Anda di halaman 1dari 11

Makalah Fiqh Ibadah

MAKALAH RUANG LINGKUP TENTANG SHOLAT WITIR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI

TUGAS MATA KULIAH FIQH IBADAH

Dosen Pembimbing: Drs. H.Ulwan, M.Pd.I

Oleh: Khomsul Amri

Program S1 Pendidikan Agama Islam


Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif Sintang
2019
PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan
kepada Allah swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah Makalah
berjudul “SHOLAT WITIR”.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada Bapak Drs. H.Ulwan, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Fiqh Ibadah yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga
makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Sanggau, 20 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................

B. Batasan Masalah .................................................................................................

C. Rumusan Masalah ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................

A. Pengertian Sholat Witir .......................................................................................

B. Dalil dan Hukum Witir .........................................................................................

C. Waktu Pelaksanaan ……………………………………………………………………………………………..

D. Sholat Witir tanpa Sholat Tahajjud ......................................................................

E. Sudah Terlanjur Witir Tapi Masih Ingin Mengerjakan Tahajjud ....................................

F. Jumlah Roka’at ......................................................................................................

G. Tata cara pelaksanaan witir ………………………………………………………………………………………….

H. Qunut dalam witir …………………………………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP ....................................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Aspek ibadah di dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Karena lewat ibadah seorang hamba akan dinilai oleh sang
pencipta yakni Allah SWT, sejauh mana keyakinan serta ketaqwaannya. Di dalam
Islam mengenal adanya ibadah yang hukumnya wajib dan ada pula hukumnya sunnah.
Begitu juga dengan hukumnya shalat. Ada shalat wajib (fardhu) dan ada pula shalat
sunnah. Shalat sunnah adalah shalat yang diluar shalat fardhu sebagaimana yang
dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW. Guna mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan mengharapkan tambahan pahala. Shalat sunnah hukumnya ada yang mu’akkad
dan ada pula ghairu mu’akkad. Di antara shalat sunnah itu adalah shalat Witir yang
hukumnya termasuk shalat sunnah mu’akkad dan dari hal itu banyak sekali
masyarakat yang tidak paham seperti apa sholat witir semoga dalam makalah ini bias
menjadi ilmu faham apa itu Sholat witir..

B. Batasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik pembahasan,
maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini sekitar masalah shalat Witir.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pembaca dan peneliti lebih memahami tentang sholat Witir.


Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Shalat Witir


secara bahsa al-witru (( ‫ الوتر‬adalah lawan dari genap. Ganjil. seperti yag dalam ungkapan
sebuah hadits :

‫ب ال ِوتْ َر‬
ُّ ِ‫إن هللَ ِوتْ ٌر يُح‬

Sesungguhnya Allah SWT itu ganjil dan menyukai bilangan ganjil. (HR. Bukhari Muslim)

Sedang secara istlah ia adalah

َ ‫ ت ُْخت َ ُم بِهَا‬، ‫صالَ ِة ا ْل ِعشَاءِ َوطُلُوعِ ا ْلفَجْ ِر‬


‫صالَةُ اللَّيْل‬ َ َ‫صالَةٌ ت ُ ْفعَل َما بَ ْين‬
َ

Shalat yang dikerjakan di antara shalat Isya’ dan terbitnya fajar dan menjadi penutup dari
shalat malam. Dinamakan witir hanya karena ganjilnya bukan karena sebagai penutup sholat
malam.

B. Dalil dan Hukum Witir


Mayoritas ulama’ menyatakan bahwa sholat witir adalah bagian dari sholat sunnah, bukan
sholat wajib. Karena kewajiban sholat itu hanya terbatas pada sholat lima waktu yang Rosul
SAW terima pada waktu isro dan mi’roj. Dalil adanya witir itu adalah :

ِ ‫ب ا ْل ِوتْ َر فَأ َ ْوتِ ُروا يَا أ َ ْهل ا ْلقُ ْر‬


‫آن‬ ُّ ِ‫َّللاَ ِوتْ ٌر يُح‬
َّ َّ‫إِن‬

Sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil. Maka kerjakanlah shalat witir
wahai ahli quran. (HR. Bukhari Muslim)

juga hadits :

ُ‫غي َْر أَنَّه‬ َ ‫الراحِ لَ ِة قِ َبل أَي ِ َوجْ ٍه ت ََو َّجهَ َويُوت ُِر‬
َ ‫علَ ْيهَا‬ َّ ‫علَى‬
َ ‫س ِب ُح‬ َ ُ‫َّللاِ ي‬
َّ ‫سول‬ ُ ‫كَانَ َر‬
َ‫علَ ْيهَا ا ْل َم ْكت ُوبَة‬
َ ‫الَ يُصَلِي‬

Ibnu Umar radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW bertsbih di atas untanya kemana
pun untanya menghadap, dan beliau SAW melakukan shalat witir di atasnya. Namun beliau
tidak shalat fardhu di atas unta. (HR. Bukhari Muslim)
Di dalam hadits itu dijelaskan bahwa Rosul SAW tidak mengerjakan sholat wajib di ats onta,
maka jelaslah bahwa witir itu bukn bagian dari kewajiban tapi ia hanya dihukumi sebagai
sunnah muakkadah.

Hanya Imam Abu Hanifah yang mewajibkan sholat witir, maka bagi penganut madzhab Abu
Hanifah kewajiban sholat mereka ada enam. Lima sholat ditambah satu sholat witir.

Akan tetapi ternyata Imam Abu Hanifah membedakan antara kata fardhu dengan kata wajib,
sesuatu yang wajb bagi Imam Abu Hanifah tidk setara dengan fardhu. Karena siapa yang
meninggalkan yang fardhu maka dia dihukumi kafir dan tidak bagi yang meninggalkan yang
wajib.

adapun dasar pendapat beliau tentang kewajiban sholat witir adalah :

َ ‫ا ْل ِوتْ ُر حَقٌّ فَ َم ْن لَ ْم يُوت ِْر فَلَي‬


‫ْس ِمنَّا‬

Witir itu kewajiban, siapa yang tidak melakukan shalat witir maka dia bukan bagian dari
kami. (HR. Abu Daud)

َ َ‫صالَةُ ا ْل ِوتْ ِر ف‬
‫صلُّوهَا‬ َ ‫ِي َخي ٌْر لَ ُك ْم مِ ْن ُح ْم ِر النَّعَ ِم َوه‬
َ ‫ِي‬ َ ِ‫َّللاَ تَعَالَى أ َ َم َّد ُك ْم ب‬
َ ‫صالَ ٍة ه‬ َّ َّ‫ِإن‬
‫صالَ ِة ا ْلفَج ِْر‬
َ ‫صالَ ِة ا ْل ِعشَاءِ إِ َلى‬ َ َ‫َما بَ ْين‬

Sesungguhnya Allah SWT telah menganugerahkan sebuah shalat yang lebih baik bagi kalian
dari unta yang merah. Shalat itu adalah shalat witir. Lakukanlah shalat witir itu di antara
shalat Isya’ dan shalat shubuh. (HR. Tirmizy)

Namun kewajiban itu terbantahkan dengan hadits lainnya yang mejelaskan bahwa kewajiban
witir itu hanya bagi Rosul SAW saja. Dalilnya :

‫ع‬
ٌ ‫ط ُّو‬ ُ ‫علَ َّي فَ َرائ‬
َ َ ‫ِض َوهُنَّ لَ ُك ْم ت‬ ٌ َ‫ثَال‬: ‫ضحَى‬
َ َّ‫ث هُن‬ َ ‫ا ْل ِوتْ ُر َوالنَّحْ ُر َو‬
ُّ ‫صالَةُ ال‬

Ada tiga hal yang bagiku hukumnya fardhu namun bagi kalian hukumnya tathawwu’
(sunnah), yaitu : shalat witir, menyembelih dan shalat dhuha’. (HR. Ahmad)

C. Waktu Pelaksanaan

Dari definisi diatas sebenarnya sudah jelas bahwa waktu sholat witir itu adalah waktu diantara
selesainya seseorang dari mengerjakan isya’ samapai sebelum datangnya shubuh. ini juga
dikuatkan oleh sebuah hadits :
‫صالَ ِة ا ْلفَجْ ِر‬
َ ‫صالَ ِة ا ْل ِعشَاءِ إِلَى‬ َ َ‫ف‬
َ َ‫صلُّوهَا َما بَ ْين‬

kerjakanlah shalat witir itu di antara shalat Isya’ dan shalat shubuh. (HR. Tirmizy)

Juga ada dalil lainnya yang menjelaskan bahwa Rosul pernah mengerjaan witir dalam rentang
waktu setelah isya’ sampai sebelum datangnya subuh :

َ‫عَائِشَة‬- ‫ع ْنهَا‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ْ‫قَالَت‬: ‫َّللاِ مِ ْن‬
َّ ‫ر ِض َي‬- ُ ‫ِم ْن كُل اللَّيْل قَ ْد أ َ ْوت ََر َر‬
َّ ‫سول‬
َّ ‫أ َ َّول اللَّيْل َوأ َ ْوسَطِ ِه َوآخِ ِر ِه فَا ْنتَهَى ِوتْ ُرهُ إِلَى ال‬
‫سح َِر‬

Tiap malam Rasulullah SAW melakukan shalat witir, terkadang di awal, di tengah dan di
akhirnya. Shalat witirnya berakhir dengan di waktu sahar. (HR. Muslim)

Hanya saja para ulama’ menyatakan bahwa sholat witit diakhir malam itu lebih uatama
ketimbang sholat diawal waktunya. Dasarnya adalah :

‫طمِ َع أ َ ْن َيقُو َم آخِ َرهُ فَ ْليُوت ِْر آخِ َر‬


َ ‫اف أ َ ْن الَ َيقُو َم مِ ْن آخِ ِر اللَّيْل فَ ْليُوت ِْر أ َ َّولَهُ َو َم ْن‬
َ ‫َم ْن َخ‬
‫ش ُهو َدةٌ َوذَ ِلكَ أ َ ْفضَل‬ َ َّ‫ال َّليْل فَ ِإن‬
ْ ‫صالَ َة آخِ ِر ال َّليْل َم‬

Dari Jabir radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang khawatir tidak
bisa bangun di akhir malam maka hendaklah dia melakukan shalat witir di awal malam.
Namun siapa yang mampu bangun di akhir malam, lebih baik dia mengerjakan shalat witir di
akhir malam. Karena shalat di akhir malam itu disaksikan dan lebih utama”.(HR. Muslim)

D. Sholat witir tanpa sholat tahajjud

dari pejelasan diatas dapatlah kita ambil kesimpulan sebenarnya sholat witir itu terpisah, ia
bukan bagian dari sholat tahujjud. Hanya saja ketika kita mau mengumpulkan antara dua
sholat tersebut maka hendaklah kita mendahulukan sholat tahajjudnya kemudian baru ditutup
dengan sholat witir.

Sehingga sangat dianjurkan untuk sholat witir sebelum tidur malam jika kita tidak berniat
untuk sholat tahajjud pada akhir malamnya. Hal ini pernah diwasiatkan Rosul SAW kepada
para sahabatnya dalam sabdanya :

َ ‫ع َْن أ َ ِبي ه َُر‬t ‫قَا َل‬: ‫ث‬


‫يرة‬ ٍ َ‫أ َ ْوصَاني ِ َخليِلي ِ ِبثَال‬: ‫شه ٍْر‬ َ ‫ِص َيا ُم ثَالَث َ ِة أَيَّ ٍام مِ ْن ك ُِل‬
‫ضحَى َوأ َ ْن أ ُ ْوت َِر َق ْب َل أ َ ْن أ َ ْرقُ َد‬
ُّ ‫َو َر ْكعَت َي ال‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Beliau
berwasiat kepadaku untuk mengerjakan 3 hal : puasa 3 hari tiap bulan, 2 rakaat shalat dhuha,
dan shalat witir sebelum tidur. (HR. Muttaqun 'alaihi)

Tetapi jika berniat dan yakin bahwa kita akan sholat tahajjud maka sholat witirnya diakhirkan
menjadi penutup sholat tahajjud. dan ini yang dmaksud dengan penutup sholat malam.

E. Sudah terlanjur witir tapi masih ingin mengerjakan tahajjud??

Para ulama’ berbeda pendapat disini. Bagi mereka yang mengatakan bahwa witir adalah
penutup sholat malam, maka tidak ada sholat malam lain setelah itu. Aan tetapi sebagian yang
lainnya tetap membolehkan untuk sholat tahujjud walau witir sudah dikerjakan, dengan syarat
sholat tahujjudnya tidak itutup dengan sholat witir lagi, karena adanay laragan untuk witir dua
kali dala satu malam. Rosul SAW bersabda :

‫ان في ِ لَ ْيلَ ٍة‬


ِ ‫الَ ِوتْ َر‬

"Tidak ada dua witir dalam satu malam.'' (HR Ahmad)

F. Jumlah Roka’at
Dari definisi tentang witir teranglah bahwa witir itu boleh dikerjakan walau hanya dengan
satu roka’at. karena satu juga masuk dalam hintungan ganjil. Ini juga dikutkan lagi oleh hadits
Rosul SAW :

‫ص ْب َح فَأ َ ْوت ِْر بِ َواحِ َد ٍة‬


ُّ ‫صالَةُ اللَّيْل َمثْنَى َمثْنَى فَ ِإذَا خِ ْفتَ ال‬
َ

Shalat malam itu dikerjakan dengan dua rakaat dua rakaat, apabila kamu takut datangnya
waku shubuh silahkan shalat witir satu rakaat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun yang jadi perbedaan adalah jumlah maximal dalam mengerjakan sholat witir.
Pendapat yang paling kuat menyatakan bahwa jumlah roka’at maximal dari sholat witir
adalah sebelas roka’at, hal itu didasarkan atas hadits :

ٍ َ‫َب أ َ ْن يُوت َِر ِبثَال‬


‫ث فَ ْليَ ْفعَل َو َم ْن‬ َّ ‫َب أ َ ْن يُوت َِر ِب َخ ْم ٍس فَ ْليَ ْفعَل َو َم ْن أَح‬
َّ ‫َم ْن أَح‬
‫َب أ َ ْن يُوت َِر بِ َواحِ َد ٍة فَ ْليَ ْفعَل‬
َّ ‫أَح‬

Siapa yang suka mengerjakan shalat witir dengan lima rakaat, silahkan kerjakan. Siapa yang
suka mengerjakan shalat witir dengan tiga rakaat, silahkan kerjakan. Siapa yang suka
mengerjakan shalat witir dengan satu rakaat, silahkan kerjakan.(HR. Abu Daud)
َ ‫س ٍع أ َ ْو إِحْ دَى‬
َ‫عش َْرة‬ ْ ِ‫سب ٍْع أ َ ْو ت‬
َ ‫أ َ ْوت ُِروا ِب َخ ْم ٍس أ َ ْو‬

Lakukanlah shalat witir dengan lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat.(HR. Abu Daud)

Namun ada pendapat lain yang membolehan untuk berwitir dengan tiga belas roka’at,
dasarnya dalah :
َ‫سلَ َمة‬
َ ‫قَالَتْ أ ُ ُّم‬- ‫ع ْنهَا‬
َ ُ‫َّللا‬ َ : ‫عش َْرةَ َر ْكعَة‬
َّ ‫ر ِض َي‬- ِ َ‫َّللاِ يُوت ُِر بِثَال‬
َ ‫ث‬ ُ ‫كَانَ َر‬
َّ ‫سول‬

Ummu Salamah radhiyallahuanha berkata bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat witir
dengan tiga belas rakaat.(HR. Ahmad dan Tirimizy)

akan tetapi ada anggapan bahwa Ummu Salah menghitung sholat ba’diyah isyak ke dalam
hitungan witir sehingga ia menjadi tiga belas.

G. Tata cara pelaksanaan witir

Jika witir yang dikerjakan hanya satu roka’at, maka tidak ada perbedaan dalam tata cara
pelaksanaannya. Namun yang menjadi perbedaan jika dikerjakan lebih dari satu roka’at.
Dikerjakan tiga, dan seterusnya.

1. Sholat witir dikerjakan dengan dua salam, artinya witir dikerjakan dua roka’at dulu, lalu
kemudian salam, kemudian dilanjutkan dengan satu roka’at lagi diakhiri dengan salam
lagi.

cara seperti sudah akrab bagi hamper semua ulama’ mazhab kecuali Imam Abu Hanifah. Cara
seperti ini dikenal dengan istilah fashl (dipisah). Adapun dasar dari tatacara tersebuat adalah
hadit Rosul SAW :

‫ع َم َر أَنَّهُ قَال‬ ْ َ ‫ش ْف ِع َوا ْل ِوتْ ِر ِبت‬


ُ ‫ع َِن اب ِْن‬: ‫سلِي َم ٍة‬ َّ ‫كَانَ النَّ ِب ُّي يَ ْف ِصل بَ ْينَ ال‬

Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu berkata bahwa Nabi SAW memisahkan antara rakaat yang
genap dengan rakaat yang ganjil dengan salam. (HR. Ahmad)

ِ ‫الر ْكعَتَي ِْن َحت َّى يَأ ْ ُم َر ِببَ ْع‬


‫ض حَا َجتِ ِه‬ َّ َ‫س ِل ُم مِ ن‬ ُ َ‫أَنَّ ا ْبن‬
َ ُ‫ع َم َر كَانَ ي‬

Bahwa Ibnu Umar radhiyallahuanhu mengucapkan salam di antara dua rakaat, sehingga
beliau memerintahkan beberapa kebutuhannya.
2. Cara kedua adalah mengerjakan dengan satu salam. Dasarnya adalah hadits Rosul SAW :

ُ ‫انَ وت ُِر ِب َخ ْم ٍس الَ يَ ْجل‬


‫ِس إِالَّ فِي آخِ ِرهَا‬

Rasulullah SAW pernah shalat witir dengan lima rakaat tanpa duduk tahiyat kecuali di
bagian akhir. (HR. Muslim)

3. cara ketiga dikerjakan dengan satu salam, hanya saja ada duduk tahiyyat awalnya, cara ini
mirip dengan cara sholat maghrib. Ini tata cara yang dimotori oleh mazhab Abu Hanifah,
landasannya adalah perkataan Abu Al-‘Aliyah :

ِ ‫ب فَ َهذَا ِوتْ ُر اللَّيْل َو َهذَا ِوتْ ُر النَّه‬


‫َار‬ َ ‫َاب ُم َح َّم ٍد أَنَّ ا ْل ِوتْ َر مِ ثْل‬
ِ ‫صالَ ِة ا ْل َم ْغ ِر‬ ُ ‫صح‬ْ َ ‫علَّ َمنَا أ‬
َ

Para shahabat Nabi SAW mengajari kami bahwa shalat witir itu serupa dengan shalat
Maghrib. Yang ini (shalat witir) adalah shalat witir malam dan yang itu (shalat Maghrib)
adalah shalat witir siang.

Namun pendapat ini tidak terlalu kuat, jika dibandingkan dengan dua pendapat diatas
lainnyaa. Bahkan sebagian ulama’ memakruhkan cara witir seperti ini.

H. Qunut dalam witir

1. Pendapat yang mewajibkan

pendapat ini didukung Imam Abu Hanifah, wajibnya qunut pada waktu witir dalam setiap
waktu, baik di bulan Ramadhan atau bukan. Hanya tidak ada lafazh doa qunut khusus
disini, semua doa bisa dipakai sesuai degan keiginan mereka yang mengerjakannya.

dalilnya adalah hadits Rosul SAW :

ُّ ‫أَنَّهُ قَنَتَ فِي آخِ ِر ا ْل ِوتْ ِر قَبْل‬


ِ‫الركُوع‬
Bahwa Nabi SAW melakukan qunut di akhir dari shalat witir sebelum ruku (HR. Tizmizy)

2. Pendapat yang membolehkan (sunnah)

Pendapat ini menyamakan antara qunut witir dengan qunut subuh. baik waktu dan tata
caranya, begitu juga lafazhnya. Juga keharusan sujud sahwi sa’at lupa membacanya.
hal ini di pegang oleh kalangan mazhab syafi’iyyah, hanya saja mereka menjelaskan
bahwa kesunah qunut pada waktu witir hanya berlaku pada tengah terakhir bulan
Ramadhan.
Bab III

Penutup

Demikian Penjelasan Pembahasan Tentang Sholat Sunah Witir yang mempunyai


Hukum kedudukan Sunnah Muakkad untuk di kerjakan namun pengertian yang di
sampaikan baik waktu dan jumlah mengerjakannya terdapat beberapa perbedaan ulama’
yang menjadi kebingungan masyarakat oleh karnanya makalah ini menjelaskan Hukum
Sholat Witir dan waktu serta cara mengerjakannya sesuai kesepakatan para Ulama’ yang
terbanyak dengan merujuk Hadist yang ada.

Anda mungkin juga menyukai