MAKALAH
Oleh:
Intan Chasbiyah
2017.77.01.914
Oktober 2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………..
C.Tujuan…………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nikah………………………………………………
B. Syarat-Syarat Nikah……………………………………………
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang mulia dan juga sempurna yang telah menyebar
luas melalui Baginda agung Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terdapat
ilmu-ilmu Allah SWT dan hukum-hukum yang mengatur semua tentang
kehidupan manusia di bumi agar sesuai dengan syariat agama. Pernikahan dalam
agama islam mmiliki tujuan yang sangat penting dan mulia, yakni menanti
lahirnya generasi baru yaitu keturunan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nikah
Sifat sebagai Sunnah Allah dapat dilihat dari rangkaian ayat-ayat sebagai
berikut, pertama, Allah menciptakan makhluk ini dalam bentuk berpasang-
pasangan, Firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49 :
1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta : Penada Media, 2006), hlm.
35.
Artinya: “ Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah”.2
Kedua, secara khusus pasangan itu disebut laki-laki dan perempuan dalam
surat an-Najm ayat 45:
⁾١ ⁽ ًكثريا ونسٓاءً واتّقوا اهلل الّذى تساَءلون به واألرحام ا ّن اهلل كان عليكم رقيبا
ً
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran dan terjemahan, (Jakarta : 1978), hlm. 862.
3
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan terjemahnya, (Depok : Rabita, 2016),
hlm. 77.
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramumrasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tand
(kebsaran Allah) bagi kaum yang berfikir.4
B. Syarat-Syarat Menikah.
Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah). Adapun syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut:5
1. Calon Suami
4
Kementerian Agama Republik Indonesia…, hlm. 406.
5
Al-Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), 67-68.
b) Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri)
c) Jelas orangnya (bukan banci)
d) Tidak sedang ihram haji
2. Calon istri
Bagi calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a) tidak bersuami
b) bukan mahram
c) tidak dalam masa iddah
d) merdeka (atas kemauan sendiri)
e) jelas orangnya
f) tidak sedang ihram haji
3. Wali
Untuk menjadi seorang wali dalam sebuah pernikahan, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) laki-laki
b) dewasa
c) waras akalnya
d) tidak dipaksa
e) adil
f) tidak sedang ihram haji
4. Ijab Kabul
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan Kabul ialah sesuatu
yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikn oleh dua orang saksi.
5. Mahar
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang tidak
bertentangan dengan hukum islam.6Fuqoha’ sependapat bahwa maskawin
itu termasuk syarat sahnya nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan
untuk meniadakannya.7
Pandangan yang demikian menurut ushul fiqh disebut ‘Urf (adat Istiadat).
Kata ‘Urf secara etimolog atau bahasa berarti “sesuatu yang dipandang baik
dan diterima oleh akal sehat”. Sedangkan secara terminologi atau istilah,
seperti dikemukakan Abdul Karim Zaidan, istilah ‘Urf berarti: “sesuatu yang
tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan
menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.
6
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1992)
7
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, terj. Imam Ghazali Sa’id Ahmad
Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), 432.
Dasar para ulama’ menerima ‘Urf sebagai landasan hukum yaitu dalam al-
Quran surat al-A’raf ayat 199:
Dalam kaidah pokok fikih mazhab Syafi’I juga dijelaskan mengenai adat,
yaitu kaidah
العادة حم ّكمة
Dasar hukum adalah hadits nabi yang berbunyi “sesuatu yang dianggap
baik oleh kaum muslimin adalah buruk disisi Allah”. Tetapi hadits ini tidak
ditemukan sanadnya sampai kepada Rasulullah, baik dalam kitab hadits yang
sahih bahkan juga tidak ada dalam hadits dhaif. Dan pada akhirnya
ditemukan bahwa itu bukanlah merupakan sebuah hadits, melainkan hanya
merupakan ucapan Abdullah bin Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ahmad
dalam kitabnya yang bernama “Al-Masnad”.8
8
Jalaluddin Abdurrahman A.S, Lima Kaidah Pokok Dalam Fikih Mazhab Syafi’I, (Surabaya : Bina
Ilmu, 1986), hlm.163.
Sedangkan dalam islam prosesi pernikahan tidak mengenal hal
demikian. Prinsip-prinsip dalam islam yang perlu diperhatikan agar
perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan
tugasnya mengabdi kepada Tuhannya (Khaliq), diantaranya:
Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang
hendak melangsungkan pernikahan itu ialah ikhtiyar (tidak dipaksa). Untuk
kesempurnaan itulah perlu adanya Khitbah atau peminangan yang
merupakan satu langkah sebelum mereka melakukan pernikahan, sehingga
semua pihak dapat mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan.
Jadi, penggunaan primbon dalam hal ini menurut hukum islam itu
dilihat dari niat pelakunya. Apabila orang yang menggunakan
perhitungan primbon tersebut mendasarka niatnya kepada selain Allah,
maka perbuatan tersebut dinamakan Thiyarah/Tathayyur yang termasuk
kepada pebuatan syirik atau menyekutukan Allah. Namun apabila
mendasarkan niatnya kepada Allah dan meyakini bahwa segala sesuatu
berkah ataupun musibah itu datangnya hanya dari Allah, maka perbutan
tersebut diperbolehkan.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi, penggunaan primbon dalam hal ini menurut hukum islam itu dilihat
dari niat pelakunya. Apabila orang yang menggunakan perhitungan primbon
tersebut mendasarka niatnya kepada selain Allah, maka perbuatan tersebut
dinamakan Thiyarah/Tathayyur yang termasuk kepada pebuatan syirik atau
menyekutukan Allah. Namun apabila mendasarkan niatnya kepada Allah dan
meyakini bahwa segala sesuatu berkah ataupun musibah itu datangnya hanya dari
Allah, maka perbutan tersebut diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA
C. tinjauan hukum