Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN: KEHENDAK MUTLAK DAN


KEADILAN TUHAN

Disusun Oleh

Fuja Meidiffira
NIM: 162020013

Dosen Pengampu:
Danil Zulhendra, MA
Mata Kuliah :
Ilmu Kalam

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH
ACEH BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt, dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
telah berhasil menulis dan menyusun makalah dengan judul "Perbandingan
Antaraliran: Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan". Dengan adanya makalah ini,
kita bisa mengetahui bagaimana perbandingan antar aliran mu'tazilah, asy'ariyah,
dan maturidiyah dalam hal kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng Meulaboh untuk mata perkuliahan Ilmu
Kalam.
Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, mengingat keterbatasan kemampuan yang saya miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan demi
perbaikannya pada kesempatan yang akan datang nantinya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca, kerabat, dan
saya sendiri khususnya dalam mempelajari dan mendalami mata perkuliahan Ilmu
Kalam.

Meulaboh, 16 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 2

A. Perbandingan Pemikiran Kehendak Mutlak Tuhan dan Keadilan Tuhan 2


B. Kehendak Mutlak Tuhan...................................................................... 3
1. Aliran Mu'tazilah .......................................................................... 3
2. Aliran Asy'ariyah .......................................................................... 4
3. Aliran Maturidiyah ......................................................................... 5
C. Keadilan Tuhan .......................................................................... 6
1. Aliran Mu'tazilah .......................................................................... 6
2. Aliran Asy'ariyah .......................................................................... 7
1. Aliran Maturidiyah ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP .......................................................................... 9

A. Kesimpulan .......................................................................... 9
B. Saran .......................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kehendak mutlak Tuhan merupakan bidang kajian penting dalam
ilmu kalam, kedua masalah ini berkaitan erat dengan faham jabariah dan
Qadariyah. Paham jabariyah menempatkan segala yang maujud ini termasuk di
dalamnya perbuatan manusia dalam ketentuan Tuhan secara mutlak oleh sebab itu
paham ini mengacu pada sikap fatalism dan predestination. Sedangkan paham
Qadariyah lebih menitik beratkan perhatiaannya pada kehendak mutlak manusia
ketimbang kemutlakan kekuasaan Tuhan. Menurut paham ini, kekuasaan Tuhan
tidak mutlak semutlak-mutlaknya karena manusia mempunyai potensi dan
kapasitas untuk melakukan kehendak dan perbuatannya. Oleh karenanya paham
ini mengacu pada sikap free will dan free act.
Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan adalah
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam,Tuhan
harus mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang ada.
Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas
karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan melampaui eksistensi-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan antar aliran tentang kehendak mutlak Tuhan?
2. Bagaimana perbandingan antar aliran tentang keadilan Tuhan?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
perbandingan antar aliran mu'tazilah, asy'ariyah, dan maturidiyah mengenai
kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan..

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbandingan Pemikiran Kehendak Mutlak Tuhan Dan Keadilan


Tuhan
Allah mempunyai sifat wajib yaitu iradah atau kehendak yang merupakan
sifat kesempurnaan Allah seperti sifat-sifat lainnya. Sifat iradah juga berfungsi
sebagai penentu suatu pekerjaan dilakukan sekarang atau nanti dalam timbangan
posisi yang sama.
Sifat iradah atau Kehendak mutlak Tuhan juga dibatasi bukan hanya oleh
Sunnah ini, tetapi oleh sunnatullah secara umum. Kata sunnah Allah banyak
dipakai Muhammad Abduh terutama dalam Tafsir Al-Manar.
Adanya perebedaan pendapat aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan
akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah
memunculkan pula perbedaan pendapat tentang kehendak mutlak dan keadilan
Tuhan.
Pangkal persoalan kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan adalah
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, Tuhan
haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang
ada itu. Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendakdan kekuasaan yang tidak
terbatas karena tidak ada eksistensi yang lain yang melampaui dan mengatasi
eksistensi-Nya. Ia difahami sebagai eksistensi yang esa dan unik. Inilah makna
umum yang dianut oleh aliran-aliran kalam dalam memahami tentang kekuasaan
dan kehendak mutlak Tuhan.
Faham keadilan Tuhan dalam pemikiran kalam bergantung pada
pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat? Ataukah manusia itu hanya terpaksa saja? Perbedaan pandangan
terhadap bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan perbedaan penerapan
makna keadilan yang sama-sama disepakati mengandung arti meletakkan sesuatu
pada tempatnya.

2
Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia
cenderungmemahami keadilan Tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran
kalam tradisional yang memberi tekanan pada ketidakbebasan manusia ditengah
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan cenderung memahami keadilan Tuhan
dari sudut Tuhan sebagai pemilik alam semesta.
Disamping faktor-faktor diatas, perbedaan aliran-aliran kalam dalam
persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan ini didasari pula oleh perbedaan
pemahaman terhadap kekuatan akal dan fungsi wahyu. Bagi aliran yang
berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang besar kekuasaan Tuhan pada
hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya.1

B. Kehendak Mutlak Tuhan


1. Aliran Mu'tazilah
Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa manusia bebas atau merdeka
melakukan perbuatannya sendiri, dan kekuasaan Tuhan terbatas dan
memandang kekuasaan Tuhan dari sudut kepentingan manusia.
Aliran Mu'tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan tidak bersifat
mutlak lagi. Ketidakmutlakan kekuasaan Tuhan itu disebabkan oleh
kebebasan yang diberikan Tuhan terhadap manusia serta adanya hukum
alam (sunatullah) yang menurut Al-Qur’an tidak pernah berubah. Oleh
sebab itu, dalam Mu’tazilah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan berlaku
dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah alam semesta. Kekuasaan
mutlak itu dibatasi pula oleh sifat-sifat keadilan Tuhan. Tuhan tidak dapat
lagi berbuat sekehendak-Nya. Tuhan telah terkait oleh norma-norma
keadilan yang kalau dilanggar, membuat Tuhan tidak bersifat adil bahkan
dikatakan zalim. Tentunya sifat demikian tidak dapat diberikan kepada
Tuhan.2

1
Harun Nasution dan Muhammad Abduh, Teologi Rasional Mu’tazilah, (Jakarta: UI
Press, 2006), h. 70.
2
Muhammaddin, Ilmu kalam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press., 2009), h. 101.

3
Oleh karena itu, dalam pandangan mu’tazilah, kekuasaan dan
kehendak Tuhan berlaku dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah
alam semesta. Maka kehendak mutlak dibatasi oleh natur atau hukum alam
(sunnatullah) yang tidak mengalami perubahan. Untuk mendukung
pendapat ini, kaum Mu’tazilah mempergunakan ayat 62 surat al-Ahzab yang
berbunyi :
‫سنَةُ اللة ت َ ْب ِد ْيلا‬
ُ ‫َولَ ْن تَجْ دَ ِل‬
"Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah
Allah."3
Tokoh Mu’tazilah, al-Khayyat, menjelaskan bahwa tiap benda
mempunyai natur tertentu dan tidak dapat menghasilkan apa-apa yang
kecuali efek itu juga. Hal ini didukung oleh al-Jahiz berpendapat bahwa
tiap-tiap benda mempunyai sifat dan natur sendiri yang menimbulkan efek
tertentu menurut natur masing-masing .
Kaum Mu’tazilah percaya pada sunnatullah (hukum alam) yang
mengatur perjalanan kosmos dan dengan demikian mereka mengatur faham
determinisme dengan pemahaman tidak berubah-rubah atau sama dengan
keadaan Tuhan yang juga tidak berubah-rubah, Tuhan tidak bersikap
absolut, tetapi tidak melanggar konsitusi yang telah Dia gariskan dengan
sunnatullah dimaksud.4

2. Aliran Asy'ariyah
Menurut As’ariyah tuhan berkuasa mutlak atas segala-galanya. Tidak
ada sesuatupun yang membatasi kekuasaannya itu, karena kekuasaan Tuhan
bersifat absolute.
Kaum asy’ariah berpendapat bahwa mereka percaya pada kemutlakan
Tuhan, sehingga berpendapat bahwa perubahan-perubahan Tuhan tidak
mempunyai tujuan. Sebab, yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu
semata-mata karena kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya, bukan karena

3
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.
217.
4
Muhammaddin, Ilmu kalam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press., 2009), h. 102.

4
kepentingan manusia atau tujuan lain. Dan pada aliran Asy’Ariah ini
berpijak pada paham Jabariyah dan penggunaan akal yang tidak begitu besar
maka Asy’ariyah berpendapat, bahwa Tuhan mempunyai kehendak mutlak.
Kehendak Tuhan baik berupa hidayat dan kesesatan, kenikmatan dan
kesengsaraan, pahala bagi yang taat dan siksa bagi yang maksiat, perbuatan
shalah wa al-ashlah, pengutusan rasul dan pengukuhannya dengan mu’jizat,
semuanya itu berasal dari ketentuan Tuhan. Dialah yang menentukannya.
Jika dikehendaki-Nya, ia akan terjadi.
Dengan demikian aliran ini beranggapan, bahwa kehendak Tuhan itu
adalah mutlak semutlak-mutlaknya. Dalam hal ini Asy’ariyah memperkuat
dengan dua dalil, yaitu dalil aqli dan dalil naqli. Secara aqli dinyatakan
bahwa perbuatan Tuhan itu berasal dari qudrat dan iradatNya secara
sempurna dan teralisasi secara mutlak. Sedangkan secara naqli adalah
firmah Allah QS. Ash-Shaffat, 37:96 dan Hadist Nabi.5

3. Aliran Maturidiyah
Tuhan memiliki kekuasaan yang mutlak, namun kemutlakannya tidak
semutlak paham yang dianut oleh paham As’ariyah, inti paham
Maturidiyah adalah Tuhan tak mungkin melanggar janjinnya kepada orang
yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat. Pendapat ini
menunjukan bahwa kekuasaan Tuhan tidak mutlak sepenuhnya
sebagaimana pendapat as’ariyah sebab masih terkandung adannya
kewajiban tuhan dalam menepati janji.
Kaum Maturidiyah ini terpisah menjadi dua yaitu Maturidiyah
Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Perpisahan ini disebabkan perbedaan
keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas
terhdap kehendak mutlak Tuhan. Karena menganut paham free will dan free
act serta adanya batasan bagi kekuasaan mutlaq Tuhan, kaum maturidiah
golongan Samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat dengan golongan
Mu’tazilah, tetapi kekuatan akal dan batasan yang di berikan pada

5
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam…, h. 222.

5
kekuasaan mutlaq Tuhan lebih kecil daripada yang diberikan aliran
Mu’tazilah.6
a. Kehendak mutlak Tuhan menurut Maturidiyah Samarkhan dibatasi
oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala
perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk
serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajibanNya tehadap manusia.
Oleh karena itu, Tuhan tidak akan meberi beban yang terlalu berat
kepada manusia dan tidak sewenwng-wenang dalam memberikan
hukum karena Tuhan tidak brbuat dzalim. Tuhan akn meberikan
upah atau hukuman kepada manusia sesuai dengan perbuatannya.
b. Adapun maturidiyah bukhara berpendapat bahwa keadilan Tuhan
mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat yang dikehendaki-Nya
dan menentukan segalanya. Tidak ada yang dapat menentang dan
memaksa Tuhan dan tiada larangan bagi-Nya.7 Tuhan adil
mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak
mampu berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-Nya
terhadap manusia. Paham mereka tentang kehendak Tuhan dekat
dengan paham Asy’ariyah. Mereka beranggapan bahwa Tuhan
mempunyai kehendak mutlak. Tidak ada yang menghalangi
kehendak Tuhan, karena selainNya tidak ada yang mempunyai
kehendak. Tuhan mampu berbuat apa saja yang dikehendakiNya dan
menentukan segala‑galanya menurut kehendakNya. Tidak ada yang
dapat menentang atau memaksa Tuhan, dan tidak ada
larangan‑larangan bagi Tuhan.

B. Keadilan Tuhan
1. Aliran Mu'tazilah
Kebebasan manusian yang diberikan Tuhan kepadanya, akan
bermakna apabila Tuhan membatasi kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya.
Demikian pula keadilan Tuhan, membuat Tuhan terikat pada norma-norma

6
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam...., h. 223.
7
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam…., h. 224.

6
keadilan yang apabila dilanggar membuat Tuhan bersifat tidak adil atau
zalim. Dengan demikian, dalam pemahaman Mu’tazilah, Tuhan tidak
memperlakukan kehendak dan kekuasaan-Nya secara mutlak, tetapi sudah
terbatas.
Selanjutnya, aliran Mu’tazilah mengatakan sebagaimana yang
dijelaskan oleh Abd Al-Jabbar bahwa keadilan Tuhan mengandung arti
Tuhan tidak berbuat dan tidak memilih yang buruk, tidak melalaikan
kewajiban-Nya kepada manusia, dan segala perbuatan-Nya adalah baik.
Keadilan Tuhan menurut konsep Mu’tazilah merupakan titik tolak
dalam pemikirannya tentang kehendak mutlak Tuhan. Keadilan Tuhan
terletak pada keharusan adanya tujuan dalam perbuatan-Nya, yaitu
kewajiban berbat baik dan terbaik bagi makhluk dan memberi kebebasan
kepada manusia. Adapun kehendak mutlak-Nya dibatasi oleh keadilan
Tuhan.8

2. Aliran Asy'ariyah
Karena menekankan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, aliran
Asy’ariah memberi makna keadilan Tuhan dengan pemahaman bahwa
Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya dan dapat
berbuat sekehendak hati-Nya. Dengan demikian, ketidakadilan dipahami
dalam arti Tuhan tidak dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluk-
Nya. Dengan kata lain, dikatakan tidak adil, apabila yang dipahami Tuhan
tidak lagi berkuasa mutlak terhadap milik-Nya.9

3. Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah Samarkand menggarisbawahi makna keadilan
Tuhan sebagai lawan dari perbuatan dhalim Tuhan terhadap manusia. Tuhan
tidak akan membalas kejahatan kecuali dengan balasan yang seimbang
dengan kejahatan itu.

8
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam…., h. 222.
9
Muhammaddin, Ilmu kalam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press., 2009), h. 102.

7
Maturidiyah Bukhara berpendapat, bahwa keadilan Tuhan harus
dipahami dalam kontek kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Secara jelas
Al‑Bazdawi menyatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak
mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan kosmos. Tuhan berbuat
sekehendakNya sendiri.
Dengan demikian posisi aliran Maturidiyah Bukhara dalam
menginterpretasikan keadilan Tuhan adalah lebih dekat pada aliran
Asy’ariyah. Masalah dalil yang dipakai pun sama.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehendak Tuhan dipahami oleh aliran Mu’tazilah sebagai kehendak yang
tidak mutlak semutlak‑mutlaknya namun dibatasi oleh free will dan free act
manusia, keadilan Tuhan, kewajiban Tuhan kepada manusia dan kausalitas
sunnatullah. Konsep pemahaman tersebut dalam banyak hal searah dengan yang
disampaikan oleh aliran Maturidiyah Samarkand. Sedangkan oleh aliran
Asy’ariyah, kehendak Tuhan ini dipahami sebagai kehendak mutlak dan absolut
dalam semua hal. Konsep pemahaman tersebut tidak jauh berbeda dengan apa
yang disampaikan oleh aliran Maturidiyah Bukhara.
Keadilan Tuhan oleh aliran Mu’tazilah dipahami sebagai sesuatu yang
terpusat pada kepentingan manusia. Tuhan tidak dapat mengabaikan pada
kewajiban‑kewajiban terhadap manusia. Sedangkan oleh aliran Asy’ariyah
dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Interpretasinya tetap
berorientasi pada absolutisme kehendak dan kekuasaan Allah. Aliran Maturidiyah
Bukhara dalam hal ini serupa dengan pemahaman Asy’ariyah. Sedang aliran
Maturidiyah Samarkand mengutamakan pengertian keadilan Tuhan sebagai lawan
perbuatan zalim.

B. Saran
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan datang
menjadi lebih baik lagi. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
serta menambah pengetahuan kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1995.
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/kehendak-mutlak-dan-keadilan-tuhan/
Razak, Abdul dan Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, cet. ke-
2 Edisi Revisi. 2014.
Muhammaddin. Ilmu kalam. Palembang: IAIN RADEN FATAH PRESS. 2009.
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam:Pemikiran Kalam, Perkasa, Jakarta, 1990.
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejaarah Analisa Perbandingan, UI
Press. Jakarta, 1997.

10

Anda mungkin juga menyukai