Dalam Al-Quran
Anggota Kelompok :
1. Ahmad Deri Juniar
2. Dea Wahyu Kusuma W.
3. Faiz Jabran
4. Jelita Rahmadani Fais
Definisi Pernikahan
Pernikahan berasal dari kata nikah, kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin.
Menurut istilah nikah atau kawin itu berarti melakukan janji atau akad yang menghalalkan pergaulan
dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Nikah artinya menghimpun atau mengumpulkan. Pernikahan merupakan salah satu upaya
untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan
keturunan. Hal ini termasuk fitrah Allah SWT kepada hamba-Nya.
Pernikahan (kawin) didefinisikan dalam arti asli adalah hubungan seksual. Namun, menurut
arti majazi atau arti hukum pernikahan adalah akad, perjanjian yang menjadikan halal hubungan .
Hukum Pernikahan
Dalam kajian fikih para ulama’ telah mengklasifikasikan hukum menikah menjadi beberapa
bagian, yaitu:
Pendapat pertama memandang bahwa menikah hukumnya wajib. Hal ini berdasarkan
dalil perintah mengawinkan baik dari al-Quran yaitu surat (An – Nur : 32) maupun
hadis, yang menggunakan dasar bahwa setiap sighat amar menunjukkan wajib secara
mutlak. Pendapat ini dipelopori oleh Daud az-Zahiri, Ibnu Hazm, dan Imam Ahmad.
Q.S An-Nur : 32
Nikah dihukumi sunnah dengan dalil QS. an-Nisa : 3. Ayat ini menunjukkan bahwa
nikah dan tassari (budak perempuan) adalah sama yakni cara menghalalkan hubungan
dengan perempuan, keduanya adalah bukan suatu kewajiban. Oleh karena itu ayat ini
menjadi dasar bahwa hukum nikah adalah sunah. Nikah dihukumi mubah (boleh) dengan
alasan bahwa ayat 3 surat an-Nisa, Allah menyerahkan kepada kita untuk memperoleh
wanita dengan jalan menikah atau dengan jalan tassari (budak perempuan).
Q.S An-Nisa : 3
Tujuan Pernikahan
Salah satu ayat yang biasanya dikutip dan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan
pernikahan dalam Al-Quran adalah Q.S A-Rum : 21 yang berbunyi :
1) Beribadah Kepada Allah SWT
Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis, yang artinya : “Barangsiapa
menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah SWT salam memelihara yang Sebagian lagi.” (HR. Thabarani dan
Hakim)
Artinya : “Wanita dinikahi karena empat sebab : karena hartanya, karena keturunannya,, karena
kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang berpegang teguh kepada agama agar kamu
selamat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim daru Abu Hurairah).
Berikut ini diuraikan penjelasan tentang kriteria dalam
mencari pasangan ideal, baik calon suami maupun calon
istri :
1. Pemilihan atas dasar agamanya
Sebagaimana Rasulullah SAW memberikan arahan kepada kaum laki – laki agar ia mencari calon
istri yang sesuai dengan hadist Nabi, sehingga seorang istri tersebut dapat menjadi istri yang baik dan
dapat menjalani kewajibannya menjadi seorang istri.
Hal ini juga berlaku bagi wanita yang ingin mencari calon suami, sebaiknya kita melihat dari segi
agama dan akhlaknya terlebih dahulu. Oleh karena itu sebaiknya orang tua diikutsertakan dalam
penentuan mencari jodoh. Sabda Nabi SAW :
“Apabila datang kepadamu seseorang yang kamu senangi agama dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia
dengan anak perempuanmu. Jika tidak, niscaya akan mendatangkan fitnah di bumi ini dan akan
menimbulkan kerusakan yang mengerikan” (HR. Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dari Abi
Hurairah).
2. Pemilihan atas dasar kecantikannya
Dalam memilih calon pasangan, baik istri maupun suami hendaknya dilihat dan dicermati
fisiknya. Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam Riwayat Ibnu Majah, yaitu sebagai berikut.
“Dari al-Mugirah Ibn Syu’bah berkata : “Aku menemui Nabi SAW lalu aku sebutkan perihal
wanita yang aku pinang. Beliau bersabda : “Pergilah dan lihatlah ia, sebab itu akan membuat
rumah tanggamu kekal”. Setelah itu aku mendatangi dan meminangnya melalui kedua orang
tuanya, dan aku sampaikan kepada keduanya tentang sabda Nabi SAW. Namun sepertinya
mereka berdua kurang menyukainya.”
3. Pemilihan atas dasar keturunannya
Pada dasarnya seorang wanita yang berasal dari nasab yang baik maka ia akan membentuk
keharmonisan di dalam rumah tangga. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang larangan bagi
laki – laki untuk mengawini perempuan cantik tapi berasal dari keturunan yang tidak baik. Sebagaimana
hadistnya :
“Waspadalah kamu terhadap sayur yang tumbuh di timbunan kotoran binatang. Seorang bertanya : Wahai
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan sayur yang tumbuh di timbunan kotoran binatang? Rasulullah
berkata : Wanita yang cantik, tapi berasal dari turunan yang tidak baik.” (HR. Al-Daruquthni dari Al-
Waqidy).
4. Pemilihan atas dasar kesehatan rohani dan jasmani
Islam menaruh perhatian yang sangat beasar terhadap dunia kesehatan. Karena kesehatan
merupakan modal utama dalam bekerja, beribadah, dan juga melakukan aktivitas lain.
Disamping itu juga Islam menekankan agar setiap orang memakan makanan yang halal dan
baik. Oleh karena itu makanan merupakan penentu sehat dan tidaknya seseorang. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 168
5. Pemilihan atas dasar tanggung jawab
Dalam mencari pasangan hendaknya yang perlu diperhatikan adalah sifat bertanggung jawab, dan
juga bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarganya. Karena seorang suamilah yang akan
menjadi kepala keluarga di dalam rumah tangga sekaligus mencari nafkah, juga sangat berperan besar
bagi suami karena dalam memberi hak nafkah kepada istri merupakan kewajiban bagi suami. Salah
satunya memberikan kebutuhan setiap biaya dalam rumah tangga, serta pendidikan untuk anak – anaknya
kelak.
Terima Kasih