DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari
yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah?”(An-Nahl;72)
1
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber
daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia
terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa
salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga. Tidak
dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa.
Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila
pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan
untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita tercinta ini agar menjadi keluarga
yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat, maju
dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di
Indonesia, sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera
dengan visi dan misinya yang telah derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB”
dan ”Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
B. Rumusan Masalah
Beberapa Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Pernikahan dari segi bahasa maupun istilah?
2. Apa Hukum Pernikahan?
3. Apa saja Syarat Pernikahan?
4. Apa Tujuan Pernikahan?
5. Bagaimana konsep keluarga berencana secara umum?
6. Bagaimana keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits?
7. Bagaimana hukum keluarga berencana dalam Islam?
8. Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam?
2
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui
pentingnya pengetahuan terhadap Pernikahan (Munahakat) dimana setiap orang pasti
akan mengalami sebuah Pernikahan dan untuk mengetahui hukum keluuarga
berencana menurut islam.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat memahami pengertian dari Pernikahan.
2. Pembaca dapat mengetahui proses dalam sebuah Pernikahan secara Islam.
3. Pembaca dapat mengetahui tujuan serta hikmah dari Pernikahan yang benar secara
Islam.
4. Pembaca dapat mengetahui bagaiman Hukum Kb dalam islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan
menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga
menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya yang diucapkan oleh kata-kata ,
sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawajdigunakan dalam al-
Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
B. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang
artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan
pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya
pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga
bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh
Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh
bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak
segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang
siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
4
Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera
menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah.
C. Peminangan (Khitbah)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan
perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh
kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah
dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum
peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara
sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang.
Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda
ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki,
pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka
hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau
penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat
untuk seorang wanita ialah wajah dan keduatangannya saja.
5
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan
meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang
hendak menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah
melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk
melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi
dan Nasai)
D. Syarat Pernikahan
1. Rukun nikah
Pengantin laki-laki
Pengantin perempuan
Wali
Dua orang saksi laki-laki
Mahar
Ijab dan kabul (akad nikah)
6
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
4. Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Telah pubertas
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umroh
tidak fasik
Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika
syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan
itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal
yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan
selamanya.
5. Jenis-jenis wali
Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang
mempunyai hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
7
perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan
calon istri yang hendak dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak
menjadi wali
Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali,
jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh
wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak
ada yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau
pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik
menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.
6. Syarat-syarat saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam
Berakal
Telah pubertas
Laki-laki
Memahami isi lafal ijab dan qobul
Dapat mendengar, melihat dan berbicara
Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)
Merdeka
7. Syarat ijab
Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
8
8. Syarat qobul
Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
Tidak ada perkataan sindiran
Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
Menyebut nama calon istri
Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil Wali akan mendapatkan kesaksian dari para
hadirin khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta saksi
mengatakan lafal "SAH" atau perkataan lain yang sama maksudya dengan perkataan itu.
Selanjutnya Wali/wakil Wali akan membaca doa selamat agar pernikahan suami
istri itu kekal dan bahagia sepanjang kehidupan mereka serta doa itu akan diAminkan
oleh para hadirin. Bersamaan itu pula, mas kawin/mahar akan diserahkan kepada pihak
istri dan selanjutnya berupa cincin akan dipakaikan kepada jari cincin istri oleh suami
sebagai tanda dimulainya ikatan kekeluargaan atau simbol pertalian kebahagian suami
istri.Aktivitas ini diteruskan dengan suami mencium istri.Aktivitas ini disebut sebagai
"Pembatalan Wudhu".Ini karena sebelum akad nikah dijalankan suami dan isteri itu
diminta untuk berwudhuterlebih dahulu.
Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah
pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia tidak
perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset pernikahan
disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul urus)yang tidak perlu
dibebankan atau dibuang.
9
E. Tujuan Pernikahan
10
d. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah
hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari
sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan
dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain, bahkan
berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah)
12
Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan
ialah:
a. Ibu susuan
b. Nenek dari saudara ibu susuan
c. Saudara perempuan susuan
d. Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
e. Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan
f. Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:
g. Ibu mertua
h. Ibu tiri
i. Nenek tiri
j. Menantu perempuan
k. Anak tiri perempuan dan keturunannya
l. Adik ipar perempuan dan keturunannya
m. Sepupu dari saudara istri
n. Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya
13
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi
ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
14
3. Sasaran Keluarga Berencana
a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS
diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi.
15
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load
terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat
lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
5. Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar
prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi
dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk
kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
6. Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu
yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang
bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.
16
2. Pandangan Al-Hadist tentang keluarga berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
)إنكُتدرُورثكُأغنياءُخيرُمنُأنُتدرهمُعالةُلتكففونُالناسُ(متفقُعليه
الُصلُفىُاألشياءُالباحةُحتىُيدلُعلىُالدليلُعلىُتحريمها
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
)195ُ:ُولُتلقواُبأيديكمُإلىُالتهلكةُ(البقرة
كاداُالفقرُأنُتكونُكفرا
17
c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:
ولُضررُولُضرار
18
J. Cara KB yang diperbolehkan dan dilarang oleh islam
1. Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet
vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
)ُُفلمُينههاُ(رواهُمسلم.ُم.كناُنعزلُعلىُعهدُوسولُهللااُص
ُ Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban
dan hak di antara keduanya melalui kata-kata secara lisan,
sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwajibkan secara Islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia
bukanlah ummadku”.
Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi
pernikahan yang mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam.
Adapun cangkupan pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya
Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan,
Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat membenci
sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal
yang menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara
terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan
dalam Islam pun dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah
bagi kaum perempuan.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara
kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak
permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang
lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada
dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia
dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudlarat) bagi kesehatan.
20
B. Kritik Dan Saran
Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai
pernikahan dan KB ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca
mengenai pernikahan dan KB berdasarkan Islam. Adapun kritik maupun saran dapat
disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi penulisan,
materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.
21