Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MENJELASKAN DAN MENGANALISIS PERBEDAAN


ALIRAN TENTANG KEHENDAK MUTLAK TUHAN
DAN KEADILAN TUHAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“ILMU TAUHID”

Dosen Pengampu :
Dr. Sutopo, S.Pd., M.Pd.I

Disusun Oleh :
M.AMIRUDIN (202212707291426)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (B)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah tuhan yang telah melimpahkan rahmad nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
di susun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Ilmu Tauhid
Sholawat dan salam kita tetap curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada


bapak Dr. Sutopo, S.Pd., M.Pd.I yang mengajar kuliah ini dan yang telah
memberikan tugas kepada saya.
Saya dari penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk
memperbaiki makalah saya kedepannya, akhir kata saya ucapkan mohon maaf jika
dalam penulisan makalah banyak terjadi kesalahan.

Lamongan,4 oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Rumusan masalah.................................................................................
B. Tujuan masalah.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
I. KEHENDAK MUTLAK TUHAN.......................................................
1. Kaum Mu’tazilah..................................................................................
2. Kaum Asy’ariah....................................................................................
3. Kaum Maturidiah..................................................................................
II. KEADILAN TUHAN...........................................................................
A. Kaum Mu’tazilah..................................................................................
B. Kaum Asy’ariah....................................................................................
C. Kaum Maturidiah..................................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

1.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan masalah
 Bagaimana penjelasan tentang kehendak mutlak ?
 Bagimana pemaparan tentang keadilan tuhan ?

B. Tujuan masalah
 Untuk mengetahui penjelasan tentang kehendak mutlak
 Untuk mengetahui penjelasan mengenai keadilan tuhan
BAB II
PEMBAHASAN

I. KEHENDAK MUTLAK TUHAN

Kehendak mutlak tuhan ialah Kebebasan manusia untuk melakukan


perbuatannya sendiri, kekuasaan tuhan bersifat terbatas dan menganggap
kekuasaan tuhan dari sudut pandang manusia itu sendiri, sedangkan tuhan secara
keseluruhan benar dan adil dalam semua urusan-urusannya dengan umat manusia.
lebih dari itu, tindakan keadilan tuhan sesuai atas kehendaknnya.

1) Kaum Mu’tazilah
berpendapat bahwa manusia bebas dan merdeka dalam menetukan
perbuatannya, kekuasaan tuhan tidak bersifat mutlak ketika tuhan dibatasi oleh
kebebasan yang telah diberikan oleh manusia untuk menetukan kemauan dan
perbuatannya, kekuasan ini dibatasi pula oleh sifat-sifat keadilan tuhan. Tuhan
tidak lagi berbuat sekehendaknya, tuhan telah terkait oleh norma-norma keadilan
yang kalau dilanggar membuat tuhan tidak bersifat adil bahkan dikatakan dzolim,
tentunya sifat tersebut tidak dapat diberikan oleh tuhan, oleh karena itu, dalam
pandangan Mu’tazilah, kekuasaan dan kehendak tuhan berlaku dalam jalur
hukum-hukum yang tersebar dalam alam semesta. Maka kehendak mutlak dibatasi
oleh natur atasu hukum alam (sunnatullah) yang tidak mengalami perubahan,
untuk mendukung pendapat ini kaum Mu.tazilah menggunakan ayat 62 surat al
Ahzab yang berbunyi :
‫وَلْن َتْج َد ِلُس َنُة اللة َتْبِدْي ًال‬
“ Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah allah “
Ayat ini menegaskan bahwa tidak akan dijumpai hukum alam.

Kaum Mu’tazilah percaya pada sunnatullah (hukum alam) yang mengatur


perjalanan kosmos dan dengan demikian mereka mengatur faham determinisme
dengan pemahaman tidak berubah-ubah atau sama dengan keadaan tuhan yang
tidak berubah-ubah, tuhan tidak bersifat Absolut, tetapi tidak melanggar dengan
konstitusi yang telah digariskan dengan sunnatullah.

2) Kaum Asy’ariah
Berpendapat bahwa tuhan berkuasa mutlak atas segala-galanya. Tidak ada
satu pun yang membatasi kekuasaannya itu, oleh karena itu kekuasaannya bersifat
Absolut. Mereka percaya pada kemutlakan tuhan, sehingga perubahan-perubahan
tuhan tidak mempunyai tujuan. Sebab, yang mendorong tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata karena kekuasaan dan kehendak mutlaknya, bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan lain. Bahwa tuhan mempunyai kehendak mutlak.
Kehendak tuhan tidak berupa hidayah dan kesesatan, kenikmatan dan
kesengsaraan, pahala bagi yang taat dan siksa bagi yang maksiat, perbuatan sholah
wal-aslah, pengutusan rosul dan pengukuhannya dengan mukjizat, semua itu
berdasarkan dari ketentuan tuhan. Dialah yang menetukan, jika dikehendakinya ia
akan terjadi dan jika tidak itu tidak akan terjadi.
Dengan demikian aliran ini beranggapan, bahwa kehendak tuhan itu
mutlak semutlak-mutlaknya. Dalam hal ini kaum Asy’ariyah memperkuat dengan
dua dalil,yaitu dalil aqli dan dalil naqli, secara dalil aqli dinyatakan bahwa
perbuatan tuhan itu berdasarkan qudrat dan irodatnya secara sempuran dan
terealisasi secara mutlak. Sedangkan secara dalil naqli adalah firman allah surat
Ash-shaffat ayat 37 dan hadist nabi. Keadilan tuhan dalam konsep Asy’ariyah
terletak pada kehendak mutlaknya.

3) Kaum Maturidiah
Tuhan memiliki keuasaan yang mutlak namun kemutlakannya tidak
semutlak faham yang dianut oleh faham Asy’ariyah, inti faham maturidiah adalah
tuhan tidak pernah melanggar janjinya kepada orang yang berbuat baik dan
menghukum orang yang berbuat buruk, pendapat ini menunjukan bahwa
kekuasaan tuhan tidak mutlak sepenuhnya sebagaimana pendapat Asy’ariyah
sebab masih terkandung adanya kewajibantuhan dalam menempati janjinya.

Kaum maturidiyah terpisah menjadi dua yaitu maturidiah samarkand dan


maturidiyah bukhara, perbedaan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam
menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kehendak
mutlak tuhan, kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat
dengan kaum mu’tazilah tetapi kekuatan akal dan batasan pada kekuasaan mutlak
tuhan lebih kecil dari pada aliran mu’tazilah, adapun kaum maturidiah bukhara
berpendapat bahwa keadilan tuhan mempunyai kekuasaan mutlak, tuhan berbuat
sesui kehendaknya dan menetukan segalanya, tiada yang dapat menetang
kekuasaan tuhan dan tiada larangan baginya, tuhan adil mengandung makna
bahwa segala perbuatannya adalah baik dan tidak mampu berbuat buruk serta
tidak mengabaikan kewajibanya kepada manusia, faham mereka lebih dekat
dengan faham Asy’ariyah, mereka beranggapan bahwa tuhan memiliki kehendak
mutlak, karena selainnya tiada yang mempunyai kehendak.
II. KEADILAN TUHAN
Keadilan tuhan adalah tuhan secara keseluruhan benar dan adil dalam
segala urusannya dengan umat manusia, lebih dari itu tindakan hukumannya
sesuai dengan hukumannya.

A. Kaum Mu’tazilah
Kebebasan manusia yang diberikan tuhan kepadanya, akan bermakna
apabila tuhan membatasi kekuasaan dan kehendak mutlaknya, demikian pula
dengan keadilan tuhan, membuat tuhan terikat pada norma-norma yang apabila
dilanggar membuat tuhan bersifat tidak adil atau dzolim, dengan demikian tuhan
tidak memperlakukakan kehendak dan kekuasaannya secara mutlak, tetapi sudah
terbatas. Aliran Mu’tazilah menerangkan sebagaimana yang dijelaskan oleh Abd
Al-Jabbar bahwa keadilan mengandung arti tuhan tidak berbuat dan tidak memilih
yang buruk, tidak melalaikan kewajibannya kepada manusia dan segala
perbuatannya adalah baik.
Keadilan tuhan menurut konsep kaum Mu’tazilah merupakan titik tolak
pemikirannya dalam pemikirannya tentang kehendak mutlak tuhan, keadilan tuhan
terletak pada adanya tujuan dalam perbuatannya, yaitu kewajiban berbuat baik dan
berbaik pada makhluk serta memberi kebebasan terhadap manusia, konsep
keadilan tuhan menurut kaum Mu’tazilah ialah bermuara pada kepentingan
manusia.

B. Kaum Asy’ariah
Karena menekankan kekuasaan dan kehendak tuhan dengan pemahaman
bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak pada makhluknya dan dapat berbuat
sekehendak hatinya, ketidak adilan dipahami dalam arti tuhan tidak dapat berbuat
sekehendaknya terhadap makhluknnya, dengan kata lain, dikatakan tidak adil
apabila yang dipahami tuhan tidak lagi berkuasa mutlak terhadap miliknya.

C. Kaum Maturidiah

 Aliran maturidiah samarkand menggaris bawahi makna keadilan tuhan


sebagai lawan dari perbuatan dzolim tuhan terhadap manusia. Tuhan tidak
akan membalas kejahatan kecuali dengan balsan yang seimbang dengan
kejahatan itu.
 Maturidiah bukharanberpendapat bahwa keadilan tuhan harus difahami
dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Secara jelas Al-
Bazdawi menyatakan bahwa tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak
mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan kosmos. Tuhan berbuat
sekehendaknya.
Dengan demikian posisis aliran maturidiah bukhara dalama
menginterprestasikan keadilan tuhan adalah lebih dekat dengan aliran Asy’ariah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehendak mutlak difahami oleh aliran Mu’tazilah sebagai kehendak yang
tidak mutlak semutlak-mutlaknya dibatasi oleh free will dan free act manusia,
keadilan tuhan, kewajiban tuhan kepada manusia dan kausalitas sunnatullah.
Konsep pemahaman tersebut tergolong dengan banyak hal yang searah oleh aliran
Maturidiah samarkand, sedangkan pada aliran Asy’ariah, kehendak tuhan ini
difahami sebagai kehendak mutlak dan absolut dalam semua hal. Konsep
pemahaman tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh aliran
Maturidiah bukhara.
Keadilan Tuhan oleh aliran Mu’tazilah dipahami sebagai sesuatu yang
terpusat pada kepentingan manusia. Tuhan tidak dapat mengabaikan pada
kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Sedangkan oleh aliran Asy’ariyah
dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Interpretasinya tetap
berorientasi pada absolutisme kehendak dan kekuasaan Allah. Aliran Maturidiyah
Bukhara dalam hal ini serupa dengan pemahaman Asy’ariyah. Sedang aliran
Maturidiyah Samarkand mengutamakan pengertian keadilan Tuhan sebagai lawan
perbuatan zalim.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, tentunya masih sangat
jauh dari kata kesempurnaan tapi semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat,
dengan harapan bisa menambah keilmuan dan pengetahuan bagi kita semua.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menjadi
koreksi kedepan dan terima kasih kepada bapak dosen, semoga kita semua
mendapat ilmu yang barokah dan manfaat. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA

 http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/kehendak-mutlak-dan-keadilan-tuhan/
 http://zanki9.blogspot.co.id/2014/02/kehendak-mutlak-dan-keadilan-
tuhan.html
 Razak, Abdul dan Anwar, Rosihon. 2014. Ilmu Kalam, Bandung: Puskata
Setia, cet. ke-2 Edisi Revisi.
 Muhammaddin,.Palembang,2009. Ilmu kalam.IAIN RADEN FATAH
PRESS.

Anda mungkin juga menyukai