Anda di halaman 1dari 10

KONSEP NIKAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu : Bapak Hasan Busri

Disusun Oleh :

1. Iim Soimah 3301409056


2. Nana Lutfiana 3301409059
3. Ayu Dian K 3301409073
4. Diyana Rahmawati 3401409001
5. Agung Pribadi 6411409008

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Konsep pernikahan pada umumnya hanya berkisar pada pernikahan


Internasional dan tradisional. Konsep nikah itu sendiri juga pastinya memilih
tempat dan wedding concept resepsi pernikahan yang tepat bukanlah hal yang
mudah dilakukan.

Dalam Islam nikah adalah perayaan pesta yang diadakan dengan


kesempatan pernikahan. Dikarenakan pernikahan menurut Islam adalah sebuah
kontrak yang serius dan juga moment yang sangat membahagiakan dalam
kehidupan seseorang maka dianjurkan untuk mengadakan sebuah pesta perayaan
pernikahan dan membagi kebahagiaan itu dengan orang lain. Seperti dengan para
kerabat, teman-teman atau pun bagi mereka yang kurang mampu. Dan pesta
perayaan pernikahan juga sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala
nikmat yang telah Dia berikan kepada kita. Di samping itu pernikahan-pernikahan
juga memiliki fungsi lainnya yaitu mengumumkan kepada khalayak ramai tentang
pernikahan itu sendiri. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk menghindari zina
melainkan melalui pernikahan.

Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa sudah menjadi kewajiban


seorang muslim untuk menjawab undangan pernikahan dan bahkan Rasulullah
SAW menekankan untuk menghadiri undangan walimah. Maka para ulama
berpendapat bahwa seseorang boleh untuk tidak menghadiri pernikahan hanya
dengan alasan-alasan yang diperbolehkan menurut Islam. Salah satu alasan yang
diperbolehkan itu adanya musik. Adanya musik yang tidak Islam ketika
berkumpul di saat pernikahan atau seseorang masih harus menyesuaikan
pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan agama yang jauh lebih penting.
B. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa definisi pernikahan?


2. Apakah tujuan dari pernikahan?
3. Apa hikmah dari pernikahan?

C. Tujuan

Dalam penyusunan makalah ini penyusun memiliki beberapa tujuan,


antara lain :

a) Untuk mengetahui pengertian pernikahan/nikah.


b) Untuk mengetahui tentang hukum pernikahan.
c) Untuk mengetahui tujuan melaksanakan pernikahan.
d) Kita dapat mengetahui tentang hikmah pernikahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Nikah

Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha-yankihu-nikaahan yang


mempunyai dua arti yaitu : pertama berarti al-jam’u yang bermakana berkumpul,
bersebadan, atau bersatu ; kedua berarti al-wath’u yang bermakna bersetubuh,
atau bersenggama. Sedangkan menurut pengertian istilah adalah akad atau
perjanjian yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan untuk
memenuhi hajat boilogisnya sehingga antara keduanya (suami dan isteri)
mempunyai hak dan kewajiban. Pada hakikatnya pernikahan merupakan suatu
bentuk perjanjian yang harus dipertanggungjawabkan baik terhadap sesema
manusia maupun terhadap Allah SWT. Perjanjian itu muncul dari lubuk hati yang
tulus dan ikhlas, suka rela untuk mewujudkan kebahagiaan hidup yang hakiki,
yakni membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah di
bawah naungan ridha Allah SWT.

Dalam hadist Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan Imam Bukhari.


Nikah itu sunahku (jalan hidupku), barang siapa membenci pernikahan, maka ia
bukan termasuk golonngan/umatku (HR Bukhari).

B.Hukum Pernikahan

Hukum dasar/asal hukum nikah adalah mubah atau boleh. Hukum dasar
ini dapat berubah sesuai dengan keadaan dan situasi orang yang
melaksanakannya. Oleh karena itu hukum dasar dapat berubah menjadi sunah,
makruh, haram, bahkan dapat berubah menjadi wajib.

Hukum nikah dapat berubah menjadi makruh apabila orang yang


melaksanakannya belum mempunyai bekal materi sama sekali, kecuali hanyalah
berbekal kemampuan fisik belaka. Hukum nikah dapat berubah menjadi haram,
apabila orang yang melaksanakannya bertujuan untuk menguasai dan menyakiti
baik fisik maupun mental dari calon pasangannya. Hukum nikah dapat menjadi
wajib, apabila orang yang melaksanakannya sudah mempunyai bekal yang
cuukup, dan mereka dikhawatirkan terjerumus ke dalam perzinahan. Umumnya
atau kebanyakan hukum nikah itu berubah menjadi sunnat, apabila orang yang
melaksanakannya sudah mempunyai bekal yang cukup, dan mereka bertujuan
untuk mengikuti dan melestarikan sunah nabi Muhammad SAW.

C.Tujuan Pernikahan

Ajaran Islam membagi tujuan melaksanakan pernikahan itu kepada dua,


yakni tujuan pokok/primer, dan tujuan antara atau sekunder. Ada pun tujuan
pokok dari pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan yang shaleh maupun
shalehah. Keturunan merupakan dambaan atau idaman bagi setiap suami isteri.
Anak merupakan investasi dunia akherat yang patut diperjuangkan dan
dilestarikan. Oleh karena itu bagi pasangan suami isteri yang sulit memperoleh
tujuan utama ini, hendaknya senantiasa memohon kepada Allah agar berkenan
memberikan amanat, berupa anak keturunan yang menyenangkan hati, pelipur lara
baik dalam suka maupun duka. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Furqan ayat 74.

Yang artinya adalah : “Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami


isteri-isteri, anak dan cucu (keturunan) yang akan menjadi cahaya mata (pelipur
lara) (QS 25 : 74)

Demikian juga tujuan dari pernikahan ini dipertegas oleh sabda Nabi
Muhammad SAW yakni :

“Nikahilah perempuan yang engkau cintai dan yang dapat memberikan


keturunan, karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya umatku di
akhirat”(HR Muslim).
Adapun tujuan antara atau tujuan sekunder dari pernikahan itu antara lain:

a. Untuk memenuhi hasrat naluriah yakni kebutuhan biologis secara


syah.
Sudah menjadi fitrah manusia untuk tertarik dan saling mencintai
pada lawan jenis dan mempunyai keinginan untuk mengadakan
hubungan biologis. Karena itu Islam menganjurkan untuk cepat-
cepat menikah bagi laki-laki atau perempuan yang sudah mampu
(baik fisik maupun meteri) untuk menikah, dengan demikian apa
yang menjadi kebutuhan atau hasrat dan keinginannya akan
terpenuhi atau tersalurkan secara syah dan halal. Allah
mengibaratkan hubungan keduanya (suami-isteri) bagaikan selimut
atau pakaian yang saling memberi kehangatan, dan saling menutupi
cacat dan kekurangan diantara keduanya. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al baqarah ayat 187.
b. Menjaga manusia dari kerusakan dan kejahatan.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan diberi nafsu biologis atau
nafsu sexual. Nafsu biologis tersebut harus disalurkan, diarahkan,
dan kendalikan, agar nefsu tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya,
keluarganya, dan masyarakatnya. Tanpa adanya upaya untuk
menyalurkan, mengarahkan, dan mengendalikan, maka manusia
akan rusak, karena nafsu biologis yang tidak terarah dan tidak
terkendali dapat menjadikan manusia gelap mata dan lupa terhadap
aturan, baik ataran agama maupun aturan Negara, dan menjadikan
mereka terjerumus dalam perbuatan maksiat. Al-Qur’an surat Al-
Nisa ayat 28 telah mengingatkan bahwa manusia dijadikan oleh
Allah bersifat lemah, yakni lemah dalam mengendalikan nafsu
biologisnyaketika berhadapan dengan lawan jenisnya.
c. Membentuk keluarga atau rumah tangga dan menumbuhkan
semangat berusaha untuk memperoleh rezeki.
Ikatan pernikahan dalam membentuk keluarga atau rumah tangga
merupakan ikatan yang paling teguh dan kuat. Hal ini dikarenakan
ikatan tersebut terbentuk berdasarkan nilai-nilai cinta dan kasih
sayang yang tulus ikhlas tanpa pamrih antar suami dan isteri
bahkan pasangan yang terbentuk dengan ikatan yang kokoh ini
akan saling memberi dan menerima tanpa harus diminta. Ikatan
perkawinan yang semacam ini akan menumbuhkan keinginan yang
kuat dari para anggota keluarganya untuk berupaya dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (mencari rezeki) sesuai
dengan peran dan tanggungjawab masing-masing. Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Nur ayat 32.

D.Hikmah Pernikahan

Allah menciptakan makhluk di dunia ini berpasang-pasangan,


menjadikannya manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan dan
betina, begitu pula tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.

Hikmahnya ialah agar supaya manusia itu hidup berpasang-pasangan,


hidup bersuami-isteri, membangun dan membentuk rumah tangga yang damai dan
tentram, teratur yang dilandasi dengan cinta kasih sayang di antara keduanya.
Untuk itu haruslah diadakan suatu ikatan dan pertalian yang kokoh, kuat dan tidak
mudah putus dan diputuskan, yakni ikatan akad nikah atau ijab qabul dalam
perkawinan.

Bila akad nikah telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji


dihadapan Allah dan dihadapan manusia bahwa mereka bersedia membangun dan
membentuk suatu rumah tangga yang harmonis, damai dan teratur; mereka
berjanji akan sehidup dan semati, sesakit dan sesenang, merunduk sama bungkuk,
melompat sama patah sehingga mereka menjadi satu kesatuan dalam rumah
tangga.
Dalam pada itu, mereka akan melahirkan suatu keturunan yang syah dan
shaleh/shalehah dalam masyarakat. Kemudian keturunan itu akan membangun
pula rumah tangga yang baru dan keluarga yang baru pula, dan begitulah
seterusnya. Dari beberapa keluarga dan rumah tangga itu berdirilah kampung, dari
beberapa kampung berdirilah desa, dari beberapa desa berdirilah kecamatan, dan
dari beberapa kecamatan berdirilah kabupaten dan seterusnya hingga terbentuk
dunia beserta isinya.

Inilah hikmahnya Allah menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi,


sehingga anak cucunya berkembang biak meramaikan, memakmurkan dan
melestarikan bumi yang luas ini.

Agama Islam mengatur dan menetapkan bahwa untuk membangun dan


menbina rumah tangga yang damai dan tentram , teratur dan harmonis haruslah
dengan akad nikah yang syah serta diketahui oleh sekurang-kurangnya dua orang
saksi, bahkan dianjurkan supaya diumumkan kepada tetangga dan sanak famili,
karib kerabat dengan mengadakan pesta perkawinan (walimah).

Dengan demikian, terpeliharalah keturunan tiap-tiap keluarga dan


mengenal tiap-tiap anak akan bapaknya terjauh dari bercampur aduk antara satu
keluarga dengan yang lain, atau anak-anak yang tidak kenal akan bapaknya.

Lain dari pada itu, kehidupan suami isteri dengan keturunannnya temurun
adalah berhubungan rapat dan bersangkut paut, bahkan bertali-temali laksana
rantai yang sama kuat dan tak terputus.

Ketika anak masih kecil dijaga dan dipelihara oleh orang tuanya, bila
sudah dewasa nanti mereka bergantian untuk merawat orang tuanya kelak. Begitu
seterusnya secara turun-temurun, sehingga mereka dapat hidup dengan aman dan
makmur.
Dengan melangsungkan pernikahan dan membentuk rumah tangga yang
damai dan teratur memiliki faedah yaitu terpeliharanya seseorang dari terjerumus
ke lembah dosa (perzinahan). Karena apabila ada seorang isteri di samping suami,
maka suami akan terhindar untuk melakukan pekerjaan keji.
BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Melalui pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan


merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Melalui pernikahan
kita dapat mencegah hal-hal yang dilarang oleh agama seperti perzinahan.
Pernikahan dapat digunakan untuk menyalurkan hasrat biologis manusia tapi tetap
berada pada jalan yang sesuai dengan aturan dan ajaran agama, tanpa menyalahi
aturan. Selain itu juga pernikahan juga bertujuan untuk melestarikan keturunan
yang shaleh/shalehah.

Pada dasarnya pernikahan memiliki hukum-hukum tertentu sesuai dengan


kondisinya masing-masing. Hukum pernikahan diantaranya adalah mubah atau
boleh, makruh, haram, dan wajib. Hal tersebut bergantung pada kondisi antara
calon suami dan isterinya.

2.Saran

1) Sebagai manusia yang sudah mempunyai umur yang matang,


mempunyai bekal materi maupun fisik lebih baik segeralah
melaksanakan pernikahan agar terhindar dari perbuatan zina yang
berakibat dosa besar
2) Pernikahan merupakan hal yang sangat sakral, sehingga harus
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan tanpa rasa terpaksa
3) Jangan menyianyiakan suatu pernikahan karena Allah sangat
membenci perceraian

Anda mungkin juga menyukai