islam, bentuk mahar, macam
mahar, mahar dalam Kompilasi Hukum Islam, kedudukan mahar, dan Hak perempuan
atas mahar.

Ahmad Rabi’ Jabir ar-Rahili bukunya yang berjudul, Mahar Kok Mahal
(Menimbang Manfaat dan Mudaratnya). Buku tersebut menjadi referensi yang sangat
mendukung bagi penulis. Dikarenakan, dalam buku ini dikupas secara terperinci perihal
hal yang terkhusus berkaitan dengan mahar. Mulai dari teori-teori hingga bersifat
20
Dalam pasal 1 ayat 6, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
8
praktis meliputi contoh nyata keadaan dan kondisi mahar dalam berbagai wilayah.
Disertai pula dengan penentuan, faktor penyebab dan pengaruh mahar dalam
perkawinan. Serta terdapat pendapat oleh para ulama menanggapi mahar kawin
antaranya dari zaman klasik hingga kontemporer.

Terdapat pula, sumber yang penulis jadikan referensi dari beberapa jurnal hukum
dan yang terkait.21 Penelitian ini tentunya tidak bisa lepas dari tulisan-tulisan atau
penelitian yang telah ada. Di perpustakaan juga terdapat skripsi yang mambahas
mengenai mahar, tetapi pembahasannya berbeda dengan ini. Untuk memperoleh
gambaran tentang posisi penelitian ini diantara karya-karya yang sudah ada, berikut
penulis ilustrasikan penelitian yang sudah ada.

Pertama, dengan judul skripsi, “Mahar Sebagai Hukuman Tambahan Pada Pelaku
Pemerkosaan (studi analisis terhadap Pendapat Imam Malik)” oleh Noviana Andri
Nuraeni tahun 2007. Dalam skripsi ini membahas mengenai mahar tambahan pada
pelaku pemerkosaan diqiyashkan dengan pencurian.22

Kedua, skripsi berjudul, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mahar Uang Yang
Menjadi Hak Millk Wali Nikah (studi kasus di Desa Geneng, Kecamatan Batealit,
Kabupaten Jepara)”, oleh Ulil Albab tahun 2008. Dibahas didalamnya dimaksud siapa
saja yang berhak menerima mahar.23

Ketiga, dalam skripsi berjudul, “Pendapat Imam Syafi’i Tentang Batas Terendah
Maskawin” yaitu skripsi dari Agus Muhaimin tahun 2009, dalam pembahasannya lebih
condong dan mendetail menanggapi pendapat dari Imam Syafi’i antaranya meliputi
batas terendah maskawin menurut Imam Syafi’i melalui istinbath hukum Imam Syafi’i
dalam Bab IV, terdapat pula mencantumkan kitab-kitabnya seperti al-Umm dan al-
Risalah.24

21
(Jurnal yang digunakan: “Jurnal Asy-Syir’ah, Bambang Sugianto, “Kualitas Dan Kuantitas Mahar Dalam
Perkawinan, Kasus Wanita yang Menyerahkan Diri kepada Nabi Saw, Vol. 45. Nomor II. 2011.”; “Jurnal isi.indd,
Hariaj Damis, “Konsep Mahar Dalam Perspektif Fikih Dan Perundang-Undangan, Kajian Putusan Nomor 23
K/AG/2012. 2016”; “Jurnal Ilmu Hukum, Abd Halim Musthofa,”Relevansi Hukum Positif Dan Hukum Islam”, IAIN
Tribakti Kediri, Vol. 25. Nomor 2. 2014).
22
Shofi Akhmad Saryanto,”Mahar Sebagai Hukuman Tambahan Pada Pelaku Pemerkosaan (studi analisis
terhdap Pendapat Imam Malik).” Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah STAIN, Surakarta,
Surakarta, 2007, hlm.61.
23
Ulil Albab, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mahar Uang Yang Menjadi Hak Wali Nikah (studi kasus di
Desa Geneng, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara).” Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan AL-AHWAL ASY-
SYAKHSIYYAH STAIN, Surakarta, Surakarta, 2008, hlm.60.
24
Agus Muhaimin, “Pendapat Imam Syafi’i Tentang Batas Terendah Maskawin”. Skripsi Fakultas Syariah
IAIN Surakarta, Surakarta 2009, hlm. 65.
9
Keempat, dalam skripsi berjudul, “Pandangan Imam Madzhab Terhadap Mahar
Berupa Jasa” yaitu skripsi dari Eka Puji Lestari tahun 2011, dalam pembahasannya
lebih terfokus pada pemberian jasa dari mahar perkawinan menurut empat Imam
Madzhab yaitu, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali.25

Kelima, dalam skripsi berjudul, “Pemberian Mahar Adat Jawa Dalam Perspektif
Hukum Islam (studi kasus di Desa Canden, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali)”
oleh Noviana Andri Nuraeni tahun 2016. Dalam skripsi ini, dibahas tentang gambaran
umum masyarakat Boyolali26

H. Metode Penelitian
Metode memiliki peranan penting bagi tercapainya suatu tujuan atas suatu
penelitian. Adapun dalam penelitian proposal skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan proposal
skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kulitatif ialah jenis penelitian
yang menekankan proses analisis suatu data yang kebenarannya masih bersifat
relatif, fleksibel dan tumbuh berkembang. Dilihat dari pendekatannya yaitu
kualitatif normatif, melakukan pendekatan dengan masalah yang ada berdasarkan
pada aturan hukum positif dan hukum Islam yang berlaku. Dalam penelitian ini,
adanya analisi data dan kolerasi antara library research dengan field research.

2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, dimana bermaksud untuk memberikan penjelas mengenai kejadian.
Kemudian diinterprestasikan dalam bentuk keterangan yang masih ada
relevansinya dengan pokok bahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara
Dengan mewawancarai beberapa informan-informan yang dianggap
memiliki kapasitas dan pemahaman tentang pembahasan materi yang
bersangkutan dengan ini secara mendalam (in-depth interviewing).
25
Eka Puji Lestari, “Pandangan Imam Madzhab Terhadap Mahar Berupa Jasa” Skripsi tidak diterbitkan,
Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Semarang, Semarang, 2011, hlm.62.
26
Noviana Andri Nuraeni, “Pemberian Mahar Adat Jawa Dalam Perspektif Hukum Islam”. Skripsi Fakultas
Syariah IAIN Surakarta, Surakarta 2016, hlm. 65.
10
b. Mencatat Dokumen
Mencatat hal-hal yang diperlukan guna memenuhi dan melengkapi
data-data dalam wawancara untuk pembuatan skripsi ini.
c. Angket atau Kuisioner
Yang dimaksud ialah memberikan pertanyaan tertulis kepada para
informan sesuai materi, agar tidak melebar serta efisiensi waktu saat proses.

4. Teknik Analisis Data


Dalam metode analisi data ini adalah deskriptif-analitis. Analisi data yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder.
Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan
yang diakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang
dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi
objek.27

Sumber data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah sumber
data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. 28 Baik melalui
wawancara maupun laporan dalam bentuk dokumen tertulis yang kemudian
diolah oleh peneliti. Melalui wawancara kepada beberapa Ulama di Kabupaten
Karanganyar.

Data Sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer disini meliputi Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Bahan hukum sekunder
dalam hal ini merujuk pada teori-teori dan tulisan-tulisan ilmiah hukum, terdapat
“teori hukum positif”, dan journal-journal semisal yang mendukung.

I. Sistematika Penulisan
Pada garis besarnya skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian
utama skripsi dan bagian akhir. Bagian awal skripsi ini terdiri dari Halaman Sampul,
Halaman Judul, Halaman Lembar Persetujuan Pembimbing, Halaman Lembar
Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi.

27
Zainuddin. Ali, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) cet. Ke-2. Hlm. 107.
28
Sumadi. S, “Metodologi Penelitian”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persda, 2006) cet. Ke-1. Hlm. 38.
11
Bagian isi terdiri dari 5 bab, sedangkan dari tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab
dan selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi: Latar Belakang Masalah, Penegasan Judul, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian (Jenis Penelitian, Tipe Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Pendekatan) Sistematika
Penelitian, Sistematika Penulisan, Jadwal Rencana Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi:, Pengertian Perkawinan, Hukum Positif, Uang dan
Mahar; Macam-Macam Mahar dan Jenis Uang.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini diuraikan pandangan pendapat yang berupa argumentasi, dasar,
alasan, penilaian dan tanggapan dari beberapa ulama yang ada di
Kabupaten Karanganyar antaranya Ketua Majelis Ulama Indonesia,
Ketua Nahdlotul Ulama, Ketua Muhammadiyah dan informan yang
berkompeten dalam disiplin ilmu terkait.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini akan menganalisis nilai dan esensi dari mahar origami oleh
pandangan beberapa Ulama di Kabupaten Karanganyar
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang
memuat Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.
Bagian akhir ini memuat Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran, Daftar Riwayat
Hidup Penulis.

J. Jadwal Rencana Penelitian


Dalam penyelesaian skripsi ini, dari persiapan proposal sampai dengan
penyusunan akhir, menggunakan kurun waktu kurang lebih 6 bulan, terhitung mulai
Augustus 2019 sampai dengan januari 2019. Dengan perincian sebagai berikut :

No Bulan Kegiatan Keterangan

12
1 Agustus 2019 Mencari informasi, buku-buku, dan Selama
penulisaan proposal. Penyelesaian
2 Januari 2019 Pengajuan proposal, dan seminar skripsi penulis
proposal. selalu meminta
3 Januari dan Penyusunan skripsi, dan konsultasi bimbingan dari
Februari 2019 pembimbing. pembimbing

4 Februari 2019 Persiapan ujian skripsi yang ditunjuk.

DAFTAR PUSTAKA

Kansil. C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1989.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah
1998.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Syarifuddin. A, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan, Jakarta: Pernada Media, 2006.

Suryabrata. S, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Saebani. A. Beni, Perkawinan Dalam Hukum Islam Dan Undang-Undang, (Perspektif Fiqh
Munakahat dan UU No.1/1974 tentang Poligami dan Problematikanya), Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008.

Sarwat. A, Fiqh Nikah, e-Book: Kampus Syari’ah, 2009.

Saebani. A. Beni, Fiqh Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Ali. Z, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Undang-Undang Republik Indonseia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Jabir. R. Ahmad, Mahar Kok Mahal, (Menimbang Manfaat dan Mudaratnya), Solo: PT Tiga
Serangkai, 2014.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung:
Citra Umbara, 2016.

Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Direktorat Bina KUA & Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga
Sakinah, (Bacaan Mandiri Calon Pengantin), Jakarta: Titikoma, 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai