Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA TENTANG PERNIKAHAN

Disusun Oleh:
Nama : Rea Dwi Anggraini
No : 30
Kelas : XII OTKP 2

SMK NEGERI 1 BOYOLALI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-
Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas pendidikan agama tentang pernikahan. Di samping itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya
kami di waktu-waktu mendatang.

Boyolali, November 2021

Rea dwi Anggraini

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II ISI LAPORAN
A. Nikah Secara Umum
a) Pengertian Nikah
b) Dasar hukum nikah
c) Syarat Nikah
d) Rukun Nikah
e) Perceraian dan Akibat Hukumnya
B. B. Nikah Mut”ah
a. Pengertian Nikah Mut‟ah
b. Dasar hukum nikah Mut‟ah
c. Syarat dan Rukun Nikah Mut‟ah
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
 Pendapat ulama tentang nikah mut‟ah
B. Pembahasan
1. Nikah mut‟ah Bagi Tentara menurut Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
2. Akibat hukum dari nikah mut‟ah
BAB IV : PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Perkawinan menurut ilmu fiqih, di sebut dengan istilah nikah yang mengandung dua arti,
yaitu (1) arti menurut bahasa adalah berkumpul atau besetubuh, dan (2) arti menurut hukum
adalah akad atau perjanjian dengan lafal tertentu antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan untuk hidup bersama sebagai suami isteri. 1 Perkawinan dalam Islam bukan
semata-mata hubungan atau kontrak keperdataan biasa, tetapi mempunyai nilai ibadah,
sebagaimana dalam KHI ditegaskan bahwa perkawinan merupakan akad yang sangat kuat
untuk menaati perintah Allah dan pelaksanaannya merupakan ibadah sesuai dengna pasal 2
Kompilasi Hukum Islam.
Ibadah sendiri merupakan pengindonesiaan dari al-ibadah, yang artinya pengabdian, ketaatan,
menghinakan atau merendahkan diri dan do’a. ibadah merupakan satu bagian dari syarat
Islam, ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah
kepada allah disebut Abdullah atau hamba. Bahwa pada hakikatnya ibadah mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, sehingga ibadah bisa dibagi menjadi ibadah dalam arti khusus dan
ibadah dalam arti umum.Ibadah dalam arti khusus yaitu ibadah yang macam dan cara
melaksanakannya telah ditentukan oleh syari’at (ketentuan dari Allah dan Rasulullah),
bersifat mutlak manusia tidak ada wewenang, merubah, menambah, mengurangi atau
membuat cara sendiri dalam beribadah. Dikenal dengan ibadah mahdah

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting karena rumusan ini memberikan
arahan yang penting dalam membahas masalah yang teliti, sehingga penelitian dapat
dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Berdasarkan
uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana pendapat ulama, PAROIS (Prajurit Rohani Islam) dan anggota TNI
tentang nikah mut‟ah?

b. Apa akibat hukum dari nikah mut‟ah?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tentang pendapat ulama, PAROIS dan tentara tentang nikah
mut‟ah

b. Untuk mengetahui tentang akibat hukum nikah mut‟ah

D. Manfaat

Dari tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Penulis mengharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu


pengetahuan tentang nikah mut‟ah dipandang dari perspektif hukum islam.

b. Diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

2. Manfaat praktis

Memberikan gambaran tentang nikah mut‟ah dipandang dari perspektif hukum islam yang
diharapkan bisa memberikan pemahaman dan wacana kajian hukum nikah mut‟ah bagi
masyarakat, khususnya dikalangan tentara, penulis dan pembaca pada umumnya.

BAB II

ISI MAKALAH

Nikah Secara Umum

a. Pengertian Nikah

Pernikahan adalah sesuatu yang suci dan diagungkan dalam agama, baik islam maupun
agama lainnya. Oleh karena itu, tidak setiap orang dapat melakukannya sendirian, melainkan
harus ada orang lain yang menikahkan dan menjadi saksi atas pernikahan tersebut. Lebih dari
itu, dalam pernikahan juga terdapat kesepakatan dan perjanjian atau komitmen untuk
melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab masing-masing (suami-istri). Stabilitas
kehidupan rumah tangga adalah modal dasar bagi upaya pembinaan keluarga bahagia dan
sejahtera.

b. Dasar Hukum Nikah

Pernikahan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan melakukannya merupakan
ibadah. Nikah merupakan sunnatullah yang dasarnya terdapat dalam kitabullah dan
sunnatullah. Firman Allah SWT.

Q.S:An-nisa:1 yang berbunyi:

  ‫ث‬ َّ ‫س َّو ا ِح َد ة ٍ َّو َخ َل َق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا َو َب‬ ٍ ‫َخ َل َق ُك ْم ِّم نْ َّن ْف‬


ْ ‫ِم ْن ُه َم ا ِر َج ا اًل َك ِث ْي ًر ا َّو ِن َس ۤا ءً ۚ َو َّات قُ وا هّٰللا َ الَّ ِذ‬
‫ي‬
‫ان َع َل ْي ُك ْم َر ِق ْي بً ا‬ ‫َت س ۤا ء لُ ْو ن ب ٖه و ا اْل َ ْر ح ام ۗ ِا َّن هّٰللا‬
َ ‫َ َك‬ َ َ َ ِ َ َ َ
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS An-Nisa:1) 20

Allah SWT. Berfirman Q.S. Yasin : 36

ُ ‫ت ا اْل َ ْر‬
‫ض‬ ُ ‫اج ُك لَّ َه ا ِم َّم ا ُت ۢ ْن ِب‬
َ ‫ي َخ َل َق ا اْل َ ْز َو‬
ْ ‫ُس ْب ٰح َن الَّ ِذ‬
‫َو ِم نْ اَ ْن فُ ِس ِه ْم َو ِم َّم ا اَل َي عْ َل ُم ْو َن‬
Artinya: “Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui”.

Allah SWT. Menciptakan makhluknya tak terkecuali termasuk manusia adalah saling
berpasangan, agar dijadikan renungan manusia, bahwa pada dasarnya keberadaan
manusia yang oleh Allah di berikan pasangan hidup, bagi suami mendapatkan istri dan
istri mendapatkan suami. Demikian ini bukanlah suatu kejadian kebetulan saja namun
merupakan bahan renungan agar manusia saling menyadari bahwa pertemuan suami dan
istri mengandung tuntutan agar kehidupan keduanya dapat melangsungkan kehidupan
serta mengembangkan keturunan.

Firman Allah SWT. Q.S. An-Nuur; 32

‫الص لِ ِح ْي َن ِم نْ عِ َب ا ِد ُك ْم‬ ّٰ ‫ام ى ِم ْن ُك ْم َو‬ ٰ ‫َو اَ ْن ِك ُح وا ا اْل َ َي‬


‫َو ِا َم ۤا ِِٕٕى ُك ْ ۗم ِا نْ َّي ُك ْو ُن ْو ا فُ َق َر ۤا َء ُي ْغ ِن ِه م ُ هّٰللا ُ ِم نْ َف ضْ لِ ٖ ۗه‬
‫هّٰللا‬
ٌ ‫َو ُ َو اسِ ٌع َع لِ ْي م‬
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”23

Berdasarkan ijma para ulama sepakat bahwa nikah adalah perbuatan yang mulia dan
banyak memberikan kemanfaatan, bahkan dengan nikah dapat mengurangi jumlah
pelanggaran di bidang perzinahan yang akan mengakibatkan kerusakan, bukan saja pada
dirinya sabagai penzina tetapi pada masyarakat bahkan bangsa dan negara.

c. Syarat Nikah

 Laki- laki dan perempuan beragama islam

 Laki- laki bukan seorang yang mahram bagi calon istri

 Asal usul nikah jelas

 Tidak sedang melaksanakan ibadah haji

 Tidak ada paksaan

d. Rukun Nikah

 Ada mempelai laki-laki

 Ada mempelai perempuan

 Wali nikah untuk mempelai perempuan


 Dua orang laki-laki sebagai saksi nikah

 Ijab dan Qabul

e. Perceraian dan Akibat Hukumnya

Merujuk pada pasal 41 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, akibat hukum terhadap
anak Apabila ada perceraian, maka Baik Ibu atau Ayah tetap berkewajiban memelihara dan
mendidik anak-anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak tidak ada perselisihan
mengenai penguasaan anak-anak, Maka pengadilan akan memberi keputusannya. Ayah
bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak.
Jika sang ayah dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka Pengadilan
dapat menentukan bahwa Ibu ikut mengikuti gaya tersebut. Selain itu pengadilan dapat
mewajibkan kepada mantan suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau
menentukan suatu kewajiban bagi mantan istri. Setelah perceraian, anak dapat berada di
bawah pemeliharaan Ayah atau Ibu maka yang menjamin jumlah biaya pemeliharaan dan
pendidikan anak adalah ayah. Mengenai besaran jumlah biaya ditentukan atas dasar
kebutuhan anak dan ketentuannya disesuaikan dengan keadaan ekonomi ayah. Apabila ayah
kesulitan ekonomi maka ibu juga wajib membiayai anak.

Nikah Mut”ah

a) Pengertian Nikah Mut”ah

Nikah mut”ah adalah pernikahan dalam tempo masa tertentu. Menurut mazhab Syiah,


nikah mutah adalah pernikahan dalam masa waktu yang telah ditetapkan dan setelah itu
ikatan perkawinan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Contohnya, seorang lelaki
melakukan perkawinan dengan akad nikah sebagai berikut, "Aku menikahimu selama
satu bulan atau satu tahun." Kemudian, wanita itu menjawab, "Aku terima." Maka masa
nikah suami-istri akan berakhir dalam waktu sesuai dengan akad tersebut.

b) Dasar Hukum Nikah Mut”ah

Dari Rabi’ bin Sabrah r.a. sesungguhnya rasulullah SAW bersabda: “Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan nikah mut’ah, dan
sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat, oleh
karenanya barangsiapa yang masih mempunyai ikatan mut’ah maka segera
lepaskanlah, dan jangan kalian ambil apa yang telah kalian berikan kepada
wanita yang kalian mut’ah”

c) Syarat dan Rukun Nikah Mut”ah

 Ada mempelai laki-laki


 Ada mempelai perempuan

 Wali nikah untuk mempelai perempuan

 Dua orang laki-laki sebagai saksi nikah

 Laki- laki dan perempuan beragama islam, dewasa, berakal sehat, dan berlaku adil

 Adanya dua orang saksi yang beragama islam,dewasa,dan adil

 Membayar Mahar calon suami kepada calon istri berdasar QS. Al- Nisa’ ayat 25

 Adanya pernyataan Ijab dan Qabul

BAB III

HASIL PEMBAHASAN

A.Hasil

1. Pendapat Ulama Tentang Nikah Mut”ah

Mazhab Maliki, Syafi'i, Hanafi dan Hambali berdasarkan bahwa nikah mut'ah hukumnya
haram dan tidak sah (batal).

Imam Syafi'i mengatakan, semua nikah yang ditentukan berlangsungnya sampai waktu yang
diketahui atau yang tidak diketahui (temporer), maka nikah tersebut tidak sah, dan tidak ada
hak waris ataupun talak antara kedua pasangan suami istri . 

Hakikat dari nikah mut'ah adalah pernikahan dengan akad yang ditentukan
waktunya. Misalnya, “Aku menikah kamu selama satu bulan atau satu tahun”. Hal tersebut
dilakukan baik dihadapan saksi atau dihadapan wali. Sama saja. 

B.Pembahasan

1. Nikah Mut”ah bagi Tentara Menurut UU No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum nikah mut’ah dalam Undang- Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak diatur secara tertulis tetapi secara implisit hukum
nikah mut’ah tidak dibolehkan dan tidak memiliki kedudukan pada Undang-Undang
Indonesia yang berarti perkawinan jenis ini tidak dianggap sebuah perkawinan yang sah
menurut Undang-Undang Indonesia. Sedangkan dalam Hukum Perdata Iran Tahun 2000
ketentuan nikah mut’ah diaur secara tertulis dan mendapatkan keabsahan sehingga praktik
nikah mut’ah dianggap legal, serta disamakan dengan nikah permanen (daim).

2. Akibat Hukum dari Nikah Mut”ah

Bahwa Nikah Mut'ah akan menimbulkan akibat hukum terhadap isteri, anak dan harta
kekayaan baik selama masa kontrak maupun setelah berakhirnya masa kontrak. Isteri Mut'ah
juga wajib melayani segala keperluan suami mut'ah nya sebagaimana layaknya pada
umumnya, tanpa hak untuk meminta menuntut nafkah bagi dirinya. Jika batas waktu yang
telah disepakati berakhir, berakhir pula pernikahan itu tanpa ada talak. Anak yang diperoleh
dari mut'ah, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti garis keturunan ayahnya dan
bernasab kepadanya. Ia memperoleh warisan dari ibunya, dan memperoleh segala hal yang
berkaitan dengan hubungan anak, ayah dan ibu. Nikah Mut'ah tidak mengakibatkan hubungan
warisan antara suami isteri.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, pernikahan beda agama adalah pernikahan yang melibatkan dua agama
berbeda, dengan tidak menanggalkan agamanya masing-masing. Keterlibatan kedua
keyakinan dalam satu atap rumah tangga tentunya mempengaruhi kondisi dan suasana
harmonisasi dalam keluarga beda agama. Namun, ada beberapa proses yang dapat di
simpulkan oleh penulis dari proses harmonisasi keluarga beda agama oleh keluarga yang
memilih pernikahan beda agama.Pertama, dengan ketiga keluarga yang telah memutuskan
menikah beda agama, sebelumnya dari tiga keluarga, dua diantaranya yakni Keluraga
CED dan Keluarga BG tidak mengalami masalah dalam menikah beda agama baik
keputusan keluarga atau prosesi pernikahan, sebaliknya dalam keluarga terakhir yakni
keluarga DY mengalami hambatan dalam keputusan untuk menikah beda agama karena
faktor kedua keluarga besar yang berbeda, dan taat dalam urusan agama, dengan proses
musyawarah masalah ini bisa diselesaikan dengan hasil menikah beda agama.

Harmonisasi keluarga dalam penelitian ini dicapai dengan banyak cara yakni saling
menghargai dengan merayakan hari raya agama baik secara langsung dan tidak langsung,
mampu memberikan waktu luang untuk keluarga, kemudian rasa toleransi yang dimiliki
oleh orang tua dan keluarga besar dalam keputusan anak ketika dewasa untuk kebebasan
memilih kepercayaan, saling menghargai adalah kunci untuk menjaga keharmonisan
keluarga baik secara kepercayaan atau pendapat masing-masing.

B. Saran

1. Bagi Pasangan

Hendaknya bagi pasangan yang memutuskan menikah beda agama, kelak dapat
bertanggung jawab dan mampu menjaga keharmonisan beragama di keluarga dan
lingkungan masyarakat.

2. Bagi Penyusun

Diharapakan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara lebih mendalam


dan mendetail, sehingga data yang di dapatkan dapat mendukung penyusunan makalah
ini.

Anda mungkin juga menyukai